Shahih Al Bukhari disebut sebagai kitab yang paling shahih setelah Al Quran. Telah banyak ulama yang mensyarah kitab ini. Kitab syarah Shahih Al Bukhari yang dinilai terbaik adalah Kitab Fathul Bari karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah.
Dalam menulis kitab ini beliau lakukan hampir selama 25 tahun. Beliau mulai menulis di tahun 817 H ketika beliau berusia 44 tahun, selesai dalam penulisan kitab ini di tahun 842 H.
Fathul Bari dinilai sebagai karya Ibnu Hajar yang paling tinggi serta banyak ilmu dan faedahnya. Beliau memulai syarah dengan mukadimah dalam satu jilid tebal, diberi judul dengan “Hadyus saari”.
Mukadimah yang sangat berharga bagi siapapun yang ingin mengenal lebih dekat Shahih Al Bukhari. Dalam mukadimah ini ada sepuluh fasal menjelaskan tentang Shahih Al Bukhari dan pembelaan-pembelaan Al Hafizh terhadap kritikan yang diarahkan kepada Shahih Al Bukhari.
Dalam mensyarah hadis, beliau berikan fokus perhatian kepada pembahasan hadis dan fikih. Beliau menjelaskan makna lafal dan i’rab (perincian kedudukan kata dalam kalimat)nya, menerangkan hukum dan faedah-faedah yang diambil darinya, juga menyebutkan pembahasan perkara-perkara ushul.
Kitab ini mempunyai banyak keistimewaan, di antaranya Al Hafizh mengumpulkan jalan-jalan hadis yang sedang beliau jelaskan. Beliau juga menyebutkan riwayat-riwayat dalam kitab-kitab sunnah lainnya. Demikian pula menyebutkan syawahid (hadis-hadis pendukung) dan hadis yang sesuai dengan bab yang sedang dibahas. Kemudian beliau juga menghukumi sanad-sanad yang beliau bawakan.
Banyak ulama menegaskan bahwa Fathul Bari merupakan syarah (penjelasan) terbaik bagi Shahih Al Bukhari dan tak ada bandingannya. Sampai-sampai ketika Imam Syaukani rahimahullah diminta mensyarah Shahih Al Bukhari beliau berkata, “Tidak ada hijrah setelah Fath” (maksudnya apa yang terdapat dalam Kitab Fathul Bari sudah mencukupi, tidak diperlukan tambahan penjelasan yang lainnya).
Syaikh Muqbil rahimahullah berkata tentang Fathul Bari, “Sumber ilmu dan maktabah. Tidak sepatutnya hal ini dipertentangkan.” Beliau memberikan nasehat untuk membaca kitab ini, beliau berkata, “Fathul Bari teranggap sebagai gudangnya ilmu, seorang tak akan bisa menanjak keilmuannya kecuali jika referensi utama dia adalah Fathul Bari.”
Demikian pula ulama yang lain, semisal Syaikh Muhammad bin Saleh Al Utsaimin rahimahullah, ketika ditanya tentang kitab yang dinasehatkan untuk dibaca, beliau sebutkan salah satunya adalah Fathul Bari. Adapun Syaikh bin Baaz rahimahullah bahkan memiliki ta’liq (catatan kaki yang menjelaskan kosa kata dan makna-makna penting) terhadap Fathul Bari (pada beberapa jilid awal).
Namun demikian, memang tak ada karya manusia yang sempurna. Demikian pula Fathul Bari. Ada permasalahan penting terkait dengan beberapa poin dalam masalah akidah yang perlu bagi pembaca kitab Fathul Bari untuk waspada darinya. Di antaranya masalah tabaruk (meminta berkah) dengan dzat orang saleh, bepergian jauh untuk ziarah kubur, menafikan jihah (penjelasan tentang nama dan sifat Allah terkait keterangan tempat atau arah tertentu) dan permasalahan akidah lainnya. Oleh karena itu seorang yang hendak mengkaji dan membaca Fathul Bari mestinya juga membaca karya para ulama yang lain terkait dengan kesalahan-kesalahan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari. Selamat mengkaji kitab ini, semoga bermanfaat.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 44 vol.04 2016 rubrik Maktabah. Pemateri: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak.