Cari Blog Ini

At-Tuhfatul Wushabiyyah - Badal

الۡبَدَلُ

قَالَ: إِذَا أُبۡدِلَ اسۡمٌ مِنِ اسۡمٍ، أَوۡ فِعۡلٌ مِنۡ فِعۡلٍ، تَبِعَهُ فِي جَمِيعِ إِعۡرَابِهِ.
Apabila suatu isim dibadal dengan isim lain atau suatu fi’il dibadal dengan fi’il lain, maka ia mengikuti dalam seluruh i’rabnya.
أَقُولُ: الۡبَدَلُ فِي اللُّغَةِ: الۡعِوَضُ مِنَ الشَّيۡءِ. تَقُولُ: (اسۡتَبۡدَلۡتُ كَذَا مِنۡ كَذَا)، وَ(أَبۡدَلۡتُ كَذَا مِنۡ كَذَا) تُرِيدُ أَنَّكَ اسۡتَعَضۡتَهُ مِنۡهُ، وَفِي التَّنۡزِيلِ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿عَسَىٰ رُبُّنَآ أَن يُبۡدِلَنَا خَيۡرًا مِّنۡهَآ﴾ [القلم: ٣٢] أَيۡ: يُعَوِّضَنَا.
Badal secara bahasa adalah ganti dari sesuatu. Engkau katakan: اسۡتَبۡدَلۡتُ كَذَا مِنۡ كَذَا dan أَبۡدَلۡتُ كَذَا مِنۡ كَذَا engkau maukan bahwa engkau akan menjadikan ini sebagai ganti dari itu. Dalam Al-Qur`an adalah firman Allah ta’ala: عَسَىٰ رَبُّنَا أَن يُبۡدِلَنَا خَيۡرًا مِنۡهَآ (QS. Al-Qalam: 32), artinya adalah memberi ganti untuk kami. 
وَاصۡطِلَاحًا: هُوَ (التَّابِعُ الۡمَقۡصُودُ بِالۡحُكۡمِ بِلَا وَاسِطَةٍ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ مَتۡبُوعِهِ).
Badal secara istilah adalah kata yang mengikuti yang dimaksud oleh hukum dengan tanpa perantara antara dia dengan kata yang diikuti.
فَقَوۡلُهُمۡ: (التَّابِعُ) جِنۡسٌ يَشۡمُلُ جَمِيعَ التَّوَابِعِ.
Ucapan mereka: “Kata yang mengikuti” adalah suatu jenis yang mencakup segala yang mengikuti.
وَقَوۡلُهُمۡ: (الۡمَقۡصُودُ بِالۡحُكۡمِ) مُخۡرِجٌ (لِلنَّعۡتِ وَعَطۡفِ الۡبَيَانِ وَالتَّوۡكِيدِ)؛ لِأَنَّهَا مُكَمِّلَاتٌ لِلۡمَقۡصُودِ بِالۡحُكۡمِ وَلَيۡسَتۡ مَقۡصُودَةً، فَإِذَا قُلۡتَ –مَثَلًا-: (جَاءَ زَيۡدٌ الۡفَاضِلُ) كَانَ الۡمَقۡصُودُ بِالۡحُكۡمِ –وَهُوَ الۡمَجِيءِ- فِي هَٰذَا الۡمِثَالِ هُوَ الۡمَتۡبُوعُ وَهُوَ (زَيۡدٌ) وَالتَّابِعُ وَهُوَ (الۡفَاضِلُ) إِنَّمَا ذُكِرَ تَوۡضِيحًا لِـ(زَيۡدٌ) لَا غَيۡرَ.
وَمِثۡلُهُ الۡبَيَانُ وَالتَّوۡكِيدُ، بِخِلَافِ الۡبَدَلِ فَإِنَّهُ هُوَ الۡمَقۡصُودُ بِالۡحُكۡمِ دُونَ الۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ، فَإِذَا قُلۡتَ –مَثَلًا-: (جَاءَ زَيۡدٌ أَخُوكَ) كَانَ الۡبَدَلُ وَهُوَ (أَخُوكَ) هُوَ الۡمَقۡصُودُ بِالۡحُكۡمِ وَهُوَ –الۡمَجِيءُ- وَالۡمُبۡدَلُ مِنۡهُ وَهُوَ (زَيۡدٌ) إِنَّمَا ذُكِرَ تَوۡطِئَةً وَتَمۡهِيدًا لِذِكۡرِ الۡأَخِ؛ لِأَنَّ ذِكۡرَ الۡمَقۡصُودِ بِالۡحُكۡمِ بَعۡدَ التَّوۡطِئَةِ لَهُ يَدُلُّ عَلَى تَأۡكِيدِ الۡحُكۡمِ وَتَقۡرِيرِهِ.
Ucapan mereka: “yang dimaksud oleh hukum” berarti mengeluarkan na’at, ‘athaf bayan, dan taukid. Karena ketiga tabi’ tersebut menyempurnakan yang dimaksud oleh hukum dan bukan yang dimaksud. Apabila engkau ucapkan –misal-: جَاءَ زَيۡدٌ الۡفَاضِلُ (Zaid yang mempunyai keutamaan telah datang), maka yang dimaksud oleh hukum –yaitu kedatangan- pada contoh ini adalah kata yang diikuti –yaitu Zaid-. Adapun kata yang mengikuti –yaitu الۡفَاضِلُ- disebutkan hanya untuk memperjelas Zaid, bukan yang lain.
Semisal itu pula ‘athaf bayan dan taukid. Berbeda dengan badal. Karena badal itulah yang dimaksud oleh hukum, bukan yang dibadali. Sehingga, apabila engkau ucapkan –misal-: جَاءَ زَيۡدٌ أَخُوكَ (Zaid –saudaramu- telah datang), maka badal –yaitu أَخُوكَ- adalah yang dimaksud oleh hukum –yaitu kedatangan-. Adapun yang dibadali (mubdal minhunya) yaitu Zaid disebutkan hanya sebagai pengantar dan pendahuluan untuk menyebutkan الۡأَخ karena penyebutan kata yang dimaksud oleh hukum setelah pengantarnya menunjukkan penguatan dan penetapan hukum tersebut.
وَقَوۡلُهُمۡ: (بِلَا وَاسِطَةٍ) مُخۡرِجٌ لِعَطۡفِ النَّسَقِ، نَحۡوُ: (جَاءَ زَيۡدٌ بَلۡ عَمۡرٌو) فَإِنَّ (عَمۡرٌو) وَإِنۡ كَانَ مَقۡصُودًا بِالۡحُكۡمِ، إِلَّا أَنَّهُ بِوَاسِطَةِ حَرۡفِ الۡعَطۡفِ وَهُوَ: (بَلۡ).
Ucapan mereka: “Tanpa perantara apapun” berarti mengeluarkan ‘athaf nasaq, contoh: جَاءَ زَيۡدٌ بَلۡ عَمۡرٌو (Zaid tidak datang tapi ‘Amr). Karena ‘Amr adalah yang dimaksud oleh hukum hanya saja di sini digunakan perantara huruf ‘athaf, yaitu bal.