Cari Blog Ini

At-Tuhfatul Wushabiyyah - Hukum Badal

حُكۡمُ الۡبَدَلِ

حُكۡمُ الۡبَدَلِ أَنَّهُ يَتَّبِعُ الۡمُبۡدَلَ مِنۡهُ فِي رَفۡعِهِ إِنۡ كَانَ مَرۡفُوعًا نَحۡوُ: (قَامَ زَيۡدٌ أَخُوكَ) فَـ(أَخُوكَ) بَدَلٌ مِنۡ (زَيۡدٌ) وَبَدَلُ الۡمَرۡفُوعِ مَرۡفُوعٌ مِثۡلُهُ.
وَفِي نَصۡبِهِ إِنۡ كَانَ مَنۡصُوبًا نَحۡوُ: (أَكۡرَمۡتُ زَيۡدًا أَخَاكَ) فَـ(أَخَاكَ) بَدَلٌ مِنۡ (زَيۡدًا) وَبَدَلُ الۡمَنۡصُوبِ مَنۡصُوبٌ مِثۡلُهُ.
وَفِي خَفۡصِهِ إِنۡ كَانَ مَخۡفُوضًا نَحۡوُ: (نَظَرۡتُ إِلَى زَيۡدٍ أَخِيكَ) فَـ(أَخِيكَ) بَدَلٌ مِنۡ (زَيۡدٍ) وَبَدَلُ الۡمَخۡفُوضِ مَخۡفُوضٌ مِثۡلُهُ.
وَفِي جَزۡمِهِ إِنۡ كَانَ مَجۡزُومًا نَحۡوُ: (إِنۡ تُصَلِّ لِلهِ تَسۡجُدۡ لَهُ تَفُزۡ) فَـ(تَسۡجُدۡ) بَدَلٌ مِنۡ (تُصَلِّ) بَدَلُ بَعۡضٍ مِنۡ كُلٍّ؛ لِأَنَّ السُّجُودَ بَعۡضُ الصَّلَاةِ، وَبَدَلُ الۡمَجۡزُومِ مَجۡزُومٌ مِثۡلُهُ.
Hukum badal adalah mengikuti mubdal minhu (yang dibadali) pada rafa’nya, jika mubdal minhu-nya dirafa’. Contoh: قَامَ زَيۡدٌ أَخُوكَ (Zaid saudaramu telah berdiri). أَخُوكَ adalah badal dari Zaid dan badalnya yang dirafa’ adalah dirafa’ juga.
Badal mengikuti dalam hal nashabnya, apabila yang dibadali dinashab. Contoh: أَكۡرَمۡتُ زَيۡدًا أَخَاكَ (Aku telah memuliakan Zaid saudaramu). أَخَاكَ adalah badal dari Zaid. Dan badalnya yang dinashab adalah dinashab juga.
Badal mengikuti dalam hal khafdhnya, apabila yang dibadali dikhafdh. Contoh: نَظَرۡتُ إِلَى زَيۡدٍ أَخِيكَ (Aku memandang kepada Zaid saudaramu). أَخِيكَ adalah badal dari Zaid dan badalnya isim yang dikhafdh adalah dikhafdh juga.
Badal mengikuti dalam hal jazmnya, jika yang dibadali dijazm. Contoh: إِنۡ تُصَلِّ لِلّٰهِ تَسۡجُدۡ لَهُ تَفُزۡ (Jika engkau shalat kepada Allah, engkau sujud kepadanya, niscaya engkau beruntung). تَسۡجُدۡ adalah badal dari تُصَلِّ, yaitu badal ba’dh min kull (sebagian dari seluruhnya) karena sujud adalah bagian shalat. Dan badal fi’il yang dijazm adalah dijazm juga.
وَمِثَالُهُ مِنَ الۡقُرۡآنِ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامًا ۝٦٨ يُضَٰعَفۡ لَهُ الۡعَذَابُ﴾ [الفرقان: ٦٨] فَـ(يُضَاعَفۡ) بَدَلٌ مِنۡ (يَلۡقَ) بَدَلُ كُلٍّ مِنۡ كُلٍّ؛ لِأَنَّ مُضَاعَفَةَ الۡعَذَابِ هِيَ لُقِيُّ الۡأَثَامِ.
وَعُلِمَ مِمَّا تَقَدَّمَ أَنَّ الۡبَدَلَ يَكُونُ فِي الۡأَسۡمَاءِ وَفِي الۡأَفۡعَالِ، وَقَدۡ نَبَّهَ عَلَى هَٰذَا الۡمُصَنِّفُ بِقَوۡلِهِ أَوَّلًا: (إِذَا أُبۡدِلَ اسۡمٌ مِنِ اسۡمٍ أَوۡ فِعۡلٌ مِنۡ فِعۡلٍ تَبِعَهُ فِي جَمِيعِ إِعۡرَابِهِ).
Contohnya dari Al-Qur`an adalah firman Allah ta’ala: وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامًا يُضَٰعَفۡ لَهُ الۡعَذَابُ (barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya) (QS. Al-Furqan: 68). يُضَاعَفۡ adalah badal dari يَلۡقَ yaitu badal kull min kull karena pelipatgandaan azab itulah pembalasan dosa.
Telah diketahui dari pembahasan di atas bahwa badal bisa terjadi pada isim-isim dan fi’il-fi’il. Dan penyusun sudah mewanti hal ini dengan ucapan beliau di awal: “Apabila suatu isim dibadali dengan isim lain atau fi’il dibadali dengan fi’il lain, maka ia mengikuti dalam seluruh i’rabnya.”