Cari Blog Ini

Mizan

Syaikhul Islam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 620 H) berkata dalam kitab Lum'atul I'tiqad Al-Hadi ila Sabilir Rasyad:

وَالۡمِيزَانُ لَهُ كِفَّتَانِ وَلِسَانٌ، يُوزَنُ بِهِ أَعۡمَالُ الۡعِبَادِ ﴿فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ۝١٠٢ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمۡ فِى جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ﴾ [المؤمنون: ١٠٢-١٠٣].

Mizan memiliki dua piringan timbangan dan satu tuas. Amalan para hamba ditimbang menggunakan ini. “Barang siapa yang berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang merugikan diri-diri mereka. Mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (QS. Al-Mu`minun: 102-103).[1]


Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata dalam syarah beliau:

[1] الۡمَوَازِينُ:

Mizan:

الۡمَوَازِينُ: جَمۡعُ مِيزَانٍ، وَهُوَ لُغَةً: مَا تُقَدَّرُ بِهِ الۡأَشۡيَاءُ خِفَّةً وَثِقَلًا.

وَشَرۡعًا: مَا يَضَعُهُ اللهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ لِوَزۡنِ أَعۡمَالِ الۡعِبَادِ.

وَقَدۡ دَلَّ عَلَيۡهِ الۡكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَإِجۡمَاعُ السَّلَفِ.

Mawāzīn adalah bentuk jamak dari kata mīzan. Secara bahasa artinya alat untuk mengukur ringan atau berat benda-benda. Secara syariat artinya sesuatu yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba. Dalil Alquran, sunah, dan ijmak ulama salaf telah menunjukkan hal tersebut.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ۝١٠٢ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمۡ فِى جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ﴾ [المؤمنون: ١٠٢، ١٠٣]،

Allah taala berfirman, “Barang siapa yang berat timbangannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Barang siapa yang ringan timbangannya, mereka itulah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri. Mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (QS. Al-Mu`minun: 102-103).

﴿وَنَضَعُ ٱلۡمَوَٰزِينَ ٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَيۡـًٔا ۖ وَإِن كَانَ مِثۡقَالَ حَبَّةٍ مِّنۡ خَرۡدَلٍ أَتَيۡنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ﴾ [الۡأنبياء: ٤٧].

“Kami akan memasang timbangan-timbangan yang tepat di hari kiamat. Tidak ada satu jiwapun yang dizalimi sedikit saja. Meskipun amalan itu seberat biji sawi, Kami akan mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya`: 47).

وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحۡمٰنِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الۡمِيزَانِ: سُبۡحَانَ اللهِ وَبِحَمۡدِهِ، سُبۡحَانَ اللهِ الۡعَظِيمِ) مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Dua kalimat yang dicintai oleh Ar-Rahman, ringan di lisan, berat di mizan: subhānallāhi wabi hamdihi (Maha Suci Allah dengan memuji-Nya) dan subhānallāhil ‘azhīm (Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Al-Bukhari nomor 6406, 6682, 7563 dan Muslim nomor 2694).

وَأَجۡمَعَ السَّلَفُ عَلَى ثُبُوتِ ذٰلِكَ.

Ulama salaf telah sepakat akan kepastian mizan itu.

وَهُوَ مِيزَانٌ حَقِيقِيٌّ لَهُ كِفَّتَانِ لِحَدِيثِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ الۡعَاصِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِي صَاحِبِ الۡبِطَاقَةِ قَالَ: (فَتُوضَعُ السِّجِّلَّاتُ فِي كِفَّةٍ وَالۡبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ..) الۡحَدِيث. رَوَاهُ التِّرۡمِذِيُّ وَابۡنُ مَاجَهۡ، قَالَ الۡأَلۡبَانِيُّ: إِسۡنَادُهُ صَحِيحٌ.

Mizan tersebut hakiki, memiliki dua piring timbangan berdasarkan hadis ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang pemilik kartu. Beliau bersabda, “Lembaran catatan amalan diletakkan di satu piring timbangan dan kartu di piring timbangan lainnya.” (HR. At-Tirmidzi nomor 2639 dan Ibnu Majah nomor 4300. Al-Albani berkata: Sanadnya sahih).

وَاخۡتَلَفَ الۡعُلَمَاءُ هَلۡ هُوَ مِيزَانٌ وَاحِدٌ أَوۡ مُتَعَدِّدٌ؟

فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: مُتَعَدِّدٌ بِحَسۡبِ الۡأُمَمِ أَوِ الۡأَفۡرَادِ أَوِ الۡأَعۡمَالِ لِأَنَّهُ لَمۡ يَرِدۡ فِي الۡقُرۡآنِ إِلَّا مَجۡمُوعًا، وَأَمَّا إِفۡرَادُهُ فِي الۡحَدِيثِ فَبِاعۡتِبَارِ الۡجِنۡسِ.

وَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: هُوَ مِيزَانٌ وَاحِدٌ؛ لِأَنَّهُ وَرَدَ الۡحَدِيثُ مُفۡرَدًا، وَأَمَّا جَمۡعُهُ فِي الۡقُرۡآنِ فَبِاعۡتِبَارِ الۡمَوۡزُونِ.

وَكِلَا الۡأَمۡرَيۡنِ مُحۡتَمِلٌ وَاللهُ أَعۡلَمُ.

Ulama berbeda pendapat apakah mizan tersebut berjumlah satu atau banyak?

Sebagian mereka berpendapat jumlahnya banyak sesuai jumlah umat atau sejumlah individu atau sejumlah amalan karena tidaklah mizan disebutkan di dalam Alquran kecuali dalam bentuk jamak. Adapun penyebutan dalam bentuk tunggal di dalam hadis-hadis, maksudnya dilihat dari sisi jenisnya.

Sebagian mereka berpendapat bahwa jumlah mizan tersebut hanya satu karena di hadis disebutkan dalam bentuk tunggal. Adapun penyebutan di Alquran dalam bentuk jamak karena dipandang dari sisi yang ditimbang.

Kedua pendapat itu memiliki kemungkinan benar wallahu alam.

وَالَّذِي يُوزَنُ: الۡعَمَلُ لِظَاهِرِ الۡآيَةِ السَّابِقَةِ وَالۡحَدِيثِ بَعۡدَهَا

وَقِيلَ: صَحَائِفُ الۡعَمَلِ لِحَدِيثِ صَاحِبِ الۡبِطَاقَةِ.

وَقِيلَ: الۡعَامِلُ نَفۡسُهُ لِحَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (إِنَّهُ لَيَأۡتِي الرَّجُلُ الۡعَظِيمُ السَّمِينُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ لَا يَزِنُ عِنۡدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ) وَقَالَ: (اقۡرَأُوا: ﴿فَلَا نُقِيمُ لَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَزۡنًا﴾ [الكهف: ١٠٥]) مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ.

Pendapat bahwa yang ditimbang adalah amalnya berdasarkan lahir ayat yang telah lalu dan hadis setelahnya.

Ada juga yang berpendapat bahwa yang ditimbang adalah lembaran catatan amal berdasarkan hadis pemilik kartu.

Ada yang berpendapat bahwa yang ditimbang adalah orang yang beramal itu sendiri berdasarkan hadis Abu Hurairah bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sungguh nanti akan ada pria yang besar gemuk datang pada hari kiamat namun di sisi Allah beratnya tidak melebihi berat sayap nyamuk.” Beliau bersabda, “Silakan kalian baca: Kami tidak melakukan penimbangan untuk mereka pada hari kiamat (QS. Al-Kahfi: 105).” (HR. Al-Bukhari nomor 4729 dan Muslim nomor 2785).

وَجَمَعَ بَعۡضُ الۡعُلَمَاءِ بَيۡنَ هٰذِهِ النُّصُوصِ بِأَنَّ الۡجَمِيعَ يُوزَنُ أَوۡ أَنَّ الۡوَزۡنَ حَقِيقَةٌ لِلصَّحَائِفِ، وَحَيۡثُ إِنَّهَا تَثۡقُلُ وَتَخِفُّ بِحَسۡبِ الۡأَعۡمَالِ الۡمَكۡتُوبَةِ صَارَ الۡوَزۡنُ كَأَنَّهُ لِلۡأَعۡمَالِ، وَأَمَّا وَزۡنُ صَاحِبِ الۡعَمَلِ فَالۡمُرَادُ بِهِ قَدۡرُهُ وَحُرۡمَتُهُ. وَهٰذَا جَمۡعٌ حَسَنٌ وَاللهُ أَعۡلَمُ.

Sebagian ulama memadukan nas-nas ini dengan kesimpulan bahwa semuanya akan ditimbang. Atau bahwa hakikat penimbangan dilakukan pada lembaran catatan. Kemudian karena timbangannya menjadi berat atau ringan sesuai amalan yang tercatat, maka seolah-olah penimbangan dilakukan pada amalan. Adapun penimbangan pelaku amal, yang dimaukan adalah kedudukan dan kehormatannya. Ini adalah pemaduan yang baik. Wallahu alam.

نَشۡرُ الدَّوَاوِينِ:

النَّشۡرُ لُغَةً: فَتۡحُ الۡكِتَابِ أَوۡ بَثُّ الشَّيۡءِ، وَشَرۡعًا: إِظۡهَارُ صَحَائِفِ الۡأَعۡمَالِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ وَتَوۡزِيعُهَا.

Pembagian catatan amal:

Nasyr secara bahasa Arab artinya pembukaan buku atau penyebaran sesuatu. Secara syariat adalah diperlihatkannya dan dibagikannya lembaran catatan amal pada hari kiamat.

وَالدَّوَاوِينُ: جَمۡعُ دِيوَانٍ، وَهُوَ لُغَةً: الۡكِتَابُ يُحۡصَى فِيهِ الۡجُنۡدُ وَنَحۡوُهُمۡ. وَشَرۡعًا: الصَّحَائِفُ الَّتِي أُحۡصِيَتۡ فِيهَا الۡأَعۡمَالُ الَّتِي كَتَبَهَا الۡمَلَائِكَةُ عَلَى الۡعَامِلِ.

فَنَشۡرُ الدَّوَاوِينِ إِظۡهَارُ صَحَائِفِ الۡأَعۡمَالِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ فَتَتَطَايَرُ إِلَى الۡأَيۡمَانِ وَالشَّمَائِلِ.

وَهُوَ ثَابِتٌ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ الۡأُمَّةِ.

Dawāwīn adalah bentuk jamak dari kata dīwān. Secara bahasa Arab artinya buku yang isinya daftar pasukan atau semacamnya. Secara syariat artinya lembaran-lembaran catatan amalan yang ditulis oleh malaikat terhadap pelaku amalan. Jadi nasyr ad-dawāwīn adalah ditampakkannya lembaran catatan amal pada hari kiamat lalu menyebar ke kanan dan ke kiri. Hal ini merupakan berita yang pasti berdasarkan Alquran, sunah, dan ijmak umat ini.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ ۝٧ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ۝٨ وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا ۝٩ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ۝١٠ فَسَوۡفَ يَدۡعُوا۟ ثُبُورًا ۝١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا﴾ [الانشقاق: ٧ - ١٢]،

Allah taala berfirman, “Adapun yang diberi kitabnya dari sebelah kanannya, kelak akan dihisab dengan hisab yang mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia. Adapun yang diberi kitabnya dari belakang punggungnya, kelak dia akan berteriak, ‘Celakalah aku’ dan dia akan masuk neraka yang apinya berkobar.” (QS. Al-Insyiqaq: 7-12).

﴿وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ﴾ [الحاقة: ٢٥].

“Adapun orang yang diberi kitabnya dari sebelah kirinya, dia akan mengatakan, ‘Duhai kiranya aku tidak diberikan kitabku ini’.” (QS. Al-Haqqah: 25).

وَعَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَنَّهَا سَأَلَتِ النَّبِيَّ ﷺ: هَلۡ تَذۡكُرُونَ أَهۡلِيكُمۡ؟ قَالَ: (أَمَّا فِي ثَلَاثَةِ مَوَاطِنَ فَلَا يَذۡكُرُ أَحَدٌ أَحَدًا: عِنۡدَ الۡمِيزَانِ حَتَّى يَعۡلَمَ أَيَخِفُّ مِيزَانُهُ أَمۡ يَثۡقُلُ، وَعِنۡدَ تَطَايُرِ الصُّحُفِ حَتَّى يَعۡلَمَ أَيۡنَ يَقَعُ كِتَابُهُ فِي يَمِينِهِ أَمۡ فِي شِمَالِهِ أَمۡ وَرَاءَ ظَهۡرِهِ، وَعِنۡدَ الصِّرَاطِ إِذَا وُضِعَ بَيۡنَ ظَهۡرَانَيۡ جَهَنَّمَ حَتَّى يَجُوزَ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالۡحَاكِمُ وَقَالَ: صَحِيحٌ عَلَى شَرۡطِهِمَا.

Dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—bahwa beliau bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Apakah Anda kelak mengingat keluarga Anda?”

Nabi menjawab, “Di tiga tempat nanti, tidak ada seorang pun yang akan mengingat orang lain. (Yang pertama) ketika penimbangan hingga dia mengetahui apakah hasil timbangannya ringan atau berat. (Kedua) ketika lembaran catatan amalan disebarkan sampai dia mengetahui dari sebelah mana dia menerima catatannya. Dari sebelah kanan atau dari sebelah kiri atau dari belakang punggungnya. (Ketiga) ketika sirat telah diletakkan di antara dua tepi neraka Jahanam sampai dia melewatinya.”

(HR. Abu Dawud nomor 4755 dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata: Hadis ini sahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim).

وَأَجۡمَعَ الۡمُسۡلِمُونَ عَلَى ثُبُوتِ ذٰلِكَ.

Kaum muslimin bersepakat akan kepastian benarnya berita itu.

صِفَةُ أَخۡذِ الۡكِتَابِ:

Sifat pengambilan catatan amal:

الۡمُؤۡمِنُ يَأۡخُذُ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَفۡرَحُ وَيَسۡتَبۡشِرُ وَيَقُولُ: ﴿هَآؤُمُ ٱقۡرَءُوا۟ كِتَٰبِيَهۡ﴾ [الحاقة: ١٩].

Orang mukmin mengambil catatan amalnya dari sebelah kanan lalu dia senang dan bergembira dan berkata, “Ambillah! Bacalah kitabku!” (QS. Al-Haqqah: 19).

وَالۡكَافِرُ يَأۡخُذُهُ بِشِمَالِهِ أَوۡ مِنۡ وَرَاءِ ظَهۡرِهِ فَيَدۡعُو بِالۡوَيۡلِ وَالثُّبُورِ وَيَقُولُ: ﴿يَٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ۝٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ﴾ [الحاقة: ٢٥، ٢٦].

Sedangkan orang kafir mengambilnya dari sebelah kiri atau dari belakang punggungnya, lalu dia berteriak kebinasaan dan kecelakaan pada dirinya seraya berucap, “Duhai, andai aku tidak diberikan kitabku ini dan aku tidak mengetahui apa hasil hisab terhadapku.” (QS. Al-Haqqah: 25-26).