١- بَابُ مَا جَاءَ فِي فَضۡلِ النِّكَاحِ
1. Bab tentang keutamaan nikah
١٨٤٥ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَامِرِ بۡنِ زُرَارَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ بۡنِ قَيۡسٍ، قَالَ: كُنۡتُ مَعَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَسۡعُودٍ بِمِنًى، فَخَلَا بِهِ عُثۡمَانُ فَجَلَسۡتُ قَرِيبًا مِنۡهُ، فَقَالَ لَهُ عُثۡمَانُ: هَلۡ لَكَ أَنۡ أُزَوِّجَكَ جَارِيَةً بِكۡرًا تُذَكِّرُكَ مِنۡ نَفۡسِكَ بَعۡضَ مَا قَدۡ مَضَى؟ فَلَمَّا رَأَى عَبۡدُ اللهِ أَنَّهُ لَيۡسَ لَهُ حَاجَةٌ سِوَى هَٰذَا، أَشَارَ إِلَيَّ بِيَدِهِ، فَجِئۡتُ وَهُوَ يَقُولُ: لَئِنۡ قُلۡتَ ذَاكَ، لَقَدۡ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يَا مَعۡشَرَ الشَّبَابِ! مَنِ اسۡتَطَاعَ مِنۡكُمُ الۡبَاءَةَ فَلۡيَتَزَوَّجۡ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلۡبَصَرِ وَأَحۡصَنُ لِلۡفَرۡجِ، وَمَنۡ لَمۡ يَسۡتَطِعۡ، فَعَلَيۡهِ بِالصَّوۡمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ). [(الإرواء)(١٧٨١)، (الروض)(٦٢٣)، (صحيح أبي داود)(١٧٨٥): ق].
1845. ‘Abdullah bin ‘Amir bin Zurarah telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: ‘Ali bin Mushir menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah bin Qais, beliau berkata: Aku pernah bersama ‘Abdullah bin Mas’ud di Mina. Lalu ‘Utsman menyendiri dengannya dan aku duduk dekat dengannya. ‘Utsman berkata kepada ‘Abdullah bin Mas’ud: Apakah engkau mau aku nikahkan dengan seorang gadis perawan yang dapat mengingatkan dirimu sebagian masa lalumu? Ketika ‘Abdullah melihat bahwa ‘Utsman tidak ada kebutuhan selain ini, beliau memberi isyarat dengan tangannya kepadaku. Aku pun datang dan beliau mengatakan: Jika engkau berkata demikian, maka sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian pemuda, siapa saja di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa karena puasa itu pemutus (syahwat).”