Cari Blog Ini

Syarh Al-Ushulus Sittah - Pondasi Ketiga (1)

الۡأَصۡلُ الثَّالِثُ: أَنَّ مِنۡ تَمَامِ الۡإِجۡتِمَاعِ السَّمۡعُ وَالطَّاعَةُ لِمَنۡ تَأَمَّرَ عَلَيۡنَا وَلَوۡ كَانَ عَبۡدًا حَبَشِيًّا.
Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata: Pondasi yang ketiga: Sesungguhnya termasuk kesempurnaan persatuan adalah mendengar dan taat kepada orang yang memimpin kita, walaupun ia adalah budak habasyah.

الۡأَصۡلُ الثَّالِثُ: طَاعَةُ وَلِيِّ الۡأَمۡرِ الۡمُسۡلِمِ؛ لِأَنَّهُ لَا يَتِمُّ هَذَا الۡإِجۡتِمَاعُ إِلَّا بِطَاعَةِ وَلِيِّ الۡأَمۡرِ، فَلَا اجۡتِمَاعَ إِلَّا بِإِمَامٍ، وَلَا إِمَامَةَ إِلَا بِسَمۡعٍ وَطَاعَةٍ، فَوَلِيُّ الۡأَمۡرِ الۡمُسۡلِمُ جَعَلَهُ اللهُ رَحۡمَةً لِلۡمُسۡلِمِينَ لِإِقَامَةِ الۡحُدُودِ، وَالۡأَمۡرِ بِالۡمَعۡرُوفِ وَالنَّهۡيِ عَنِ الۡمُنۡكَرِ، وَنُصۡرَةِ الۡمَظۡلُومِ مِنَ الظَّالِمِ، وَحِفۡظِ الۡأَمۡنِ.
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata: Pondasi ketiga adalah taat kepada pemimpin muslim karena persatuan ini tidak sempurna kecuali dengan mentaati pemimpin. Sehingga tidak ada persatuan kecuali dengan pemimpin dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan mendengar dan taat. Pemimpin muslim, Allah telah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum muslimin untuk menegakkan hukum hadd, amar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang yang dizhalimi dari orang yang menzhalimi, dan menjaga keamanan.
هَذَا مِنۡ رَحۡمَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّحَابَةُ لَمَّا تُوُفِّيَ الرَّسُولُ صَلَّى اللهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ لَمۡ يَدۡفَنُوهُ حَتَّى بَايَعُوا إِمَامَهُمۡ؛ لِأَنَّهُمۡ يَخۡشَوۡنَ مِنَ الۡإِخۡتِلَافِ وَمِنَ الۡفِتۡنَةِ، لِأَنَّهُمۡ يَعۡرِفُونَ أَنَّهُ لَا يَصۡلُحُ أَنۡ يَعِيشُوا وَلَا لَيۡلَةً وَاحِدَةً بِدُونِ إِمَامٍ؛ لِأَنَّ هَذَا مِنۡ ضَرُورِيَّاتِ الدِّينِ.
Ini termasuk rahmat Allah ‘azza wa jalla. Para shahabat ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diwafatkan, mereka tidak mengubur beliau sampai mereka membai’at imam mereka. Karena mereka takut dari perselisihan dan fitnah. Karena mereka mengetahui bahwa mereka tidak dapat hidup satu malam pun tanpa pemimpin. Karena hal ini termasuk perkara agama yang primer.
وَلَا يُمۡكِنُ أَنۡ يَكُونَ هَذَا إِلَّا بِالسَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ لِوَلِيِّ الۡأَمۡرِ، وَلِهَذَا يَقُولُ -جَلَّ وَعَلَا-: ﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ﴾ [النساء: ٥٩]. بَعۡدَ طَاعَةِ اللهِ وَطَاعَةِ رَسُولِهِ لَا بُدَّ مِنۡ طَاعَةِ أُولِي الۡأَمۡرِ، وَقَوۡلُهُ: (مِنۡكُمۡ) أَيۡ: مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ، دَلَّ عَلَى أَنَّهُ يُشۡتَرَطُ فِي وَلِيِّ الۡأَمۡرِ أَنۡ يَكُونَ مُسۡلِمًا.
Dan kepemimpinan ini tidak mungkin terwujud kecuali dengan mendengar dan mentaati pemimpin. Oleh karena inilah Allah jalla wa ‘ala berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisa`: 59). Setelah taat kepada Allah dan taat kepada RasulNya, mesti harus taat kepada pemimpin. Dan firmanNya, مِنۡكُمۡ (di antara kalian), yakni: dari kalangan kaum muslimin. Ini menunjukkan bahwa pemimpin itu disyaratkan seorang muslim.