٢٩ - تَأۡوِيلُ قَوۡلِ اللهِ -تَعَالَى-: ﴿وَكُلُوا وَاشۡرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الۡخَيۡطُ الۡأَبۡيَضُ مِنَ الۡخَيۡطِ الۡأَسۡوَدِ مِنَ الۡفَجۡرِ﴾
29. Takwil firman Allah taala, “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”
٢١٦٨ – (صحيح) أَخۡبَرَنِي هِلَالُ بۡنُ الۡعَلَاءِ بۡنِ هِلَالٍ قَالَ: حَدَّثَنَا حُسَيۡنُ بۡنُ عَيَّاشٍ قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيۡرٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ، أَنَّ أَحَدَهُمۡ كَانَ إِذَا نَامَ قَبۡلَ أَنۡ يَتَعَشَّى؛ لَمۡ يَحِلَّ لَهُ أَنۡ يَأۡكُلَ شَيۡئًا، وَلَا يَشۡرَبَ لَيۡلَتَهُ وَيَوۡمَهُ مِنَ الۡغَدِ حَتَّى تَغۡرُبَ الشَّمۡسُ، حَتَّى نَزَلَتۡ هَٰذِهِ الۡآيَةُ: ﴿وَكُلُوا وَاشۡرَبُوا﴾، إِلَى :﴿الۡخَيۡطِ الۡأَسۡوَدِ﴾، قَالَ: وَنَزَلَتۡ فِي أَبِي قَيۡسِ بۡنِ عَمۡرٍو؛ أَتَى أَهۡلَهُ وَهُوَ صَائِمٌ بَعۡدَ الۡمَغۡرِبِ، فَقَالَ: هَلۡ مِنۡ شَيۡءٍ؟ فَقَالَتِ امۡرَأَتُهُ: مَا عِنۡدَنَا شَيۡءٌ، وَلَٰكِنۡ أَخۡرُجُ أَلۡتَمِسُ لَكَ عَشَاءً، فَخَرَجَتۡ، وَوَضَعَ رَأۡسَهُ فَنَامَ، فَرَجَعَتۡ إِلَيۡهِ، فَوَجَدَتۡهُ نَائِمًا، وَأَيۡقَظَتۡهُ، فَلَمۡ يَطۡعَمۡ شَيۡئًا، وَبَاتَ وَأَصۡبَحَ صَائِمًا، حَتَّى انۡتَصَفَ النَّهَارُ، فَغُشِيَ عَلَيۡهِ، وَذٰلِكَ قَبۡلَ أَنۡ تَنۡزِلَ هَٰذِهِ الۡآيَةُ، فَأَنۡزَلَ اللهُ فِيهِ. [(الترمذي)(٣١٦)، خ].
2168. Hilal bin Al-‘Ala` bin Hilal telah mengabarkan kepadaku, beliau berkata: Husain bin ‘Ayyasy menceritakan kepada kami, beliau berkata: Zuhair menceritakan kepada kami, beliau berkata: Abu Ishaq menceritakan kepada kami dari Al-Bara` bin ‘Azib, bahwa salah seorang mereka jika telah tidur sebelum makan malam, maka tidak halal baginya untuk makan dan minum apapun pada malam itu dan esok siangnya sampai matahari tenggelam. Hal itu terjadi sampai ayat ini turun, “Dan makan dan minumlah,” sampai, “benang hitam.” Beliau berkata: Ayat ini turun pada Abu Qais bin ‘Amr. Dia datang menemui keluarganya setelah maghrib dalam keadaan berpuasa. Dia bertanya, “Apakah ada makanan?” Istrinya menjawab, “Kita tidak memiliki makanan apa-apa. Tetapi aku akan keluar untuk mencarikan makan malam untukmu.” Istrinya pun keluar, sedangkan Abu Qais meletakkan kepalanya dan tertidur. Istrinya kembali namun mendapati suaminya tidur. Istrinya pun membangunkannya. Abu Qais tidak makan apa-apa, sehingga ia melewati malam dan paginya dalam keadaan berpuasa. Sampai ketika pertengahan siang, dia pingsan. Peristiwa itu terjadi sebelum ayat ini turun. Lalu Allah menurunkan ayat ini pada kejadian tersebut.
٢١٦٩ – (صحيح) أَخۡبَرَنَا عَلِيُّ بۡنُ حُجۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنۡ مُطَرِّفٍ عَنِ الشَّعۡبِيِّ عَنۡ عَدِيِّ بۡنِ حَاتِمٍ، أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ قَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الۡخَيۡطُ الۡأَبۡيَضُ مِنَ الۡخَيۡطِ الۡأَسۡوَدِ﴾؟ قَالَ: (هُوَ سَوَادُ اللَّيۡلِ، وَبَيَاضُ النَّهَارِ). [(صحيح أبي داود)(٣١٦٢)].
2169. ‘Ali bin Hujr telah mengabarkan kepada kami, beliau berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Mutharrif, dari Asy-Sya’bi, dari ‘Adi bin Hatim, bahwa beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang firman Allah taala, “Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam.” Beliau bersabda, “Itu adalah hitamnya malam dan putihnya siang.”