Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4726

٣ – بَابٌ قَوۡلُهُ: ﴿فَلَمَّا بَلَغَا مَجۡمَعَ بَيۡنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلۡبَحۡرِ سَرَبًا﴾
3. Bab firman Allah yang artinya, “Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.”


مَذۡهَبًا، يَسۡرُبُ يَسۡلُكُ، وَمِنۡهُ: ﴿وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ﴾ [الرعد: ١٠]. 

Sarab artinya jalan. Yasrubu artinya menempuh jalan. Termasuk makna ini adalah ayat yang artinya, “Yang berjalan di siang hari.” (QS. Ar-Ra’d: 10). 

٤٧٢٦ – حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا هِشَامُ بۡنُ يُوسُفَ: أَنَّ ابۡنَ جُرَيۡجٍ أَخۡبَرَهُمۡ قَالَ: أَخۡبَرَنِي يَعۡلَى بۡنُ مُسۡلِمٍ وَعَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، يَزِيدُ أَحَدُهُمَا عَلَى صَاحِبِهِ، وَغَيۡرُهُمَا قَدۡ سَمِعۡتُهُ يُحَدِّثُهُ عَنۡ سَعِيدٍ قَالَ: إِنَّا لَعِنۡدَ ابۡنِ عَبَّاسٍ فِي بَيۡتِهِ، إِذۡ قَالَ: سَلُونِي، قُلۡتُ: أَىۡ أَبَا عَبَّاسٍ، جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ، بِالۡكُوفَةِ رَجُلٌ قَاصٌّ يُقَالُ لَهُ نَوۡفٌ، يَزۡعُمُ أَنَّهُ لَيۡسَ بِمُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ، أَمَّا عَمۡرٌو فَقَالَ لِي: قَالَ: قَدۡ كَذَبَ عَدُوُّ اللهِ، وَأَمَّا يَعۡلَى فَقَالَ لِي: قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: حَدَّثَنِي أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: 

4726. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami: Hisyam bin Yusuf mengabarkan kepada kami bahwa Ibnu Juraij mengabarkan kepada mereka. Beliau berkata: Ya’la bin Muslim dan ‘Amr bin Dinar mengabarkan kepadaku dari Sa’id bin Jubair. Salah satu dari keduanya menambah riwayat temannya. Juga selain Ya’la dan ‘Amr, aku mendengarnya menceritakan hadis ini dari Sa’id. 

Sa’id berkata: Sesungguhnya kami berada di dekat Ibnu ‘Abbas di dalam rumahnya, ketika beliau berkata, “Bertanyalah kepadaku.” 

Aku berkata, “Wahai Ibnu ‘Abbas, Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu, di Kufah ada seorang tukang cerita yang dipanggil dengan nama Nauf. Dia menyatakan bahwa (Musa yang menyertai Khadhir) bukanlah Musa bani Israil.” 

(Ibnu Juraij berkata,) adapun ‘Amr, dia berkata kepadaku: Ibnu ‘Abbas berkata, “Musuh Allah itu telah berbohong.” Adapun Ya’la, dia berkata kepadaku: Ibnu ‘Abbas berkata: Ubai bin Ka’b menceritakan kepadaku. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, 

(مُوسَى رَسُولُ اللهِ عَلَيۡهِ السَّلَامُ) قَالَ: (ذَكَّرَ النَّاسَ يَوۡمًا، حَتَّى إِذَا فَاضَتِ الۡعُيُونُ، وَرَقَّتِ الۡقُلُوبُ، وَلَّى، فَأَدۡرَكَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: أَىۡ رَسُولَ اللهِ، هَلۡ فِي الۡأَرۡضِ أَحَدٌ أَعۡلَمُ مِنۡكَ؟ قَالَ: لَا، فَعَتَبَ عَلَيۡهِ إِذۡ لَمۡ يَرُدَّ الۡعِلۡمَ إِلَى اللهِ، قِيلَ: بَلَى، قَالَ: أَىۡ رَبِّ، فَأَيۡنَ؟ قَالَ: بِمَجۡمَعِ الۡبَحۡرَيۡنِ، قَالَ: أَىۡ رَبِّ، اجۡعَلۡ لِي عَلَمًا أَعۡلَمُ ذٰلِكَ بِهِ، فَقَالَ لِي عَمۡرٌو: قَالَ: حَيۡثُ يُفَارِقُكَ الۡحُوتُ، وَقَالَ لِي يَعۡلَى: قَالَ: خُذۡ نُونًا مَيِّتًا، حَيۡثُ يُنۡفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَأَخَذَ حُوتًا فَجَعَلَهُ فِي مِكۡتَلٍ، فَقَالَ لِفَتَاهُ: لَا أُكَلِّفُكَ إِلَّا أَنۡ تُخۡبِرَنِي بِحَيۡثُ يُفَارِقُكَ الۡحُوتُ، قَالَ: مَا كَلَّفۡتَ كَثِيرًا، فَذٰلِكَ قَوۡلُهُ جَلَّ ذِكۡرُهُ: ﴿وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ﴾ [٦٠] يُوشَعَ بۡنِ نُونٍ - لَيۡسَتۡ عَنۡ سَعِيدٍ – 

Musa rasul Allah—‘alaihis salam, Rasulullah melanjutkan—memberi peringatan kepada manusia di suatu hari hingga membuat mata-mata mereka menangis dan hati-hati mereka menjadi lembut. Lalu Musa berbalik pulang. 

Kemudian ada seseorang yang menyusulnya seraya bertanya, “Wahai Rasul Allah, apakah di bumi ini ada seseorang yang lebih beirlmu daripada engkau?” 

Musa menjawab, “Tidak.” 

Allah menegurnya karena tidak mengembalikan ilmu kepada Allah. Maka dikatakan, “Ada.” 

Musa bertanya, “Ya Rabi, di mana dia?” 

Allah berkata, “Di pertemuan dua laut.” 

Musa berkata, “Ya Rabi, jadikan sebuah tanda untukku, sehingga aku mengetahui tempat itu dari tanda tersebut.” 

‘Amr berkata kepadaku: Dia berkata, “Tempat di mana ikan ini akan memisahkan diri darimu.” Ya’la berkata kepadaku: Dia berkata, “Ambillah seekor bangkai ikan. Tempatnya adalah di tempat nanti ruh ikan itu akan ditiupkan kembali.” Musa pun mengambil seekor ikan lalu meletakkanya di dalam keranjang. 

Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak menugasimu kecuali engkau hanya mengabarkanku tempat di mana ikan ini nanti akan memisahkan diri darimu.” 

Muridnya berkata, “Engkau tidak memberi banyak tugas.” 

Peristiwa itulah yang difirmankan Allah jalla dzikruh, “Ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya,” (QS. Al-Kahfi: 60), yaitu Yusya’ bin Nun. Penamaan ini bukan dari Sa’id. 

قَالَ: فَبَيۡنَمَا هُوَ فِي ظِلِّ صَخۡرَةٍ فِي مَكَانٍ ثَرۡيَانَ، إِذۡ تَضَرَّبَ الۡحُوتُ وَمُوسَى نَائِمٌ، فَقَالَ فَتَاهُ: لَا أُوقِظُهُ، حَتَّى إِذَا اسۡتَيۡقَظَ نَسِيَ أَنۡ يُخۡبِرَهُ، وَتَضَرَّبَ الۡحُوتُ حَتَّى دَخَلَ الۡبَحۡرَ، فَأَمۡسَكَ اللهُ عَنۡهُ جِرۡيَةَ الۡبَحۡرِ، حَتَّى كَأَنَّ أَثَرَهُ فِي حَجَرٍ. قَالَ لِي عَمۡرٌو هَكَذَا كَأَنَّ أَثَرَهُ فِي حَجَرٍ – وَحَلَّقَ بَيۡنَ إِبۡهَامَيۡهِ وَاللَّتَيۡنِ تَلِيانِهِمَا – لَقَدۡ لَقِينَا مِنۡ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا، قَالَ: قَدۡ قَطَعَ اللهُ عَنۡكَ النَّصَبَ – لَيۡسَتۡ هَٰذِهِ عَنۡ سَعِيدٍ – أَخۡبَرَهُ فَرَجَعَا، فَوَجَدَا خَضِرًا. قَالَ لِي عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي سُلَيۡمَانَ: عَلَى طِنۡفِسَةٍ خَضۡرَاءَ عَلَى كَبِدِ الۡبَحۡرِ، قَالَ سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ: مُسَجًّى بِثَوۡبِهِ، قَدۡ جَعَلَ طَرَفَهُ تَحۡتَ رِجۡلَيۡهِ وَطَرَفَهُ تَحۡتَ رَأۡسِهِ، 

Perawi berkata: Ketika Musa berada di naungan sebuah batu di suatu tempat yang ditimpa hujan, tiba-tiba ikan itu bergerak-gerak sementara Musa sedang tidur. Muridnya bekata, “Aku tidak akan membangunkan beliau.” 

Hingga ketika Musa telah bangun, muridnya lupa mengabari beliau. Ikan itu bergerak-gerak hingga masuk ke laut. Allah menahan aliran laut yang dilalui ikan itu hingga seakan-akan jejak ikan ada di sebuah batu. ‘Amr berkata kepadaku: Begini, seakan-akan jejaknya ada di sebuah batu. Beliau melingkarkan kedua ibu jari dan dua jari setelahnya. 

(Musa berkata,) “Sungguh kita telah menjumpai keletihan dari perjalanan kita ini.” 

Muridnya berkata, “Allah sungguh telah menahan keletihan darimu.” Ini bukan riwayat dari Sa’id. Muridnya mengabarkan kepada Musa, lalu keduanya kembali dan mendapati Khadhir. 

‘Utsman bin Abu Sulaiman berkata kepadaku: Beliau ada di atas hamparan hijau di tengah lautan. Sa’id bin Jubair berkata: Dalam keadaan berselimutkan bajunya. Beliau menjadikan ujung bajunya di bawah kedua kakinya dan ujung satunya di bawah kepalanya. 

فَسَلَّمَ عَلَيۡهِ مُوسَى فَكَشَفَ عَنۡ وَجۡهِهِ، وَقَالَ: هَلۡ بِأَرۡضِي مِنۡ سَلَامٍ، مَنۡ أَنۡتَ؟ قَالَ: أَنَا مُوسَى، قَالَ: مُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمۡ. قَالَ: فَمَا شَأۡنُكَ؟ قَالَ: جِئۡتُ لِتُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمۡتَ رَشَدًا، قَالَ: أَمَا يَكۡفِيكَ أَنَّ التَّوۡرَاةَ بِيَدَيۡكَ، وَأَنَّ الۡوَحۡىَ يَأۡتِيكَ؟ يَا مُوسَى، إِنَّ لِي عِلۡمًا لَا يَنۡبَغِي لَكَ أَنۡ تَعۡلَمَهُ، وَإِنَّ لَكَ عِلۡمًا لَا يَنۡبَغِي لِي أَنۡ أَعۡلَمَهُ، فَأَخَذَ طَائِرٌ بِمِنۡقَارِهِ مِنَ الۡبَحۡرِ، وَقَالَ: وَاللهِ مَا عِلۡمِي وَمَا عِلۡمُكَ فِي جَنۡبِ عِلۡمِ اللهِ، إِلَّا كَمَا أَخَذَ هَٰذَا الطَّائِرُ بِمِنۡقَارِهِ مِنَ الۡبَحۡرِ، 

Musa mengucapkan salam kepada Khadhir, lalu Khadhir menyingkap baju dari wajahnya dan berkata, “Apakah di tempatku ada ucapan salam? Siapa engkau?” 

Musa menjawab, “Aku Musa.” 

Khadhir bertanya, “Musa bani Israil?” 

Musa menjawab, “Iya.” 

Khadhir bertanya, “Apa keperluanmu?” 

Musa menjawab, “Aku datang agar engkau mengajariku ilmu yang telah diajarkan kepadamu.” 

Khadhir berkata, “Tidakkah cukup untukmu bahwa Taurat di kedua tanganmu dan bahwa wahyu datang kepadamu? Wahai Musa, sesungguhnya aku memiliki ilmu yang tidak layak bagimu untuk mengetahuinya dan engkau pun memiliki ilmu yang tidak layak bagiku untuk mengetahuinya.” 

Lalu ada seekor burung mengambil air dari laut dengan paruhnya. Khadhir berkata, “Demi Allah, tidaklah ilmuku, tidak pula ilmumu di sisi ilmu Allah, kecuali sebagaimana burung ini mengambil air dari laut dengan paruhnya.” 

حَتَّى إِذَا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ وَجَدَا مَعَابِرَ صِغَارًا، تَحۡمِلُ أَهۡلَ هَٰذَا السَّاحِلِ إِلَى أَهۡلِ هَٰذَا السَّاحِلِ الۡآخَرِ، عَرَفُوهُ، فَقَالُوا: عَبۡدُ اللهِ الصَّالِحُ – قَالَ: قُلۡنَا لِسَعِيدٍ: خَضِرٌ؟ قَالَ: نَعَمۡ - لَا نَحۡمِلُهُ بِأَجۡرٍ، فَخَرَقَهَا وَوَتَدَ فِيهَا وَتِدًا، قَالَ مُوسَى: أَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا، لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا إِمۡرًا - قَالَ مُجَاهِدٌ: مُنۡكَرًا – قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا - كَانَتِ الۡأُولَى نِسۡيَانًا، وَالۡوُسۡطَى شَرۡطًا، وَالثَّالِثَةُ عَمۡدًا – قَالَ: لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرًا، لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ، قَالَ يَعۡلَى: قَالَ سَعِيدٌ وَجَدَ غِلۡمَانًا يَلۡعَبُونَ، فَأَخَذَ غُلَامًا كَافِرًا ظَرِيفًا فَأَضۡجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ بِالسِّكِّينِ، قَالَ: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَكِيَّةً بِغَيۡرِ نَفۡسٍ لَمۡ تَعۡمَلۡ بِالۡحِنۡثِ - وَكَانَ ابۡنُ عَبَّاسٍ قَرَأَهَا: زَاكِيَةً مُسۡلِمَةً، كَقَوۡلِكَ غُلَامًا زَاكِيًا – 

Hingga ketika keduanya naik di kapal, keduanya mendapati ada kapal-kapal kecil yang mengangkut penduduk di satu pantai kepada penduduk pantai lainnya. Para pemilik kapal itu mengenal beliau. Mereka berkata, “Dia adalah hamba Allah yang saleh.” Perawi berkata: Kami bertanya kepada Sa’id, “Maksud mereka Khadhir?” Sa’id menjawab, “Iya.” Mereka melanjutkan, “Kami tidak akan mengangkutnya dengan meminta upah.” 

Lalu Khadhir melubangi kapal itu dan menancapkan penyumbat di lubang itu. 

Musa berkata, “Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh engkau telah membuat kesalahan yang besar.” Mujahid berkata, “(Membuat) kemungkaran.” 

Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” Kejadian pertama ini karena kelupaan (dari Musa), yang kedua adalah syarat, dan yang ketiga adalah kesengajaan. 

Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau mempersulit urusanku.” 

Keduanya bertemu seorang anak lalu Khadhir membunuhnya. Ya’la berkata: Sa’id berkata: Beliau mendapati anak-anak sedang bermain, lalu beliau mengambil seorang anak yang kafir yang elok rupanya. Beliau membaringkannya kemudian menyembelihnya dengan pisau. 

Musa berkata, “Apakah engkau jiwa yang suci bukan karena (membunuh) jiwa lain, yang belum pernah melakukan dosa?” Ibnu ‘Abbas membacanya, “(Jiwa) yang suci lagi berserah diri.” Seperti ucapanmu, “Seorang anak yang suci.” 

فَانۡطَلَقَا فَوَجَدَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنۡ يَنۡقَضَّ فَأَقَامَهُ - قَالَ سَعِيدٌ بِيَدِهِ هَكَذَا، وَرَفَعَ يَدَهُ - فَاسۡتَقَامَ - قَالَ يَعۡلَى: حَسِبۡتُ أَنَّ سَعِيدًا قَالَ: فَمَسَحَهُ بِيَدِهِ فَاسۡتَقَامَ - لَوۡ شِئۡتَ لَاتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرًا - قَالَ سَعِيدٌ - أَجۡرًا نَأۡكُلُهُ - وَكَانَ وَرَاءَهُمۡ - وَكَانَ أَمَامَهُمۡ، قَرَأَهَا ابۡنُ عَبَّاسٍ: أَمَامَهُمۡ مَلِكٌ. يَزۡعُمُونَ عَنۡ غَيۡرِ سَعِيدٍ: أَنَّهُ هُدَدُ بۡنُ بُدَدٍ، وَالۡغُلَامُ الۡمَقۡتُولُ اسۡمُهُ يَزۡعُمُونَ جَيۡسُورٌ - مَلِكٌ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصۡبًا، فَأَرَدۡتُ إِذَا هِيَ مَرَّتۡ بِهِ أَنۡ يَدَعَهَا لِعَيۡبِهَا، فَإِذَا جَاوَزُوا أَصۡلَحُوهَا فَانۡتَفَعُوا بِهَا- وَمِنۡهُمۡ مَنۡ يَقُولُ سَدُّوهَا بِقَارُورَةٍ، وَمِنۡهُمۡ مَنۡ يَقُولُ بِالۡقَارِ - كَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ وَكَانَ كَافِرًا، فَخَشِينَا أَنۡ يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَانًا وَكُفۡرًا، أَنۡ يَحۡمِلَهُمَا حُبُّهُ عَلَى أَنۡ يُتَابِعَاهُ عَلَى دِينِهِ، فَأَرَدۡنَا أَنۡ يُبَدِّلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيۡرًا مِنۡهُ زَكَاةً، لِقَوۡلِهِ: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَكِيَّةً وَأَقۡرَبَ رُحۡمًا، هُمَا بِهِ أَرۡحَمُ مِنۡهُمَا بِالۡأَوَّلِ الَّذِي قَتَلَ خَضِرٌ). وَزَعَمَ غَيۡرُ سَعِيدٍ أَنَّهُمَا أُبۡدِلَا جَارِيَةً، وأَمَّا دَاوُدُ بۡنُ أَبِي عَاصِمٍ فَقَالَ عَنۡ غَيۡرِ وَاحِدٍ: إِنَّهَا جَارِيَةٌ. [طرفه في: ٧٤]. 

Keduanya berangkat lalu mendapati sebuah dinding yang hendak roboh, lalu Khadhir menegakkannya. Sa’id memberi isyarat dengan tangannya begini dan beliau mengangkat tangannya. Lalu dinding itu tegak. Ya’la berkata: Seingatku Sa’id berkata: Khadhir mengusap dinding dengan tangan, lalu dinding itu tegak. 

(Musa berkata,) “Kalau engkau mau, engkau bisa mengambil upah untuk itu.” Sa’id berkata, “Upah yang bisa kita manfaatkan. 

Wa kāna warā`ahum artinya “di depan mereka.” Ibnu Abbas membacanya dengan qiraah: Di depan mereka ada seorang raja. Mereka menyatakan dari selain Sa’id bahwa raja itu bernama Hudad bin Budad, sedangkan menurut mereka, anak yang dibunuh itu bernama Jaisur. 

“Ada seorang raja yang mengambil dengan paksa setiap kapal. Sehingga aku ingin kapal ini bisa melewatinya karena raja itu membiarkan kapal itu lewat karena ada cacatnya. Ketika mereka telah lewat, mereka bisa memperbaikinya dan mengambil manfaat dengannya. Di antara mereka ada yang berkata, “Tutuplah lubang itu dengan botol.” Di antara mereka ada yang berkata, “(Sumpallah) dengan aspal.” 

“Kedua orang tuanya mukmin sedangkan anak itu kafir. Kami khawatir anak itu akan menjerumuskan kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. Kami khawatir rasa cinta kepada anak itu akan membawa kedua orang tuanya mengikuti agama anak itu. Maka kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi keduanya dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu—Ini sesuai dengan ucapannya, “Apakah engkau membunuh jiwa yang suci?”—dan lebih erat kasih sayangnya.” Kedua orang itu lebih mengasihi anak yang akan lahir daripada anak pertama yang dibunuh oleh Khadhir. 

Selain Sa’id menyatakan bahwa kedua orang itu diberi ganti dengan seorang anak perempuan. Adapun Dawud bin Abu ‘Ashim, beliau berkata dari lebih satu orang bahwa (gantinya) adalah anak perempuan.