الۡحَدِيثُ الثَّالِثُ وَالثَّمَانُونَ بَعۡدَ الۡمِائَةِ
١٨٣ - عَنۡ أَبِي الدَّرۡدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي شَهۡرِ رَمَضَانَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، حَتَّى إِنۡ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ يَدَهُ عَلَى رَأۡسِهِ مِنۡ شِدَّةِ الۡحَرِّ، وَمَا فِيۡنَا صَائِمٌ إِلَّا رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَعَبۡدُ اللهِ بۡنُ رَوَاحَةَ.
183. Dari Abu Ad-Darda` radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan: Kami pernah keluar bepergian bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan ketika cuaca sangat panas. Sampai-sampai salah seorang kami benar-benar meletakkan tangannya di atas kepalanya karena saking panasnya. Tidak ada di antara kami yang berpuasa kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ‘Abdullah bin Rawahah.[1]
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي:
خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ بِأَصۡحَابِهِ فِي رَمَضَانَ، فِي أَيَّامٍ شَدِيدَةِ الۡحَرِّ.
فَمِنۡ شِدَّةِ الۡحَرِّ، لَمۡ يَصُمۡ مِنۡهُمۡ إِلَّا النَّبِيُّ ﷺ، وَعَبۡدُ اللهِ بۡنُ رَوَاحَةَ الۡأَنۡصَارِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ.
فَهُمَا تَحَمَّلَا الشِّدَّةَ وَصَامَا، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى جَوَازِ الصِّيَامِ فِي السَّفَرِ وَإِنۡ كَانَ ذٰلِكَ مَعَ الۡمَشَقَّةِ الَّتِي لَا تَصِلُ إِلَى حَدِّ التَّهۡلُكَةِ.
Makna secara umum:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar bepergian bersama para sahabat beliau di bulan Ramadan ketika hari-hari sedang sangat panas. Saking panasnya, tidak ada di antara mereka yang berpuasa kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ‘Abdullah bin Rawahah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu. Keduanya mampu menanggung kesulitan itu dan keduanya tetap berpuasa. Ini termasuk yang menunjukkan bolehnya berpuasa ketika safar walaupun hal itu disertai kesulitan yang tidak sampai kepada batas kebinasaan.
[1] HR. Al-Bukhari nomor 1945 dan Muslim nomor 1122. Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud nomor 2409 dan Ibnu Majah nomor 1663.