الۡأَسۡئِلَةُ
Pertanyaan
۞ سُؤَالٌ: فَضِيلَةَ الشَّيۡخِ، مَا هِيَ الۡأُمُورُ الَّتِي يَنۡبَغِي أَنۡ
يُرَكِّزَ عَلَيۡهَا طَالِبُ الۡعِلۡمِ، هَلۡ يَبۡدَأُ بِكُتُبِ
الۡعَقِيدَةِ؟
Tanya: Wahai syekh yang mulia, perkara-perkara apa yang selayaknya ditekuni
oleh penuntut ilmu? Apakah dia memulai dengan mempelajari kitab-kitab
akidah?
الۡجَوَابُ: يَبۡدَأُ بِالۡأَسۡهَلِ فَالۡأَسۡهَلِ، يَبۡدَأُ بِالۡمُخۡتَصَرَاتِ
وَيَقۡرَؤُهَا عَلَى الۡمَشَايِخِ، ثُمَّ يَتَرَقَّى إِلَى الۡكُتُبِ الَّتِي
هِيَ أَوۡسَعُ مِنۡهَا، وَهَٰكَذَا. لَا يَذۡهَبُ لِلۡكُتُبِ الۡمُطَوَّلَةِ مِنۡ
أَوَّلِ الۡأَمۡرِ، وَإِنَّمَا يَتَرَقَّى إِلَيۡهَا شَيۡئًا فَشَيۡئًا،
يَتَدَرَّجُ إِلَيۡهَا شَيۡئًا فَشَيۡئًا.
Jawab: Dia mulai dari yang paling mudah. Dia mulai dengan kitab yang ringkas
dan membacanya di hadapan ulama. Kemudian dia naik ke kitab-kitab yang lebih
luas daripada sebelumnya. Begitu seterusnya. Dia tidak boleh langsung beranjak
ke kitab-kitab yang panjang lebar di tahap awal. Namun dia naik mengarah ke
sana secara bertahap. Dia naik setahap demi setahap.
۞ سُؤَالٌ: مَا رَأۡيُكُمۡ فِي قَوۡلِ مَنۡ قَالَ: إِنَّ مَنۡ أَتَي بِالشِّرۡكِ
وَالۡكُفۡرِ لَا يُكَفَّرُ إِلَّا بَعۡدَ مَعۡرِفَتِهِ بِالۡأَمۡرِ
كُلِّهِ؟
Tanya: Apa pendapat Anda tentang ucapan bahwa orang yang melakukan perbuatan
syirik dan kufur tidak bisa dikafirkan kecuali setelah dia mengetahui
perkaranya secara menyeluruh?
الۡجَوَابُ: إِذَا كَانَ مِثۡلُهُ يَجۡهَلُ؛ لِأَنَّهُ فِي بَلَدٍ مُنۡقَطَعٍ مَا
بَلَغَهُ شَيۡءٌ، فَإِنَّهُ يُعۡذَرُ، أَمَّا إِذَا كَانَ فِي بِلَادِ
الۡمُسۡلِمِينَ وَيَسۡمَعُ الۡأَحَادِيثَ وَيَسۡمَعُ كَلَامَ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ،
فَهَٰذَا لَا يُعۡذَرُ بِالۡجَهۡلِ؛ لِأَنَّهُ قَامَتۡ عَلَيۡهِ
الۡحُجَّةُ.
Jawab: Jika yang semisal dia ini tidak tahu karena dia berada di suatu negeri
yang terisolir. Tidak ada ilmu yang sampai kepadanya, maka dia diberi uzur.
Adapun bila dia berada di negeri-negeri kaum muslimin, dia bisa mendengar
hadis-hadis, dia bisa mendengar ucapan ulama, maka dia tidak diberi uzur
dengan alasan ketidaktahuan karena
hujah sudah tegak
padanya.
۞ سُؤَالٌ: مَا حُكۡمُ السَّفَرِ إِلَى بِلَادٍ إِسۡلَامِيَّةٍ لَا يُؤۡمَرُ
فِيهَا بِالۡمَعۡرُوفِ وَلَا يُنۡهَى عَنِ الۡمُنۡكَرِ، وَتُبَاعُ فِيهَا
الۡخُمُورُ وَالۡأَغَانِي، وَفِيهَا التَّبَرُّجُ وَالۡاِخۡتِلَاطُ، بِغَرَضِ
النُّزۡهَةِ وَالسِّيَاحَةِ؟
Tanya: Apa hukum safar ke negeri-negeri Islam yang di situ amar makruf nahi
mungkar tidak dilakukan? Di situ banyak khamar dan alat musik dijual. Di situ
banyak yang bersolek dan campur baur pria wanita. Dia safar dengan tujuan
piknik dan rekreasi.
الۡجَوَابُ: الۡبَلَدُ غَيۡرُ الۡمُلۡتَزِمِ، وَالَّتِي فِيهَا الۡفَوَاحِشُ
وَالشُّرُورُ عَلَانِيَةً، لَا يَجُوزُ لِلۡإِنۡسَانِ أَنۡ يُسَافِرَ إِلَيۡهَا؛
لِأَنَّهُ يَتَأَثَّرُ بِمَا فِيهَا مِنَ الشَّرِّ، وَيُصِيبُهُ مَا أَصَابَ
أَهۡلَهَا.
Jawab: Tidak boleh bagi orang-orang untuk safar ke negeri yang tidak berpegang
teguh dengan syariat Islam dan di situ banyak perbuatan keji dan jahat dengan
terang-terangan. Karena dia akan terpengaruh dengan perbuatan jelek yang ada
di negeri tersebut dan akan menimpanya apa yang telah menimpa penduduk negeri
tersebut.
۞ سُؤَالٌ: هَلۡ يَجُوزُ رِوَايَةُ الۡحَدِيثِ الضَّعِيفِ مَعَ عَدَمِ بَیَانِ
حَالِهِ لِأَنَّ النَّاسَ لَا يَفۡهَمُونَ؟
Tanya: Apa boleh meriwayatkan hadis daif tanpa ada penjelasan keadaannya
karena manusia tidak paham?
الۡجَوَابُ: الۡحَدِيثُ الضَّعِيفُ ذَكَرَ الۡعُلَمَاءُ لَهُ ضَوَابِطُ:
أَوَّلًا: أَلَّا يُنۡسَبَ إِلَى الرَّسُولِ ﷺ عَلَى طَرِيقِ الۡجَزۡمِ، إِنَّمَا
يُقَالُ: يُرۡوَى عَنۡ رَسُولِ اللهِ، وَرَدَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ كَذَا، وَلَا
يُقَالُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ كَذَا.
ثَانِيًا: أَلَّا يُبۡنَى عَلَيۡهِ حُكۡمٌ مُسۡتَقِلٌّ، وَإِنَّمَا الۡأَحۡكَامُ
تُبۡنَى عَلَى الۡأَدِلَّةِ الصَّحِيحَةِ، فَلَایُبۡنَی عَلَیۡهِ حُکۡمٌ
مُسۡتَقِلٌّ مِنۡ تَحۡلِيلٍ أَوۡ تَحۡرِیمٍ.
ثَالِثًا: أَنۡ يَكُونَ ذِكۡرُهُ بِمَجَالِ الۡوَعۡظِ وَالتَّذۡكِيرِ فَقَطۡ،
يُذۡكَرُ عَلَى سَبِيلِ الۡوَعۡظِ وَالتَّذۡكِيرِ فَقَطۡ؛ لِأَنَّ الۡوَعۡظَ
وَالتَّذۡكِيرَ مَطۡلُوبَانِ.
وَشَرۡطُ رَابِعٍ أَيۡضًا: وَهُوَ أَلَّا يَكُونَ ضَعِيفًا شَدِيدَ
الضَّعۡفِ.
Jawab: Para ulama menyebutkan ketentuan hadis daif.
Pertama, tidak boleh disandarkan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—dengan bentuk pemastian. Hanya boleh dikatakan: diriwayatkan dari
Rasulullah atau telah datang dari Rasulullah begini. Tidak boleh untuk
dikatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda demikian.
Kedua, hukum yang berdiri sendiri tidak boleh dibangun di atas dasar hadis
daif. Hukum-hukum syariat hanya boleh ditetapkan di atas dasar dalil-dalil
yang sahih. Jadi, suatu hukum yang berdiri sendiri berupa penghalalan dan
pengharaman tidak bisa dibangun di atas dasar hadis daif.
Syarat ketiga: Hadis daif hanya disebutkan dalam konteks nasehat dan
peringatan. Hanya disebutkan sebagai nasehat dan peringatan saja karena
nasehat dan peringatan merupakan dua hal yang dibutuhkan.
Syarat keempat adalah hadis daif itu tidak terlalu daif.
۞ سُؤَالٌ: هَلۡ هُنَاكَ هِجۡرَةٌ فِي عَصۡرِنَا هَٰذَا، وَإِذَا كَانَ فَلَا
بُدَّ مِنۡ مَسۡكَنٍ وَمَأۡكَلٍ وَلَا يُمۡكِنُ أَنۡ يَحۡصُلَ هَٰذَا ....
Tanya: Apakah di masa kita ini ada hijrah? Jika memang ada, maka harus ada
tempat tinggal dan sesuatu yang bisa dimakan. Hal ini tidak mungkin
terwujud...
الۡجَوَابُ: الۡهِجۡرَةُ بَاقِيَةٌ، يَقُولُ الرَّسُولُ ﷺ: (لَا تَنۡقَطِعُ
الۡهِجۡرَةُ حَتَّى تَنۡقَطِعَ التَّوۡبَةُ، وَلَا تَنۡقَطِعُ التَّوۡبَةُ حَتَّى
تَخۡرُجَ الشَّمۡسُ مِنۡ مَغۡرِبِهَا) الۡهِجۡرَةُ بَاقِيَةٌ، فَإِذَا كَانَ لَا
يُقِيمُ دِينَهُ فِي مَكَانٍ، فَإِنَّهُ يَذۡهَبُ إِلَى الۡمَكَانِ الَّذِي
يَتَمَكَّنُ فِيهِ مِنۡ إِقَامَةِ دِينِهِ مَعَ الۡمُسۡلِمِينَ، وَإِذَا قُدِرَ
أَنَّهُ مَا يَقۡدَرُ عَلَى أَنَّهُ يَذۡهَبُ لِبِلَادِ الۡمُسۡلِمِينَ، يَذۡهَبُ
إِلَى الۡبِلَادِ الَّتِي يَتَمَكَّنُ فِيهَا مِنۡ إِقَامَةِ دِينِهِ وَلَوۡ
كَانَ الۡبَلَدُ بَلَدَ كُفۡرٍ؛ لِأَنَّ بَعۡضَ الشَّرِّ أَهۡوَنُ مِنۡ
بَعۡضٍ.
Jawab: Syariat hijrah tetap ada. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—bersabda, “Hijrah tidak terputus (akan tetap ada) hingga tobat
terputus. Tobat tidak terputus hingga matahari terbit dari tempat
tenggelamnya.” (HR. Ahmad nomor 1671 dari hadis ‘Abdurrahman bin ‘Auf).
Syariat hijrah tetap ada. Jadi apabila ada orang yang tidak bisa menegakkan
agamanya di suatu tempat, maka dia pergi ke tempat yang memungkinkannya untuk
menegakkan agamanya bersama kaum muslimin. Jika dia ditakdirkan tidak mampu
hijrah ke negeri muslimin, maka dia pergi ke negeri yang memungkinkannya untuk
menegakkan agamanya walaupun ke negeri kafir. Karena sebagian kejelekan bisa
lebih ringan daripada sebagian yang lain.
وَالصَّحَابَةُ هَاجَرُوا إِلَى الۡحَبَشَةِ وَهُمۡ نَصَارَی؛ لِأَنَّهُمۡ
يَقۡدَرُونَ عَلَى إِقَامَةِ دِينِهِمۡ هُنَاكَ، وَيَسۡلَمُونَ مِنۡ أَذَى
الۡمُشۡرِكِينَ. وَاللهُ -جَلَّ وَعَلَا- يَقُولُ: ﴿فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا
ٱسۡتَطَعۡتُمۡ﴾ [التغابن: ١٦].
Para sahabat berhijrah ke Habasyah padahal penduduknya beragama Nasrani. Hal
itu karena para sahabat mampu menegakkan agama mereka di sana dan mereka
selamat dari gangguan orang-orang musyrik. Allah—jalla wa 'ala—juga berfirman,
“Bertakwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).
وَإِذَا كَانَ هُنَاكَ بِلَادٌ فِيهَا أَقَلِّيَّةٌ إِسۡلَامِيَّةٌ أَوۡ
مُسۡلِمُونَ كَثِيرُونَ، فَإِنَّهُ يَذۡهَبُ وَيَصِيرُ مَعَهُمۡ وَلَوۡ كَانُوا
فِي بِلَادِ کُفَّارٍ، إِذَا لَمۡ يَتَمَكَّنۡ مِنۡ بِلَادِ الۡمُسۡلِمِينَ،
فَإِنَّهُ يُخَفِّفُ الشَّرَّ مَهۡمَا أَمۡكَنَ.
Maka, jika di sana ada suatu negeri yang membebaskan penduduknya menegakkan
syariat Islam atau kaum muslimin berjumlah banyak, maka dia pergi ke sana dan
tinggal bersama mereka walaupun mereka berada di negeri orang-orang kafir. Hal
itu dilakukan apabila tidak memungkinkan baginya untuk pindah ke negeri-negeri
muslimin. Jadi dia memilih kejelekan yang paling ringan sebisa mungkin.
۞ سُؤَالٌ: فَضِيلَةَ الشَّيۡخِ، بَعۡضُ النَّاسِ عِنۡدَمَا يَبۡنِي بَيۡتًا
جَدِيدًا يَذۡبَحُ عِنۡدَ عَتَبَةِ الۡبَابِ تَبَرُّکًا وَرَدًّا لِلۡعَيۡنِ،
وَهُوَ يَجۡهَلُ أَنَّ هَٰذَا مِنَ الذَّبۡحِ لِغَيۡرِ اللهِ الَّذِي هُوَ
الشِّرۡكُ، فَهَلۡ هَٰذَا يَكۡفُرُ؟
Tanya: Wahai syekh yang mulia, sebagian orang ketika membangun rumah yang
baru, dia menyembelih di dekat ambang pintu dalam rangka tabaruk dan menolak
‘ain (bahaya yang ditimbulkan pandangan mata). Namun dia tidak tahu bahwa
perbuatan ini termasuk menyembelih untuk selain Allah yang merupakan
kesyirikan. Apakah orang ini kafir?
الۡجَوَابُ: هَٰذَا يُؤۡمَرُ بِالتَّوۡبَةِ، يُقَالُ لَهُ: هَٰذَا شِرۡكٌ،
عَلَيۡكَ التَّوۡبَةُ إِلَى اللهِ، لِأَنَّ مَنۡ فَعَلَ الشِّرۡكَ فَهُوَ
مُشۡرِكٌ.
Jawab: Orang ini disuruh untuk bertobat. Dikatakan kepadanya, “Ini adalah
syirik. Engkau harus bertobat kepada Allah karena orang yang melakukan
kesyirikan maka dia musyrik.”
۞ سُؤَالٌ: فَضِيلَةَ الشَّيۡخِ هَٰذِهِ امۡرَأَةٌ تَسۡأَلُ وَتَقُولُ: إِنَّ
الطَّبِيبَ أَخۡبَرَهَا أَنَّ الۡحَمۡلَ فِي الۡمُسۡتَقۡبَلِ سَوۡفَ يُؤَثِّرُ
عَلَى وَظَائِفِ الۡكَبِدِ، وَسَوۡفَ يُؤَثِّرُ عَلَى عِظَامِهَا، وَأَخۡبَرَهَا
أَنَّهَا تَمۡتَنِعُ عَنِ الۡحَمۡلِ وَلَوۡ فِي وَقۡتٍ..... فَهَلۡ يَجُوزُ لَهَا
ذٰلِكَ؟
Tanya: Wahai syekh yang mulia, ini ada seorang wanita yang bertanya:
Sesungguhnya dokter memberitahunya bahwa kandungannya kelak berpengaruh kepada
fungsi heparnya dan kelak berpengaruh kepada tulang-tulangnya. Dokter juga
memberitahunya bahwa dia tidak boleh untuk hamil sementara waktu... Apakah dia
boleh melakukan upaya pencegahan kehamilan?
الۡجَوَابُ: إِذَا قَرَّرَ طَبِیبَانِ ثِقَتَانِ أَنَّ الۡحَمۡلَ فِيهِ خَطَرٌ
عَلَيۡهَا، فَإِنَّهَا تَعۡمَلُ مَا يَمۡنَعُ الۡحَمۡلَ، لِقَوۡلِهِ ﷺ: (لَا
ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ) وَلِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَا تُلۡقُوا۟ بِأَيۡدِيكُمۡ
إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ ۛ﴾ [البقرة: ٩٥] فَالۡمُهِمُّ ثُبُوتُ هَٰذَا.
Jawab: Jika ada dua dokter yang tepercaya menetapkan bahwa kehamilan akan
mendatangkan bahaya untuknya, maka dia boleh melakukan upaya pencegah
kehamilan berdasarkan sabda Nabi, “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh
membahayakan orang lain.” (HR. Ahmad nomor 2865 dan
Ibnu Majah nomor 2341
dari hadis Ibnu ‘Abbas).
Juga berdasarkan firman Allah taala, “Janganlah kalian jerumuskan diri-diri
kalian kepada kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 95).
Yang penting adalah kepastian akan hal itu.
۞ سُؤَالٌ: هَلۡ يَجُوزُ الۡخُرُوجُ لِلۡجِهَادِ دُونَ مُوَافَقَةِ
الۡوَالِدَيۡنِ؟
Tanya: Apakah boleh pergi berjihad tanpa persetujuan orang tua?
الۡجَوَابُ: لَا يَجُوزُ الۡخُرُوجُ لِلۡجِهَادِ إِلَّا بِرِضَا أَبِيكَ
وَأُمِّكَ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ جَاءَهُ رَجُلٌ يُرِيدُ أَنۡ يُجَاهِدَ، فَقَالَ
لَهُ: (أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟) قَالَ: نَعَمۡ، قَالَ: (فَفِيهِمَا فَجَاهِدۡ)
فَلَابُدَّ مِنۡ رِضَا الۡوَالِدَيۡنِ.
Jawab: Tidak boleh pergi berjihad kecuali dengan keridaan ayah dan ibumu
karena ketika Nabi didatangi oleh seorang lelaki yang hendak berjihad.
Nabi bertanya kepadanya, “Apa kedua orang tuamu masih hidup?”
Lelaki itu menjawab, “Masih.”
Nabi bersabda, “Bersungguh-sungguhlah berbakti kepada keduanya.” (HR.
Al-Bukhari nomor 3004,
5972, dan
Muslim nomor 2549).
Jadi jihad harus ada keridaan kedua orang tua.
۞ سُؤَالٌ: هَلۡ يُعۡذَرُ بَعۡضُ الۡكُفَّارِ الۡآنَ بِالۡجَهۡلِ لِعَدَمِ
وُصُولِ الۡإِسۡلَامِ إِلَيۡهِمۡ، وَخَاصَّةً إِذَا وُلِدَ مَوۡلُودٌ
لِأَبَوَيۡنِ كَافِرَيۡنِ وَلَمۡ يَعۡرِفۡ شَيۡئًا عَنِ الۡإِسۡلَامِ؟
Tanya: Apakah sebagian orang kafir sekarang ini diberi uzur dengan kebodohan
karena tidak sampainya ajaran Islam kepadanya? Khususnya apabila seorang anak
yang memiliki dua orang tua yang kafir dan dia tidak mengetahui sedikitpun
tentang Islam.
الۡجَوَابُ: الۡإِسۡلَامُ انۡتَشَرَ الۡآنَ وَبَلَغَ الۡمَشَارِقَ
وَالۡمَغَارِبَ، خُصُوصًا بَعۡدَ تَطَوُّرِ وَسَائِلِ الۡإِعۡلَامِ، وَصَارَ
الۡعَالَمُ الۡآنَ كَالۡبَلَدِ الصَّغِيرِ، انۡتَشَرَ الۡإِسۡلَامُ بِوَسَائِلِ
الۡإِعۡلَامِ، الۡقُرۡآنُ أَصۡبَحَ يُتۡلَى بِأَعۡلَى الۡأَصۡوَاتِ فِي جَمِيعِ
الۡقَارَّاتِ، فِي الۡأَوَّلِ الۡإِسۡلَامِ بَلَغَ بِالۡجِهَادِ فِي الۡمَشَارِقِ
وَالۡمَغَارِبِ، فَلَمَّا انۡقَطَعَ الۡجِهَادُ فِي هَٰذَا الزَّمَانِ وَفَّرَ
اللهُ وَسَائِلَ الۡإِعۡلَامِ هَٰذِهِ، لِتَقُومَ الۡحُجَّةُ عَلَى الۡخَلۡقِ؛
لِئَلَّا يَقُولَ أَحَدٌ: وَاللهِ أَنَا مَا دَرَيۡتُ وَلَا سَمِعۡتُ
شَيۡئًا.
Jawab: Islam sekarang telah tersebar dan telah mencapai timur dan barat.
Khususnya setelah sarana informasi telah berkembang sehingga alam ini sekarang
ini seperti negeri yang kecil. Islam telah tersebar melalui berbagai sarana
informasi. Alquran menjadi sesuatu yang dibaca dengan suara yang paling keras
di semua benua.
Di masa awal, Islam mencapai daerah timur dan barat melalui jihad. Ketika
jihad terhenti di zaman ini, maka Allah memunculkan berbagai sarana informasi
agar
hujah menjadi tegak
bagi makhluk. Supaya tidak ada seorang pun yang berkata, “Demi Allah, aku
tidak mengetahui dan mendengar sesuatu pun.”
۞ سُؤَالٌ: يَقُولُ النَّبِيُّ ﷺ: (افۡتَرَقَتِ الۡيَهُودُ عَلَى إِحۡدَى
وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، وَافۡتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنۡتَيۡنِ وَسَبۡعِينَ
فِرۡقَةً، وَسَتَفۡتَرِقُ هَٰذِهِ الۡأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً
كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً....) الۡحَدِيث، السُّؤَالُ: كَيۡفَ
نُوَفِّقُ بَيۡنَ هَٰذَا الۡحَدِيثِ وَبَیۡنَ وُجُودِ الۡعَدِيدِ مِنَ الۡفِرَقِ
يَتَعَدَّى الثَّلَاثَ وَالسَّبۡعِينَ فِرۡقَةً؟
Tanya: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Yahudi telah terpecah
menjadi tujuh puluh satu firkah. Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh
dua firkah. Umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firkah, semuanya
di neraka kecuali satu…” (HR. Ahmad nomor 12208,
Ibnu Majah nomor 3993, dan
Ibnu Abu ‘Ashim nomor 64
dari hadis Anas).
Bagaimana mengompromikan hadis ini dengan kenyataan jumlah firkah yang
melampaui tujuh puluh tiga firkah?
الۡجَوَابُ: هَٰذِهِ أُصُولُ الۡفِرَقِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَشَعَّبَتۡ
وَتَفَرَّقَتۡ فِرَقًا كَثِيرَةً، لَٰكِنۡ أُصُولُهَا ثَلَاثٌ وَسَبۡعُونَ
فِرۡقَةً كَمَا أَخۡبَرَ النَّبِيُّ ﷺ.
Jawab: (Tujuh puluh tiga firkah) ini adalah induk firkah. Kemudian induk
firqah ini bercabang dan berpecah menjadi banyak firkah. Akan tetapi induknya
ada tujuh puluh tiga firkah sebagaimana dikabarkan oleh Nabi—shallallahu
‘alaihi wa sallam—.
۞ سُؤَالٌ: كَيۡفَ يَكُونُ الۡجَهۡلُ بِاللهِ سَبَبًا لِلشِّرۡكِ بِاللهِ؟
Tanya: Bagaimana kebodohan terhadap Allah bisa menjadi sebab kesyirikan kepada
Allah?
الۡجَوَابُ: الۡجَهۡلُ بِاللهِ سَبَبٌ لِكُلِّ شَرٍّ مِنَ الشِّرۡكِ وَغَيۡرِهِ،
فَلَا بُدَّ مِنۡ مَعۡرِفَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بِأَسۡمَائِهِ وَصِفَاتِهِ،
وَمَعۡرِفَةِ حَقِّهِ عَلَيۡنَا، وَمَا أَوۡجَبَهُ عَلَيۡنَا وَمَا حَرَّمَهُ
عَلَيۡنَا، لَابُدَّ مِنۡ مَعۡرِفَةِ هَٰذَا مَعۡرِفَةً تَامَّةً.
Jawab: Kebodohan terhadap Allah merupakan sebab segala kejelekan berupa syirik
dan selainnya. Maka, harus mengenal Allah dengan nama-nama-Nya dan
sifat-sifat-Nya. Juga mengetahui hak-Nya yang harus kita tunaikan. Juga
mengetahui apa yang Allah wajibkan kepada kita dan yang Allah haramkan bagi
kita. Harus mengetahui perkara-perkara ini dengan sempurna.
۞ سُؤَالٌ: هَلۡ يُؤۡخَذُ مِنۡ تَعَبُّدِ النَّبِيِّ ﷺ فِي الۡغَارِ الۡعُزۡلَةَ
فِي هَٰذَا الزَّمَنِ الَّذِي كَثُرَ فِيهِ الشِّرۡكُ، وَقَلَّ الۡإِيمَانُ
وَطَلَبُ الۡعِلۡمِ وَالتَّطَفُّلُ عَلَى الۡعُلَمَاءِ، وَهَلۡ تُوصُونَ
بِهَٰذَا؟
Tanya: Apakah dari peribadatan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di gua, bisa
diambil hukum bolehnya uzlah di zaman ini? Zaman yang telah banyak kesyirikan
dan iman telah sedikit... Apa Anda mewasiatkan ini?
الۡجَوَابُ: الۡعُلَمَاءُ قَسَّمُوا الۡعُزۡلَةَ إِلَى قِسۡمَيۡنِ:
Jawab: Ulama membagi uzlah menjadi dua jenis.
الۡقِسۡمُ الۡأَوَّلُ: الۡإِنۡسَانُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ مِنۡ أَجۡلِ
الدَّعۡوَةِ إِلَى اللهِ وَمِنۡ أَجۡلِ التَّعَلُّمِ، هَٰذَا لَا تَجُوزُ لَهُ
الۡعُزۡلَةُ، بَلۡ يَجِبُ عَلَيۡهِ أَنۡ يُعَلِّمَ الۡخَيۡرَ وَأَنۡ يَدۡعُوَ
إِلَى اللهِ وَأَنۡ يُخَالِطَ النَّاسَ مِنۡ أَجۡلِ التَّأۡثِيرِ عَلَيۡهِمۡ
وَنَصِيحَتِهِمۡ، فَلَا يَجُوزُ لَهُ الۡعُزۡلَةُ.
Jenis pertama: orang yang hidup bersama dengan orang lain untuk berdakwah
kepada Allah dan untuk belajar. Orang jenis ini tidak boleh untuk uzlah,
bahkan dia wajib untuk mengajarkan kebaikan, berdakwah kepada Allah, dan
berinteraksi dengan orang lain untuk memengaruhi mereka kepada kebaikan dan
menasihati mereka. Jadi dia tidak boleh uzlah.
الۡقِسۡمُ الثَّانِي: الَّذِي لَيۡسَ لَهُ تَأۡثِيرٌ وَلَا لَهُ فَائِدَةٌ، إِذَا
خَالَطَ النَّاسَ بَلۡ هُوَ يَتَضَرَّرُ، فَهَٰذَا الۡعُزۡلَةُ خَيۡرٌ لَهُ؛
لِأَنَّ اخۡتِلَاطَهُ بِالنَّاسِ لَا يُفِيدُهُ وَلَا يُفِيدُ النَّاسَ
أَيۡضًا.
Bagian kedua: orang yang tidak bisa memengaruhi kepada kebaikan dan tidak ada
faedah baginya apabila berinteraksi dengan orang lain, bahkan merugikannya.
Maka, uzlah ini baik untuknya karena interaksinya dengan orang-orang tidak
memberinya faedah, tidak pula memberi faedah kepada orang-orang.
۞ سُؤَالٌ: مَا رَأۡيُكُمۡ فِيمَنۡ يَصِفُ مُؤَلَّفَاتِ الۡاِمَامِ الۡمُجَدِّدِ
مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ فِي الۡفِقۡهِ وَالۡعَقِيدَةِ وَيَقُولُ: هِيَ
فِيهَا تِکۡرَارٌ؟
Tanya: Apa pendapat Anda tentang orang-orang yang menggambarkan karya tulis
imam mujadid Muhammad bin ‘Abdul Wahhab adalah dalam bidang fikih dan akidah;
dan dia berkata bahwa isinya diulang-ulang?
الۡجَوَابُ: هَٰذَا بَيۡنَ أَمۡرَيۡنِ: إِمَّا أَنَّهُ جَاهِلٌ لَمۡ يَكُنۡ
دَرۡسَهَا وَلَا يَدۡرِي عَنۡهَا، وَالۡوَاجِبُ عَلَيۡهِ قَبۡلَ أَنۡ يَحۡكُمَ
عَلَى الشَّيۡءِ أَنۡ يَدۡرُسَهُ أَوَّلًا وَيَعۡرِفَهُ، وَلَا يَحۡكُمَ عَلَيۡهِ
وَهُوَ يَجۡهَلُ.
Jawab: Dia di antara dua kemungkinan. Bisa jadi dia tidak tahu. Belum
mempelajarinya dan tidak mengetahuinya. Dia wajib untuk mempelajari dan
mengetahui lebih dahulu sebelum menghukumi sesuatu. Dia tidak boleh menghukumi
dalam keadaan tidak tahu.
الۡأَمۡرُ الثَّانِي: أَنۡ يَكُونَ عِنۡدَهُ ضَلَالٌ، وَهَٰذِهِ الۡكُتُبُ
تُنۡكِرُ عَلَيۡهِ ضَلَالَهُ، وَهَٰذَا الظَّاهِرُ أَنَّهُ مَرِيضٌ وَهُوَ
يَكۡرَهُ الدَّوَاءَ، لَكِنۡ نَسۡأَلُ اللهَ لَهُ الۡهِدَايَةَ، وَنُوصِيهِ
بِأَنَّهُ يَقۡرَأُ هَٰذِهِ الۡكُتُبَ بِتَمَعُّنٍ وَيَسۡأَلُ عَمَّا أَشۡكَلَ
عَلَيۡهِ....
وَالۡحَمۡدُ لِلهِ رَبِّ الۡعَالَمِینَ.
Kemungkinan kedua bahwa dia memiliki kesesatan dan kitab-kitab ini mengingkari
kesesatannya. Kemungkinan yang kedua inilah yang tampaknya terjadi. Orang ini
sakit namun membenci obatnya. Akan tetapi kita tetap memohonkan hidayah kepada
Allah untuknya. Kita wasiatkan kepadanya agar dia membaca kitab-kitab ini,
mendalaminya, dan menanyakan hal yang dia sulit pahami.
Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta.