١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي الۡبَيِّنَةِ عَلَى الۡمُدَّعِي
1. Bab tentang wajib mendatangkan bukti oleh pendakwa
لِقَوۡلِهِ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنۡتُمۡ بِدَيۡنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكۡتُبُوهُ وَلۡيَكۡتُبۡ بَيۡنَكُمۡ كَاتِبٌ بِالۡعَدۡلِ، وَلَا يَأۡبَ كَاتِبٌ أَنۡ يَكۡتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللهُ فَلۡيَكۡتُبۡ وَلۡيُمۡلِلِ الَّذِي عَلَيۡهِ الۡحَقُّ وَلۡيَتَّقِ اللهَ رَبَّهُ وَلَا يَبۡخَسۡ مِنۡهُ شَيۡئًا فَإِنۡ كَانَ الَّذِي عَلَيۡهِ الۡحَقُّ سَفِيهًا أَوۡ ضَعِيفًا أَوۡ لَا يَسۡتَطِيعُ أَنۡ يُمِلَّ هُوَ فَلۡيُمۡلِلۡ وَلِيُّهُ بِالۡعَدۡلِ وَاسۡتَشۡهِدُوا شَهِيدَيۡنِ مِنۡ رِجَالِكُمۡ فَإِنۡ لَمۡ يَكُونَا رَجُلَيۡنِ فَرَجُلٌ وَامۡرَأَتَانِ مِمَّنۡ تَرۡضَوۡنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنۡ تَضِلَّ إِحۡدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحۡدَاهُمَا الۡأُخۡرَى وَلَا يَأۡبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلَا تَسۡأَمُوا أَنۡ تَكۡتُبُوهُ صَغِيرًا أَوۡ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذٰلِكُمۡ أَقۡسَطُ عِنۡدَ اللهِ وَأَقۡوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدۡنَى أَنۡ لَا تَرۡتَابُوا إِلَّا أَنۡ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيۡنَكُمۡ فَلَيۡسَ عَلَيۡكُمۡ جُنَاحٌ أَنۡ لَا تَكۡتُبُوهَا وَأَشۡهِدُوا إِذَا تَبَايَعۡتُمۡ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلاَ شَهِيدٌ وَإِنۡ تَفۡعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمۡ وَاتَّقُوا اللهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللهُ وَاللهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ﴾ [البقرة: ٢٨٢]. وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالۡقِسۡطِ شُهَدَاءَ لِلهِ وَلَوۡ عَلَى أَنۡفُسِكُمۡ أَوِ الۡوَالِدَيۡنِ وَالۡأَقۡرَبِينَ إِنۡ يَكُنۡ غَنِيًّا أَوۡ فَقِيرًا فَاللهُ أَوۡلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الۡهَوَى أَنۡ تَعۡدِلُوا وَإِنۡ تَلۡوُوا أَوۡ تُعۡرِضُوا فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرًا﴾ [النساء: ١٣٥].
Berdasarkan firman Allah (yang artinya), ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kalian menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabb-nya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antara kalian). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kalian jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan kalian. (Tulislah muamalah itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kalian jalankan di antara kalian, maka tidak ada dosa bagi kalian, (jika) kalian tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kalian berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kalian lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada diri kalian. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajari kalian; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282). Dan firman Allah taala (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap diri kalian sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat kalian. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kalian memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kalian kerjakan.” (QS. An-Nisa`: 135).
٢ - بَابٌ إِذَا عَدَّلَ رَجُلٌ أَحَدًا فَقَالَ: لَا نَعۡلَمُ إِلَّا خَيۡرًا، أَوۡ قَالَ: مَا عَلِمۡتُ إِلَّا خَيۡرًا
2. Bab jika seseorang memberikan pembelaan kepada orang lain lalu mengatakan: Kami tidak mengetahui kecuali kebaikan
وَسَاقَ حَدِيثَ الۡإِفۡكِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِأُسَامَةَ حِينَ اسۡتَشَارَهُ قَالَ: (أَهۡلَكَ، وَلَا نَعۡلَمُ إِلَّا خَيۡرًا).
Dan beliau membawakan hadis tentang berita bohong. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta pendapat kepada Usamah, lalu beliau mengatakan: Pertahankan istrimu! Kami tidak mengetahui kecuali kebaikan.
٢٦٣٧ - حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ النُّمَيۡرِيُّ: حَدَّثَنَا ثَوۡبَانُ. وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ وَابۡنُ الۡمُسَيَّبِ وَعَلۡقَمَةُ بۡنُ وَقَّاصٍ وَعُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ حَدِيثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، وَبَعۡضُ حَدِيثِهِمۡ يُصَدِّقُ بَعۡضًا، حِينَ قَالَ لَهَا أَهۡلُ الۡإِفۡكِ: فَدَعَا رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلِيًّا وَأُسَامَةَ، حِينَ اسۡتَلۡبَثَ الۡوَحۡيُ، يَسۡتَأۡمِرُهُمَا فِي فِرَاقِ أَهۡلِهِ، فَأَمَّا أُسَامَةُ فَقَالَ: أَهۡلُكَ وَلَا نَعۡلَمُ إِلَّا خَيۡرًا، وَقَالَتۡ بَرِيرَةُ: إِنۡ رَأَيۡتُ عَلَيۡهَا أَمۡرًا أَغۡمِصُهُ أَكۡثَرَ مِنۡ أَنَّهَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ، تَنَامُ عَنۡ عَجِينِ أَهۡلِهَا، فَتَأۡتِي الدَّاجِنُ فَتَأۡكُلُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ يَعۡذِرُنَا مِنۡ رَجُلٍ بَلَغَنِي أَذَاهُ فِي أَهۡلِ بَيۡتِي، فَوَاللّٰهِ مَا عَلِمۡتُ مِنۡ أَهۡلِي إِلَّا خَيۡرًا، وَلَقَدۡ ذَكَرُوا رَجُلًا مَا عَلِمۡتُ عَلَيۡهِ إِلَّا خَيۡرًا). [طرفه في: ٢٥٩٣].
2637. Hajjaj telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin ‘Umar An-Numairi menceritakan kepada kami: Tsauban menceritakan kepada kami. Al-Laits berkata: Yunus menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, beliau berkata: ‘Urwah, Ibnu Al-Musayyab, ‘Alqamah bin Waqqash, dan ‘Ubaidullah mengabarkan kepadaku dari hadis ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha—sebagian hadis mereka membenarkan sebagian yang lain—ketika para penyebar berita bohong melontarkan tuduhan kepada ‘Aisyah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Ali dan Usamah. Yaitu, ketika wahyu tidak kunjung turun, beliau meminta pendapat keduanya tentang menceraikan istrinya. Adapun Usamah, beliau mengatakan: Dia adalah istrimu dan kami tidak mengetahui kecuali kebaikan. Barirah mengatakan: Tidaklah aku melihat padanya ada suatu perkara yang kuanggap sebagai cela. Paling-paling pernah karena dia masih muda umurnya, dia tertidur dari hidangan adonan tepung untuk suaminya, lalu seekor kambing piaraan datang dan memakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang dapat membela kami dari seseorang yang telah memberikan gangguan pada ahli baitku. Demi Allah, aku tidak mengetahui dari istriku kecuali kebaikan. Mereka juga menyebutkan seseorang lelaki yang tidak aku ketahui padanya kecuali kebaikan.”