٥٦ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللهَ يَأۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ
وَالۡإِحۡسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الۡقُرۡبَى وَيَنۡهَى عَنِ الۡفَحۡشَاءِ
وَالۡمُنۡكَرِ وَالۡبَغۡيِ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل:
٩٠]
56. Bab Firman Allah Taala, “Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan,
perbuatan baik, memberi kepada kerabat dekat, melarang dari perbuatan keji,
mungkar, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian
dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90).
وَقَوۡلِهِ: ﴿إِنَّمَا بَغۡيُكُمۡ عَلَى أَنۡفُسِكُمۡ﴾ [يونس: ٢٣] ﴿ثُمَّ
بُغِيَ عَلَيۡهِ لَيَنۡصُرَنَّهُ اللهُ﴾ [الحج: ٦٠] وَتَرۡكِ إِثَارَةِ
الشَّرِّ عَلَى مُسۡلِمٍ أَوۡ كَافِرٍ.
Dan firman Allah, “Sesungguhnya perbuatan zalim kalian akan kembali kepada
kalian.” (QS. Yunus: 23). “Kemudian dia ditindas, niscaya Allah akan
menolongnya.” (QS. Al-Hajj: 60). Dan tidak melakukan perbuatan yang dapat
mengobarkan kejelekan terhadap seorang muslim atau kafir.
٦٠٦٣ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا هِشَامُ
بۡنُ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ:
مَكَثَ النَّبِيُّ ﷺ كَذَا وَكَذَا، يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ أَنَّهُ يَأۡتِي
أَهۡلَهُ وَلَا يَأۡتِي، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقَالَ لِي ذَاتَ يَوۡمٍ: (يَا
عَائِشَةُ، إِنَّ اللهَ أَفۡتَانِي فِي أَمۡرٍ اسۡتَفۡتَيۡتُهُ فِيهِ: أَتَانِي
رَجُلَانِ، فَجَلَسَ أَحَدُهُمَا عِنۡدَ رِجۡلَيَّ وَالۡآخَرُ عِنۡدَ رَأۡسِي،
فَقَالَ الَّذِي عِنۡدَ رِجۡلَيَّ لِلَّذِي عِنۡدَ رَأۡسِي: مَا بَالُ
الرَّجُلِ؟ قَالَ: مَطۡبُوبٌ، يَعۡنِي مَسۡحُورًا، قَالَ: وَمَنۡ طَبَّهُ؟
قَالَ: لَبِيدُ بۡنُ أَعۡصَمَ، قَالَ: وَفِيمَ؟ قَالَ: فِي جُفِّ طَلۡعَةٍ
ذَكَرٍ فِي مُشۡطٍ وَمُشَاقَةٍ، تَحۡتَ رَعُوفَةٍ فِي بِئۡرِ ذَرۡوَانَ).
فَجَاءَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (هٰذِهِ الۡبِئۡرُ الَّتِي أُرِيتُهَا، كَأَنَّ
رُءُوسَ نَخۡلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ، وَكَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ
الۡحِنَّاءِ). فَأَمَرَ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ فَأُخۡرِجَ، قَالَتۡ عَائِشَةُ:
فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ فَهَلَّا؟ تَعۡنِي تَنَشَّرۡتَ؛ فَقَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: (أَمَّا اللهُ فَقَدۡ شَفَانِي، وَأَمَّا أَنَا فَأَكۡرَهُ أَنۡ
أُثِيرَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا). قَالَتۡ: وَلَبِيدُ بۡنُ أَعۡصَمَ، رَجُلٌ
مِنۡ بَنِي زُرَيۡقٍ، حَلِيفٌ لِيَهُودَ. [طرفه في: ٣١٧٥].
6063. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada
kami: Hisyam bin ‘Urwah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari
‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—.
Beliau mengatakan: Selama beberapa waktu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—dikhayalkan pada pikiran beliau bahwa beliau menggauli istrinya padahal
tidak.
‘Aisyah berkata: Pada suatu hari, Nabi berkata kepadaku:
Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah telah memberi jawaban atas perkara yang aku
mohon jawaban dari-Nya. Ada dua lelaki datang kepadaku. Salah satunya duduk di
dekat dua kakiku dan yang satu lagi di dekat kepalaku. Lelaki yang ada di
dekat dua kakiku kepada lelaki yang di dekat kepalaku, “Ada apa dengan lelaki
ini?”
Dijawab, “Disihir.”
Dia bertanya, “Siapa yang menyihirnya?”
Dijawab, “Labid bin A’sham.”
Dia bertanya, “Di mana (sihirnya)?”
Dijawab, “Di dalam selaput mayang pohon kurma jantan, pada sebuah sisir dan
rambut rontok. Di bawah batu di dalam sumur Dzarwan.”
Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang lalu berkata, “Ini adalah sumur yang
diperlihatkan kepadaku. Kepala pohon kurmanya bagaikan kepala setan dan airnya
bagaikan rendaman inai.”
Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan agar buhul sihir dikeluarkan.
‘Aisyah berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak
melakukan nusyrah (rukiah untuk melepas pengaruh sihir)?”
Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Demi Allah, Allah telah
menyembuhkanku. Adapun aku, aku tidak suka menyebarkan keburukan kepada
manusia.”
‘Aisyah berkata, “Labid bin A’sham adalah seorang pria dari bani Zuraiq sekutu
Yahudi.”