Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2698

٦ - بَابٌ كَيۡفَ يُكۡتَبُ: هَٰذَا مَا صَالَحَ فُلَانُ ابۡنُ فُلَانٍ، وَفُلَانُ ابۡنُ فُلَانٍ، وَإِنۡ لَمۡ يَنۡسُبۡهُ إِلَى قَبِيلَتِهِ أَوۡ نَسَبِهِ
6. Bab cara menulis perjanjian damai: Ini adalah perdamaian antara Polan bin Polan dengan Polan bin Polan; meski hubungan kepada kabilah atau nasabnya tidak disebutkan (maka begini saja sudah cukup) 


٢٦٩٨ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡبَرَاءَ بۡنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: لَمَّا صَالَحَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَهۡلَ الۡحُدَيۡبِيَةِ، كَتَبَ عَلِيٌّ بَيۡنَهُمۡ كِتَابًا، فَكَتَبَ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَقَالَ الۡمُشۡرِكُونَ: لَا تَكۡتُبۡ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ، لَوۡ كُنۡتَ رَسُولًا لَمۡ نُقَاتِلۡكَ، فَقَالَ لِعَلِيٍّ: (امۡحُهُ). فَقَالَ عَلِيٌّ: مَا أَنَا بِالَّذِي أَمۡحَاهُ، فَمَحَاهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِيَدِهِ، وَصَالَحَهُمۡ عَلَى أَنۡ يَدۡخُلَ هُوَ وَأَصۡحَابُهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، وَلَا يَدۡخُلُوهَا إِلَّا بِجُلُبَّانِ السِّلَاحِ، فَسَأَلُوهُ مَا جُلُبَّانُ السِّلَاحِ؟ فَقَالَ: الۡقِرَابُ بِمَا فِيهِ. [طرفه في: ١٧٨١]. 

2698. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: 

Ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melakukan perjanjian damai dengan orang-orang musyrikin Hudaibiyah, ‘Ali menulis tulisan perjanjian untuk mereka. ‘Ali menulis: Muhammad Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. 

Orang-orang musyrikin berkata, “Jangan engkau tulis Muhammad Rasulullah! Kalau engkau memang seorang rasul, niscaya kami tidak akan memerangimu.” 

Rasulullah berkata kepada ‘Ali, “Hapuslah itu!” 

‘Ali berkata, “Bukan aku yang menghapusnya.” 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sendiri yang menghapus dengan tangannya. Beliau membuat perjanjian dengan mereka bahwa (tahun depan) beliau dan para sahabatnya boleh masuk (Makkah) selama tiga hari, serta mereka tidak boleh memasukinya kecuali dengan julubban as-silah (senjata yang disarungkan). 

Orang-orang bertanya kepadanya, “Apakah julubban as-silah?” 

Beliau menjawab, “Sarung pedang beserta isinya.”