Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata:
١٩ - وَيُحۡشَرُ النَّاسُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرۡلًا بُهۡمًا فَيَقِفُونَ فِي مَوۡقِفِ الۡقِيَامَةِ، حَتَّى يَشۡفَعَ فِيهِمۡ نَبِيُّنَا ﷺ.
19. Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tanpa busana, tidak berkhitan, dan tangan hampa. Mereka berdiri di suatu tempat berdiri pada hari kiamat hingga Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi syafaat kepada mereka.[1]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam syarahnya berkata:
[1] الۡبَعۡثُ وَالۡحَشۡرُ:
الۡبَعۡثُ لُغَةً: الۡإِرۡسَالُ وَالنَّشۡرُ، وَشَرۡعًا: إِحۡيَاءُ الۡأَمۡوَاتِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ.
وَالۡحَشۡرُ لُغَةً: الۡجَمۡعُ، وَشَرۡعًا: جَمۡعُ الۡخَلَائِقِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ لِحِسَابِهِمۡ وَالۡقَضَاءِ بَيۡنَهُمۡ.
وَالۡبَعۡثُ وَالۡحَشۡرُ حَقٌّ ثَابِتٌ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ الۡمُسۡلِمِينَ.
Pembangkitan dan Pengumpulan:
Al-ba’ts secara bahasa artinya pengutusan dan penyebaran. Sedangkan secara istilah syariat adalah perbuatan menghidupkan makhluk yang sudah mati pada hari kiamat.
Al-hasyr secara bahasa artinya pengumpulan. Secara istilah syariat adalah pengumpulan makhluk-makhluk pada hari kiamat untuk perhitungan mereka dan pemutusan perkara antara mereka.
Pembangkitan dan pengumpulan adalah peristiwa yang benar terjadi dan telah dipastikan dalam Alquran, sunah, dan kesepakatan kaum muslimin.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبۡعَثُنَّ﴾ [التغابن: ٧]، وَقَالَ تَعَالَى: ﴿قُلۡ إِنَّ الۡأَوَّلِينَ وَالۡآخِرِينَ ٤٩ لَمَجۡمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَاتِ يَوۡمٍ مَعۡلُومٍ﴾ [الواقعة: ٤٩، ٥٠].
Allah taala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Memang, demi Rabb-ku kalian benar-benar akan dibangkitkan.” (Q.S. At-Taghabun: 7).
Allah taala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Sesungguhnya dari yang awal sampai akhir, benar-benar akan dikumpulkan sampai hari yang dikenal.” (Q.S. Al-Waqi’ah: 49-50).
وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (يُحۡشَرُ النَّاسُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ عَلَى أَرۡضٍ بَيۡضَاءَ عَفۡرَاءَ كَقُرۡصَةِ النَّقِيِّ لَيۡسَ فِيهَا عَلَمٌ لِأَحَدٍ). مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat di atas bumi yang putih kemerahan seperti roti yang bersih yang tidak ada tanda milik seorang pun.” (Muttafaq ‘alaih, HR. Al-Bukhari nomor 6521 dan Muslim nomor 2790).
وَأَجۡمَعَ الۡمُسۡلِمُونَ عَلَى ثُبُوتِ الۡحَشۡرِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ.
Kaum muslimin telah bersepakat terhadap kepastian pengumpulan pada hari kiamat.
وَيُحۡشَرُ النَّاسُ حُفَاةً لَا نِعَالَ عَلَيۡهِمۡ عُرَاةً لَا كِسۡوَةَ عَلَيۡهِمۡ غُرۡلًا لَا خِتَانَ فِيهِمۡ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿كَمَا بَدَأۡنَا أَوَّلَ خَلۡقٍ نُعِيدُه﴾ [الأنبياء: ١٠٤].
وَقَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (إِنَّكُمۡ تُحۡشَرُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرۡلًا ثُمَّ قَرَأَ: ﴿كَمَا بَدَأۡنَا أَوَّلَ خَلۡقٍ نُعِيدُهُ وَعۡدًا عَلَيۡنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ﴾ [الأنبياء: ١٠٤]. وَأَوَّلُ مَنۡ يُكۡسَى إِبۡرَاهِيمُ). مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ.
Manusia dikumpulkan dalam keadaan hufatan/tidak beralas kaki, ‘uratan/tidak berpakaian, ghurlan/tidak berkhitan. Berdasarkan firman Allah taala (yang artinya), “Sebagaimana Kami mulai pada awal kali penciptaan, begitulah Kami akan mengulanginya.” (QS. Al-Anbiya`: 104).
Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tanpa busana, tidak berkhitan. Kemudian beliau membaca: Sebagaimana Kami mulai awal kali penciptaan, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji bagi Kami. Sesungguhnya Kami akan melakukannya. (QS. Al-Anbiya`: 104). Orang yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim.” (Muttafaq ‘alaih, HR. Al-Bukhari nomor 6524 dan Muslim nomor 2860).
وَفِي حَدِيثِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أُنَيۡسٍ الۡمَرۡفُوعِ الَّذِي رَوَاهُ أَحۡمَدُ: (يُحۡشَرُ النَّاُس يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ عُرَاةً غُرۡلًا بُهۡمًا)، قُلۡنَا: وَمَا بُهۡمًا؟ قَالَ: (لَيۡسَ مَعَهُمۡ شَيۡءٌ...) الۡحَدِيث.
Di dalam hadis ‘Abdullah bin Unais yang marfuk diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tanpa busana, tidak berkhitan, dan buhman.” Kami bertanya, “Apa artinya buhman?” Nabi menjawab, “Tidak ada apapun yang bersamanya…”