Cari Blog Ini

Ma Hiya As-Salafiyyah? - Keutamaan Mengikuti Salaf (2)

4. Selamat dari jalan-jalan setan. 

Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi berkata di dalam kitab As-Sunnah

Allah azza wajalla berfirman: 
وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٰطِى مُسۡتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَ‌ٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ 
Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah itu. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain sehingga akan memisahkan kalian dari jalan-Nya. Itulah yang Dia wasiatkan kepada kalian. (Q.S. Al-An’am: 153). 

Allah mengabarkan kepada kita bahwa jalan-Nya yang lurus hanya satu dan bahwa jalan yang lain ada banyak. Jalan itu menghalangi orang yang mengikutinya dari jalan-Nya yang lurus. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan hal itu kepada kita melalui sunahnya… Kemudian beliau menyebutkan sanad hadis ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan selain beliau. Hadis ini sahih. 
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: هَٰذَا سَبِيلُ اللهِ، ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنۡ شِمَالِهِ وَعَنۡ يَمِينِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَٰذِهِ سُبُلٌ، عَلَىٰ كُلِّ سَبِيلٍ مِنۡهَا شَيۡطَانٌ يَدۡعُو إِلَيۡهِ، ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٰطِى مُسۡتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ﴾ [الأنعام: ١٥٣] 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis seraya bersabda, “Ini adalah jalan Allah.” Kemudian beliau membuat banyak garis di samping kiri dan kanan, lalu bersabda, “Ini adalah jalan-jalan. Pada setiap jalan ini ada setan yang mengajak padanya.” Kemudian beliau membaca ayat yang artinya, “Bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah itu. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang akan memisahkan kalian dari jalan-Nya.” (Q.S. Al-An’am: 153) 

Kemudian Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi menyebutkan sebagian jalur periwayatan hadis itu. Lalu berkata, “Maka Allah, kemudian Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari perbuatan yang diada-adakan dan hawa nafsu yang akan menghalangi kita dari mengikuti perintah Allah dan sunah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

Hadis ini jelas bahwa siapa saja yang menetapi jalan kenabian, maka dia akan aman dari terjatuh pada perangkap jalan-jalan setan dan jalan kesesatan. Dan siapa saja yang melenceng dari jalan kaum mukminin, maka dia akan jatuh ke dalam jerat-jerat setan. Kita berlindung kepada Allah. 

Al-Imam Ibnul Qayyim berkata di dalam kitab Al-Fawa`id

Ketika orang-orang 
  • berpaling dari menjadikan kitab dan sunah sebagai hakim serta berhukum kepada keduanya, 
  • meyakini tidak cukup dengan keduanya, 
  • berpindah kepada pendapat, kias, anggapan baik, dan ucapan para syekh, 
maka pada mereka akan muncul kerusakan pada fitrah mereka, kegelapan pada hati mereka, kotoran pada pemahaman mereka, kebodohan pada akal mereka. Perkara ini akan semakin menjamur pada mereka dan mendominasi mereka sampai anak kecil semakin banyak dan orang tua semakin renta namun mereka tidak dapat melihatnya sebagai suatu kemungkaran. 

Lalu, suatu lingkungan yang lain akan datang kepada mereka. Di situ akan muncul bidah yang menggantikan sunah, syahwat menggantikan akal, hawa nafsu menggantikan bimbingan, kesesatan menggantikan petunjuk, kemungkaran menggantikan kemakrufan, kebodohan menggantikan ilmu, ria menggantikan ikhlas, kebatilan menggantikan kebenaran, dusta menggantikan kejujuran, sikap menjilat menggantikan sikap menasihati, dan kezaliman menggantikan keadilan. Sehingga lingkungan dan yang mendominasi akan menjadi perkara-perkara tersebut, tidak bisa tidak. Orang-orang zalimlah yang akan diminta pendapatnya padahal sebelumnya tidak. Ketika engkau melihat suatu masyarakat yang perkara-perkara ini telah menuju ke sana, panji-panjinya telah dipancangkan, tentara-tentaranya telah ditunggangi, maka perut bumi—demi Allah—lebih baik dari punggungnya, puncak-puncak gunung lebih baik daripada datarannya, dan berkumpul dengan binatang-binatang lebih selamat daripada berkumpul dengan manusia. 

5. Bahwa orang yang selalu menetapi jalan salaf saleh akan mendapat pahala orang yang mengikutinya. 

Hal ini berdasarkan riwayat Imam Muslim dari hadis Jarir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنۡ سَنَّ فِي الۡإِسۡلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجۡرُهَا، وَأَجۡرُ مَنۡ عَمِلَ بِهَا بَعۡدَهُ مِنۡ غَيۡرِ أَنۡ يَنۡقُصَ مِنۡ أُجُورِهِمۡ شَيۡءٌ
“Siapa saja yang mencontohkan dalam Islam suatu sunah yang baik, maka baginya pahalanya dan pahala siapa saja yang beramal dengannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.”[1]

Ini adalah hadis yang sangat jelas menunjukkan besarnya pahala orang yang menghidupkan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, petunjuk para sahabatnya ridhwanallahu ‘alaihim, dan pendahulu yang saleh dari umat ini. Juga besarnya pahala orang yang menyebarkannya di tengah-tengah manusia sehingga orang lain bisa meneladaninya. Maka, dia mendapat pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun. 

Al-Hafizh An-Nawawi berkata di dalam kitab Syarh Muslim[2], “Dalam hadis ini ada anjuran untuk memelopori berbagai kebaikan, memberi teladan yang baik, dan memperingatkan dari membuat bidah yang batil dan jelek…” 

6. Bahwa orang yang selalu menetapi jalan salaf saleh akan mendapatkan kebahagiaan di dua negeri. 

Sebab dia mendapatkan kebahagiaan ini karena dia melaksanakan perintah Allah azza wajalla dan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berbeda dengan orang yang menentangnya yang diancam oleh Allah dengan firmannya, 
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ 
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS. Thaha: 124). 

Berdasar ayat ini, apakah orang yang berpegang teguh dengan jalan salaf saleh merupakan orang yang berpaling atau orang yang mengikuti? Orang yang berpegang teguh dengan jalan salaf saleh adalah orang yang mengikuti, bukan orang yang berpaling. Dia adalah orang yang mengingat Rabbnya, mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, orang ini dijanjikan dengan kenikmatan yang kekal dan pahala yang banyak. Allah taala berfirman, 
تِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّـٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَ‌ٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ 
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. An-Nisa`: 13). 

Allah taala berfirman, 
فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِى شَىۡءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡءَاخِرِ ۚ ذَ‌ٰلِكَ خَيۡرٌ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا 
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa`: 59). 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam Ar-Risalah At-Tabukiyyah ketika memberi komentar terhadap ayat yang lalu, “… ayat ini menunjukkan bahwa taat kepada Allah, taat kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai hakim merupakan sebab kebahagiaan yang segera dan yang nanti. Siapa saja yang merenungi alam dan kejelekan-kejelekan yang terjadi di dalamnya, dia akan mengetahui bahwa setiap kejelekan di alam ini, sebabnya adalah menyelisihi Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluar dari ketaatan kepadanya. Dan setiap kebaikan di alam ini, sebabnya adalah taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula kejelekan di akhirat, kepedihan, dan siksanya, itu hanyalah akibat dari menyelisihi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Maka, kejelekan dunia dan akhirat kembali kepada sikap penyelisihan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan segala hal yang mengantarkan padanya. Andai semua manusia taat kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebenar-benarnya, niscaya tidak akan ada kejelekan di bumi sama sekali. Hal ini sebagaimana diketahui tentang kejelekan yang sifatnya menyeluruh dan musibah-musibah yang terjadi di bumi. Demikian pula dalam kejelekan, penyakit, dan kesedihan yang menimpa individu seorang hamba, hal itu hanyalah karena penyelisihan terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bahwa taat kepada beliau merupakan benteng bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya, maka dia termasuk orang-orang yang aman, gua bagi siapa saja yang berlindung di dalamnya, maka dia termasuk orang-orang yang selamat. Jadi, diketahui bahwa berbagai kejelekan di dunia dan akhirat, sebabnya hanyalah kebodohan terhadap agama yang dibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluar dari ajaran agama itu. Ini adalah bukti yang pasti bahwa tidak ada keselamatan dan kebahagiaan bagi seorang hamba kecuali dengan bersungguh-sungguh untuk mengetahui ilmu agama yang dibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersungguh-sungguh untuk mengamalkannya. 


[1] (2/nomor 1017). 
[2] (7/104).