٥ - بَابٌ فِي الۡإِيلَاءِ وَاعۡتِزَالِ النِّسَاءِ وَتَخۡيِيرِهِنَّ وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَإِنۡ تَظَاهَرَا عَلَيۡهِ...﴾ [التحريم: ٤]
5. Bab tentang ila` (sumpah suami untuk tidak menggauli istri), menjauhi istri-istri, mengajukan pilihan kepada mereka, dan firman Allah taala (yang artinya), “Jika kalian berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi…” (QS. At-Tahrim: 4)
٣٠ - (١٤٧٩) - حَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ يُونُسَ الۡحَنَفِيُّ: حَدَّثَنَا عِكۡرِمَةُ بۡنُ عَمَّارٍ، عَنۡ سِمَاكٍ أَبِي زُمَيۡلٍ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبَّاسٍ: حَدَّثَنِي عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ قَالَ: لَمَّا اعۡتَزَلَ نَبِيُّ اللهِ ﷺ نِسَاءَهُ قَالَ: دَخَلۡتُ الۡمَسۡجِدَ، فَإِذَا النَّاسُ يَنۡكُتُونَ بِالۡحَصَى وَيَقُولُونَ: طَلَّقَ رَسُولُ اللهِ ﷺ نِسَاءَهُ، وَذٰلِكَ قَبۡلَ أَنۡ يُؤۡمَرۡنَ بِالۡحِجَابِ. فَقَالَ عُمَرُ: فَقُلۡتُ: لَأَعۡلَمَنَّ ذٰلِكَ الۡيَوۡمَ. قَالَ: فَدَخَلۡتُ عَلَىٰ عَائِشَةَ، فَقُلۡتُ: يَا بِنۡتَ أَبِي بَكۡرٍ، أَقَدۡ بَلَغَ مِنۡ شَأۡنِكِ أَنۡ تُؤۡذِي رَسُولَ اللهِ ﷺ؟ فَقَالَتۡ: مَا لِي وَمَا لَكَ يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ؟ عَلَيۡكَ بِعَيۡبَتِكَ.
30. (1479). Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: ‘Umar bin Yunus Al-Hanafi menceritakan kepada kami: ‘Ikrimah bin ‘Ammar menceritakan kepada kami dari Simak Abu Zumail: ‘Abdullah bin ‘Abbas menceritakan kepadaku: ‘Umar bin Al-Khaththab menceritakan kepadaku. Beliau mengatakan: Ketika Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjauhi para istrinya, ‘Umar berkata: Aku masuk ke masjid, ternyata orang-orang sedang menoreh tanah dengan kerikil dan berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan para istrinya. Kejadian itu sebelum mereka diperintahkan untuk berhijab. ‘Umar mengatakan: Aku berkata: Aku benar-benar akan mencari tahu hal itu hari ini juga.
‘Umar mengatakan: Aku masuk menemui ‘Aisyah, lalu aku katakan, “Wahai putri Abu Bakr, apa engkau sudah puas mengganggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
‘Aisyah berkata, “Apa hubungan antara aku dengan engkau wahai Ibnu Al-Khaththab? Engkau urusi saja putrimu sendiri.”
قَالَ: فَدَخَلۡتُ عَلَى حَفۡصَةَ بِنۡتِ عُمَرَ. فَقُلۡتُ لَهَا: يَا حَفۡصَةُ، أَقَدۡ بَلَغَ مِنۡ شَأۡنِكِ أَنۡ تُؤۡذِي رَسُولَ اللهِ ﷺ؟ وَاللهِ، لَقَدۡ عَلِمۡتِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ لَا يُحِبُّكِ، وَلَوۡلَا أَنَا لَطَلَّقَكِ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَبَكَتۡ أَشَدَّ الۡبُكَاءِ. فَقُلۡتُ لَهَا: أَيۡنَ رَسُولُ اللهِ ﷺ؟ قَالَتۡ: هُوَ فِي خِزَانَتِهِ فِي الۡمَشۡرُبَةِ، فَدَخَلۡتُ فَإِذَا أَنَا بِرَبَاحٍ غُلَامِ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَاعِدًا عَلَىٰ أُسۡكُفَّةِ الۡمَشۡرُبَةِ، مُدَلٍّ رِجۡلَيۡهِ عَلَىٰ نَقِيرٍ مِنۡ خَشَبٍ - وَهُوَ جِذۡعٌ يَرۡقَىٰ عَلَيۡهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَيَنۡحَدِرُ - فَنَادَيۡتُ: يَا رَبَاحُ، اسۡتَأۡذِنۡ لِي عِنۡدَكَ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَنَظَرَ رَبَاحٌ إِلَى الۡغُرۡفَةِ، ثُمَّ نَظَرَ إِلَيَّ، فَلَمۡ يَقُلۡ شَيۡئًا، ثُمَّ قُلۡتُ: يَا رَبَاحُ، اسۡتَأۡذِنۡ لِي عِنۡدَكَ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ. فَنَظَرَ رَبَاحٌ إِلَى الۡغُرۡفَةِ. ثُمَّ نَظَرَ إِلَيَّ. فَلَمۡ يَقُلۡ شَيۡئًا.
‘Umar mengatakan: Aku masuk menemui Hafshah binti ‘Umar.
Aku berkata kepadanya, “Wahai Hafshah, telah sampai kabar bahwa engkau menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Demi Allah, engkau sungguh tahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencintaimu, kalau bukan karena aku, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikanmu.”
Hafshah menangis sejadi-jadinya. Aku bertanya kepadanya, “Di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Hafshah menjawab, “Beliau ada di tempat menyimpan harta di dalam kamar.”
Aku masuk, ternyata di situ ada Rabah, budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang duduk di kosen pintu kamar itu sembari menjulurkan kedua kakinya di atas kayu yang berongga—yaitu batang pohon yang digunakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk naik dan turun—, aku berseru, “Wahai Rabah, mintakan izin untukku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Rabah memandang ke arah kamar kemudian menoleh kepadaku, namun dia tidak berkata apa-apa. Kemudian aku berkata, “Wahai Rabah, mintakan izin untukku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Rabah memandang ke arah kamar kemudian menoleh kepadaku, namun dia tidak berkata apa-apa.
ثُمَّ رَفَعۡتُ صَوۡتِي فَقُلۡتُ: يَا رَبَاحُ، اسۡتَأۡذِنۡ لِي عِنۡدَكَ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَإِنِّي أَظُنُّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ ظَنَّ أَنِّي جِئۡتُ مِنۡ أَجۡلِ حَفۡصَةَ، وَاللهِ، لَئِنۡ أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ بِضَرۡبِ عُنُقِهَا لَأَضۡرِبَنَّ عُنُقَهَا، وَرَفَعۡتُ صَوۡتِي، فَأَوۡمَأَ إِلَيَّ أَنِ ارۡقَهۡ، فَدَخَلۡتُ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَهُوَ مُضۡطَجِعٌ عَلَىٰ حَصِيرٍ فَجَلَسۡتُ، فَأَدۡنَىٰ عَلَيۡهِ إِزَارَهُ، وَلَيۡسَ عَلَيۡهِ غَيۡرُهُ، وَإِذَا الۡحَصِيرُ قَدۡ أَثَّرَ فِي جَنۡبِهِ، فَنَظَرۡتُ بِبَصَرِي فِي خِزَانَةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَإِذَا أَنَا بِقَبۡضَةٍ مِنۡ شَعِيرٍ نَحۡوِ الصَّاعِ، وَمِثۡلِهَا قَرَظًا فِي نَاحِيَةِ الۡغُرۡفَةِ، وَإِذَا أَفِيقٌ مُعَلَّقٌ.
Kemudian aku mengangkat suaraku dan berkata, “Wahai Rabah, minta izinkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untukku, karena aku mengira bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyangka bahwa aku datang untuk urusan Hafshah. Demi Allah, jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku untuk memenggal lehernya, tentu aku akan penggal lehernya.”
Aku menyaringkan suaraku. Dia memberi isyarat kepadaku agar naik. Aku masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sedang berbaring di atas tikar. Aku duduk, lalu aku dekatkan sarung beliau kepadanya. Beliau tidak mengenakan selain sarung itu dan ternyata tikar itu membekas di sisi tubuh beliau. Aku memandang dengan mataku ke tempat penyimpanan harta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata ada satu genggam jelai sekitar satu sha’. Juga ada qarazh (daun pohon jenis akasia untuk menyamak kulit) seukuran itu di sudut kamar. Juga ada kulit binatang yang belum disamak tergantung.
قَالَ: فَابۡتَدَرَتۡ عَيۡنَايَ. قَالَ: (مَا يُبۡكِيكَ يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ؟) قُلۡتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، وَمَا لِي لَا أَبۡكِي؟ وَهَٰذَا الۡحَصِيرُ قَدۡ أَثَّرَ فِي جَنۡبِكَ، وَهَٰذِهِ خِزَانَتُكَ لَا أَرَىٰ فِيهَا إِلَّا مَا أَرَىٰ، وَذَاكَ قَيۡصَرُ وَكِسۡرَىٰ فِي الثِّمَارِ وَالۡأَنۡهَارِ، وَأَنۡتَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَصَفۡوَتُهُ وَهَٰذِهِ خِزَانَتُكَ. فَقَالَ: (يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ، أَلَا تَرۡضَىٰ أَنۡ تَكُونَ لَنَا الۡآخِرَةُ وَلَهُمُ الدُّنۡيَا؟) قُلۡتُ: بَلَىٰ. قَالَ: وَدَخَلۡتُ عَلَيۡهِ حِينَ دَخَلۡتُ وَأَنَا أَرَىٰ فِي وَجۡهِهِ الۡغَضَبَ. فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا يَشُقُّ عَلَيۡكَ مِنۡ شَأۡنِ النِّسَاءِ؟ فَإِنۡ كُنۡتَ طَلَّقۡتَهُنَّ فَإِنَّ اللهَ مَعَكَ وَمَلَائِكَتَهُ وَجِبۡرِيلَ وَمِيكَائِيلَ، وَأَنَا وَأَبُو بَكۡرٍ وَالۡمُؤۡمِنُونَ مَعَكَ. وَقَلَّمَا تَكَلَّمۡتُ - وَأَحۡمَدُ اللهَ - بِكَلَامٍ إِلَّا رَجَوۡتُ أَنۡ يَكُونَ اللهُ يُصَدِّقُ قَوۡلِي الَّذِي أَقُولُ، وَنَزَلَتۡ هَٰذِهِ الۡآيَةُ، آيَةُ التَّخۡيِيرِ: ﴿عَسَىٰ رَبُّهُۥٓ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن يُبۡدِلَهُۥٓ أَزۡوَٰجًا خَيۡرًا مِّنكُنَّ﴾ [التحريم: ٥] ﴿وَإِن تَظَـٰهَرَا عَلَيۡهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ مَوۡلَىٰهُ وَجِبۡرِيلُ وَصَـٰلِحُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ۖ وَٱلۡمَلَـٰٓئِكَةُ بَعۡدَ ذٰلِكَ ظَهِيرٌ﴾ [التحريم: ٤] وَكَانَتۡ عَائِشَةُ بِنۡتُ أَبِي بَكۡرٍ وَحَفۡصَةُ تَظَاهَرَانِ عَلَىٰ سَائِرِ نِسَاءِ النَّبِيِّ ﷺ.
‘Umar berkata: Kedua mataku mengucurkan air mata.
Nabi bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai putra Al-Khaththab?”
Aku menjawab, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis? Tikar ini telah membekas di sisi tubuhmu. Tempat hartamu ini, aku tidak melihat kecuali yang aku lihat. Sementara Kaisar dan Kisra berada di tengah kebun buah dan sungai-sungai. Padahal engkau adalah utusan Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pilihan-Nya, namun hanya ini perbendaharaanmu.”
Nabi bersabda, “Wahai putra Al-Khaththab, tidakkah engkau rida akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?”
Aku menjawab, “Tentu aku rida.”
‘Umar berkata: Ketika aku masuk, aku melihat ada kemarahan di raut muka beliau. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu susah dari keadaan para istrimu? Jika engkau menceraikan mereka, maka sungguh Allah bersamamu. Begitu pula malaikat, Jibril, Mikail, aku, Abu Bakr, dan kaum mukminin bersamamu.” Tidak jarang ketika aku berbicara—aku memuji Allah—dengan suatu ucapan kecuali aku berharap Allah akan membenarkan ucapan yang aku lontarkan. Lalu turunlah ayat ini, yaitu ayat takhyir (pengajuan pilihan), “Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian.” (QS. At-Tahrim: 5). “Dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (QS. At-Tahrim: 4). Ketika itu, ‘Aisyah binti Abu Bakr dan Hafshah bantu-membantu menghasut para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَطَلَّقۡتَهُنَّ؟ قَالَ: (لَا) قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي دَخَلۡتُ الۡمَسۡجِدَ وَالۡمُسۡلِمُونَ يَنۡكُتُونَ بِالۡحَصَىٰ، يَقُولُونَ: طَلَّقَ رَسُولُ اللهِ ﷺ نِسَاءَهُ. أَفَأَنۡزِلُ فَأُخۡبِرَهُمۡ أَنَّكَ لَمۡ تُطَلِّقۡهُنَّ؟ قَالَ: (نَعَمۡ، إِنۡ شِئۡتَ) فَلَمۡ أَزَلۡ أُحَدِّثُهُ حَتَّىٰ تَحَسَّرَ الۡغَضَبُ عَنۡ وَجۡهِهِ، وَحَتَّىٰ كَشَرَ فَضَحِكَ - وَكَانَ مِنۡ أَحۡسَنِ النَّاسِ ثَغۡرًا - ثُمَّ نَزَلَ نَبِيُّ اللهِ ﷺ وَنَزَلۡتُ، فَنَزَلۡتُ أَتَشَبَّثُ بِالۡجِذۡعِ وَنَزَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ كَأَنَّمَا يَمۡشِي عَلَى الۡأَرۡضِ مَا يَمَسُّهُ بِيَدِهِ. فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّمَا كُنۡتَ فِي الۡغُرۡفَةِ تِسۡعَةً وَعِشۡرِينَ. قَالَ: (إِنَّ الشَّهۡرَ يَكُونُ تِسۡعًا وَعِشۡرِينَ) فَقُمۡتُ عَلَىٰ بَابِ الۡمَسۡجِدِ. فَنَادَيۡتُ بِأَعۡلَىٰ صَوۡتِي: لَمۡ يُطَلِّقۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ نِسَاءَهُ، وَنَزَلَتۡ هَٰذِهِ الۡآيَةُ: ﴿وَإِذَا جَآءَهُمۡ أَمۡرٌ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُوا۟ بِهِۦ ۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُو۟لِى ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡ ۗ﴾ [النساء: ٨٣] فَكُنۡتُ أَنَا اسۡتَنۡبَطۡتُ ذٰلِكَ الۡأَمۡرَ، وَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ آيَةَ التَّخۡيِيرِ.
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menceraikan mereka?”
Beliau menjawab, “Tidak.”
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tadi masuk ke masjid sementara kaum muslimin sedang menoreh-noreh tanah dengan kerikil. Mereka berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan para istrinya. Apakah aku boleh turun untuk mengabarkan kepada mereka bahwa engkau tidak menceraikan mereka?”
Beliau menjawab, “Iya. Jika engkau mau.”
Aku terus-menerus bercengkerama dengan beliau sampai kemarahan beliau hilang dari raut wajah beliau, sampai beliau tersenyum dan tertawa. Beliau termasuk orang yang bagus giginya. Kemudian Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dan aku ikut turun. Aku turun dengan berpegangan dengan batang pohon, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam turun seakan-akan berjalan biasa di atas tanah tanpa menyentuhnya dengan tangan.
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, engkau di dalam kamar baru dua puluh sembilan hari.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya bulan ini dua puluh sembilan hari.”
Aku bangkit menuju pintu masjid, lalu aku berteriak sekeras-kerasnya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menceraikan para istri beliau.”
Lalu ayat ini turun (yang artinya), “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri (ulama dan umara) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri).” (QS. An-Nisa`: 83). Ketika itu, akulah yang berusaha mencari tahu kebenaran perkara itu dan Allah azza wajalla menurunkan ayat takhyir (pengajuan pilihan).
٣١ - (...) - حَدَّثَنَا هَارُونُ بۡنُ سَعِيدٍ الۡأَيۡلِيُّ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي سُلَيۡمَانُ - يَعۡنِي ابۡنَ بِلَالٍ -: أَخۡبَرَنِي يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ بۡنُ حُنَيۡنٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ يُحَدِّثُ، قَالَ: مَكَثۡتُ سَنَةً وَأَنَا أُرِيدُ أَنۡ أَسۡأَلَ عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ عَنۡ آيَةٍ، فَمَا أَسۡتَطِيعُ أَنۡ أَسۡأَلَهُ هَيۡبَةً لَهُ، حَتَّىٰ خَرَجَ حَاجًّا فَخَرَجۡتُ مَعَهُ، فَلَمَّا رَجَعَ، فَكُنَّا بِبَعۡضِ الطَّرِيقِ، عَدَلَ إِلَى الۡأَرَاكِ لِحَاجَةٍ لَهُ، فَوَقَفۡتُ لَهُ حَتَّىٰ فَرَغَ. ثُمَّ سِرۡتُ مَعَهُ.
31. Harun bin Sa’id Al-Aili telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal mengabarkan kepadaku: Yahya mengabarkan kepadaku: ‘Ubaid bin Hunain mengabarkan kepadaku bahwa beliau mendengar ‘Abdullah bin ‘Abbas menceritakan. Beliau mengatakan: Aku menahan diri selama satu tahun dalam keadaan aku ingin bertanya kepada ‘Umar bin Al-Khaththab tentang suatu ayat. Aku tidak sanggup bertanya kepada beliau karena segan terhadap beliau. Sampai beliau keluar untuk haji dan aku ikut keluar bersama beliau. Ketika kembali pulang dan kami sedang di tengah perjalanan, beliau berbelok menuju ke pohon Arak untuk menunaikan hajat beliau. Aku menunggui beliau hingga selesai, kemudian aku berjalan bersama beliau.
فَقُلۡتُ: يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ، مَنِ اللَّتَانِ تَظَاهَرَتَا عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِنۡ أَزۡوَاجِهِ؟ فَقَالَ: تِلۡكَ حَفۡصَةُ وَعَائِشَةُ. قَالَ: فَقُلۡتُ لَهُ: وَاللهِ، إِنۡ كُنۡتُ لَأُرِيدُ أَنۡ أَسۡأَلَكَ عَنۡ هَٰذَا مُنۡذُ سَنَةٍ فَمَا أَسۡتَطِيعُ هَيۡبَةً لَكَ. قَالَ: فَلَا تَفۡعَلۡ، مَا ظَنَنۡتَ أَنَّ عِنۡدِي مِنۡ عِلۡمٍ فَسَلۡنِي عَنۡهُ، فَإِنۡ كُنۡتُ أَعۡلَمُهُ أَخۡبَرۡتُكَ. قَالَ: وَقَالَ عُمَرُ: وَاللهِ، إِنۡ كُنَّا فِي الۡجَاهِلِيَّةِ مَا نَعُدُّ لِلنِّسَاءِ أَمۡرًا حَتَّىٰ أَنۡزَلَ اللهُ تَعَالَى فِيهِنَّ مَا أَنۡزَلَ، وَقَسَمَ لَهُنَّ مَا قَسَمَ.
Aku bertanya, “Wahai amirulmukminin, siapakah dua wanita di antara para istri Nabi yang bantu-membantu untuk menyusahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Beliau menjawab, “Itu Hafshah dan ‘Aisyah.”
Ibnu ‘Abbas berkata: Aku berkata kepada beliau, “Demi Allah, aku sebenarnya ingin bertanya kepada engkau tentang hal ini semenjak setahun lalu, namun aku tidak sanggup karena segan kepadamu.”
‘Umar berkata, “Jangan engkau berlaku seperti itu, apa saja yang engkau kira bahwa aku memiliki suatu ilmu, maka bertanyalah kepadaku tentangnya. Jika aku mengetahuinya, maka aku akan kabarkan kepadamu.”
Ibnu ‘Abbas berkata: ‘Umar berkata, “Demi Allah, kami dahulu di masa jahiliah tidaklah menganggap kedudukan para wanita sampai Allah taala menurunkan ayat tentang mereka dan memberi bagian untuk mereka.”
قَالَ: فَبَيۡنَمَا أَنَا فِي أَمۡرٍ أَءتَمِرُهُ. إِذۡ قَالَتۡ لِي امۡرَأَتِي: لَوۡ صَنَعۡتَ كَذَا وَكَذَا! فَقُلۡتُ لَهَا: وَمَا لَكِ أَنۡتِ وَلِمَا هَاهُنَا؟ وَمَا تَكَلُّفُكِ فِي أَمۡرٍ أُرِيدُهُ؟ فَقَالَتۡ لِي: عَجَبًا لَكَ، يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ، مَا تُرِيدُ أَنۡ تُرَاجَعَ أَنۡتَ، وَإِنَّ ابۡنَتَكَ لَتُرَاجِعُ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَتَّىٰ يَظَلَّ يَوۡمَهُ غَضۡبَانَ. قَالَ عُمَرُ: فَآخُذُ رِدَائِي ثُمَّ أَخۡرُجُ مَكَانِي حَتَّىٰ أَدۡخُلَ عَلَىٰ حَفۡصَةَ. فَقُلۡتُ لَهَا: يَا بُنَيَّةُ، إِنَّكِ لَتُرَاجِعِينَ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَتَّىٰ يَظَلَّ يَوۡمَهُ غَضۡبَانَ. فَقَالَتۡ حَفۡصَةُ: وَاللهِ، إِنَّا لَنُرَاجِعُهُ. فَقُلۡتُ: تَعۡلَمِينَ أَنِّي أُحَذِّرُكِ عُقُوبَةَ اللهِ وَغَضَبَ رَسُولِهِ. يَا بُنَيَّةُ، لَا يَغُرَّنَّكِ هَٰذِهِ الَّتِي قَدۡ أَعۡجَبَهَا حُسۡنُهَا، وَحُبُّ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِيَّاهَا، ثُمَّ خَرَجۡتُ حَتَّىٰ أَدۡخُلَ عَلَىٰ أُمِّ سَلَمَةَ لِقَرَابَتِي مِنۡهَا، فَكَلَّمۡتُهَا، فَقَالَتۡ لِي أُمُّ سَلَمَةَ: عَجَبًا لَكَ يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ! قَدۡ دَخَلۡتَ فِي كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰ تَبۡتَغِيَ أَنۡ تَدۡخُلَ بَيۡنَ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَأَزۡوَاجِهِ! قَالَ: فَأَخَذَتۡنِي أَخۡذًا كَسَرَتۡنِي عَنۡ بَعۡضِ مَا كُنۡتُ أَجِدُ، فَخَرَجۡتُ مِنۡ عِنۡدِهَا.
Beliau berkata: Ketika aku sedang berada di suatu urusan yang aku pikirkan, tiba-tiba istriku berkata kepadaku, “Andai engkau lakukan ini dan itu!”
Aku berkata kepadanya, “Kenapa engkau begitu dan mengapa engkau di sini? Mengapa engkau membebani diri pada urusan yang aku inginkan?”
Istriku berkata kepadaku, “Aku heran denganmu wahai putra Al-Khaththab. Engkau tidak ingin untuk dibantah, sementara putrimu telah membantah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau jadi marah seharian.”
‘Umar berkata: Aku mengambil baju atasku lalu aku keluar dari tempatku sampai aku masuk menemui Hafshah. Aku bertanya kepadanya, “Wahai putriku, apakah engkau membantah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau menjadi marah?”
Hafshah berkata, “Demi Allah, sungguh kami memang membantah beliau.”
Aku berkata, “Ketahuilah bahwa aku memperingatkan engkau dari hukuman Allah dan kemarahan Rasul-Nya. Wahai putriku, janganlah engkau cemburu terhadap wanita yang telah dikagumi kecantikannya dan dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Kemudian aku keluar sampai aku masuk menemui Ummu Salamah karena dia adalah kerabatku. Aku berbicara kepadanya, lalu Ummu Salamah berkata kepadaku, “Aku heran denganmu wahai putra Al-Khaththab. Engkau ikut campur dalam segala perkara sampai engkau berharap untuk ikut campur urusan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan para istrinya.”
‘Umar berkata: Dia telah menghalangiku sehingga meredakan sebagian kemarahanku, lalu aku keluar dari tempatnya.
وَكَانَ لِي صَاحِبٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ. إِذَا غِبۡتُ أَتَانِي بِالۡخَبَرِ، وَإِذَا غَابَ كُنۡتُ أَنَا آتِيهِ بِالۡخَبَرِ. وَنَحۡنُ حِينَئِذٍ نَتَخَوَّفُ مَلِكًا مِنۡ مُلُوكِ غَسَّانَ، ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُرِيدُ أَنۡ يَسِيرَ إِلَيۡنَا فَقَدِ امۡتَلَأَتۡ صُدُورُنَا مِنۡهُ، فَأَتَىٰ صَاحِبِي الۡأَنۡصَارِيُّ يَدُقُّ الۡبَابَ، وَقَالَ: افۡتَحِ افۡتَحۡ، فَقُلۡتُ: جَاءَ الۡغَسَّانِيُّ؟ فَقَالَ: أَشَدُّ مِنۡ ذٰلِكَ، اعۡتَزَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَزۡوَاجَهُ. فَقُلۡتُ: رَغَمَ أَنۡفُ حَفۡصَةَ وَعَائِشَةَ، ثُمَّ آخُذُ ثَوۡبِي فَأَخۡرُجُ حَتَّى جِئۡتُ، فَإِذَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي مَشۡرُبَةٍ لَهُ يُرۡتَقَىٰ إِلَيۡهَا بِعَجَلَةٍ، وَغُلَامٌ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ أَسۡوَدُ عَلَىٰ رَأۡسِ الدَّرَجَةِ. فَقُلۡتُ: هَٰذَا عُمَرُ، فَأُذِنَ لِي.
Dahulu, aku memiliki seorang sahabat ansar. Jika aku tidak hadir, dia yang membawa kabar berita kepadaku. Dan jika dia yang tidak hadir, maka aku yang membawa kabar berita kepadanya. Kami, ketika itu, waspada terhadap seorang raja Ghassan. Disebutkan kepada kami bahwa dia ingin menyerang kami, sehingga dada-dada kami waswas olehnya.
Sahabatku ansar tadi datang mengetuk pintu seraya berkata, “Buka! Buka!”
Aku bertanya, “Apakah raja Ghassan telah datang?”
Dia menjawab, “Lebih genting daripada itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjauhi para istrinya.”
Aku berkata, “Celaka Hafshah dan ‘Aisyah.”
Kemudian aku mengambil pakaianku lalu keluar hingga aku datang (kepada Nabi). Ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di kamar yang tinggi yang bisa dinaiki menggunakan tangga. Sementara budak berkulit hitam milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di anak tangga paling atas.
Aku berkata, “Ini ‘Umar, izinkan aku.”
قَالَ عُمَرُ: فَقَصَصۡتُ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ هَٰذَا الۡحَدِيثَ، فَلَمَّا بَلَغۡتُ حَدِيثَ أُمِّ سَلَمَةَ، تَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَإِنَّهُ لَعَلَىٰ حَصِيرٍ مَا بَيۡنَهُ وَبَيۡنَهُ شَيۡءٌ، وَتَحۡتَ رَأۡسِهِ وِسَادَةٌ مِنۡ أَدَمٍ حَشۡوُهَا لِيفٌ، وَإِنَّ عِنۡدَ رِجۡلَيۡهِ قَرَظًا مَضۡبُورًا، وَعِنۡدَ رَأۡسِهِ أُهُبًا مُعَلَّقَةً، فَرَأَيۡتُ أَثَرَ الۡحَصِيرِ فِي جَنۡبِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَبَكَيۡتُ. فَقَالَ: (مَا يُبۡكِيكَ؟) فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ كِسۡرَىٰ وَقَيۡصَرَ فِيمَا هُمَا فِيهِ، وَأَنۡتَ رَسُولُ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَا تَرۡضَىٰ أَنۡ تَكُونَ لَهُمَا الدُّنۡيَا وَلَكَ الۡآخِرَةُ؟).
[البخاري: كتاب التفسير، باب: ﴿تبتغي مرضاة أزواجك...﴾، رقم: ٤٩١٣].
‘Umar berkata: Aku mengisahkan cerita ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika aku sampai pada cerita Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum. Beliau berada di atas tikar, tidak ada apapun antara beliau dengan tikar itu. Di bawah kepala beliau ada sebuah bantal dari kulit binatang yang sudah disamak, isinya serat pohon kurma. Di dekat kedua kaki beliau ada sekumpulan qarazh (daun pohon sejenis akasia untuk menyamak kulit binatang) dan di dekat kepala beliau ada kulit binatang yang digantung. Lalu aku melihat bekas tikar itu di sisi tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menangis.
Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Qaishar berada di istana mereka, sementara anda adalah Rasulullah?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah engkau rida bahwa dunia menjadi milik mereka sedangkan akhirat menjadi milikmu?”
٣٢ - (...) - وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا عَفَّانُ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ: أَخۡبَرَنِي يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ بۡنِ حُنَيۡنٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أَقۡبَلۡتُ مَعَ عُمَرَ، حَتَّىٰ إِذَا كُنَّا بِمَرِّ الظَّهۡرَانِ. وَسَاقَ الۡحَدِيثَ بِطُولِهِ كَنَحۡوِ حَدِيثِ سُلَيۡمَانَ بۡنِ بِلَالٍ، غَيۡرَ أَنَّهُ قَالَ: قُلۡتُ: شَأۡنُ الۡمَرۡأَتَيۡنِ؟ قَالَ: حَفۡصَةُ وَأُمُّ سَلَمَةَ.
32. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami: ‘Affan menceritakan kepada kami: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id mengabarkan kepadaku dari ‘Ubaid bin Hunain, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Aku berangkat bersama ‘Umar sampai ketika kami berada di Marr Azh-Zhahran. Beliau membawakan hadis secara panjang seperti hadis Sulaiman bin Bilal, hanya saja beliau berkata: Aku bertanya, “Siapa kedua wanita itu?” Beliau menjawab, “Hafshah dan Ummu Salamah.”
وَزَادَ فِيهِ: وَأَتَيۡتُ الۡحُجَرَ فَإِذَا فِي كُلِّ بَيۡتٍ بُكَاءٌ.
وَزَادَ أَيۡضًا: وَكَانَ آلَىٰ مِنۡهُنَّ شَهۡرًا، فَلَمَّا كَانَ تِسۡعًا وَعِشۡرِينَ نَزَلَ إِلَيۡهِنَّ.
Beliau menambahkan padanya: Aku mendatangi kamar-kamar (para istri), ternyata di setiap rumah ada tangisan.
Beliau menambahkan pula: Dan Nabi bersumpah untuk tidak menggauli istri selama sebulan, lalu ketika sudah dua puluh sembilan hari, beliau turun menemui mereka.
٣٣ - (...) - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَزُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ - وَاللَّفۡظُ لِأَبِي بَكۡرٍ - قَالَا: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ: سَمِعَ عُبَيۡدَ بۡنَ حُنَيۡنٍ - وَهُوَ مَوۡلَى الۡعَبَّاسِ - قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ: كُنۡتُ أُرِيدُ أَنۡ أَسۡأَلَ عُمَرَ عَنِ الۡمَرۡأَتَيۡنِ اللَّتَيۡنِ تَظَاهَرَتَا عَلَى عَهۡدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَلَبِثۡتُ سَنَةً مَا أَجِدُ لَهُ مَوۡضِعًا حَتَّىٰ صَحِبۡتُهُ إِلَىٰ مَكَّةَ، فَلَمَّا كَانَ بِمَرِّ الظَّهۡرَانِ ذَهَبَ يَقۡضِي حَاجَتَهُ، فَقَالَ: أَدۡرِكۡنِي بِإِدَاوَةٍ مِنۡ مَاءٍ، فَأَتَيۡتُهُ بِهَا، فَلَمَّا قَضَىٰ حَاجَتَهُ وَرَجَعَ ذَهَبۡتُ أَصُبُّ عَلَيۡهِ. وَذَكَرۡتُ فَقُلۡتُ لَهُ: يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ، مَنِ الۡمَرۡأَتَانِ؟ فَمَا قَضَيۡتُ كَلَامِي حَتَّىٰ قَالَ: عَائِشَةُ وَحَفۡصَةُ.
33. Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami—lafal hadis ini milik Abu Bakr—. Keduanya berkata: Sufyan bin ‘Uyainah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Sa’id: Beliau mendengar ‘Ubaid bin Hunain—beliau adalah maula Al-‘Abbas—berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Abbas mengatakan: Aku dulu ingin bertanya kepada ‘Umar tentang dua wanita yang saling bantu (untuk menyusahkan Nabi) pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selama setahun aku tidak mendapatkan kesempatan, sampai aku menyertainya ke Makkah. Ketika berada di Marr Azh-Zhahran, beliau pergi untuk menunaikan hajatnya.
Beliau berkata, “Bawa kemari satu bejana air.”
Aku membawakannya untuk beliau. Ketika beliau telah menyelesaikan hajatnya dan kembali, aku beranjak menuangkan air kepada beliau.
Aku bertanya kepada beliau, “Wahai amirulmukminin, siapa dua orang wanita itu?”
Aku belum menyelesaikan ucapanku, beliau sudah menjawab, “‘Aisyah dan Hafshah.”
٣٤ - (...) - وَحَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ الۡحَنۡظَلِيُّ وَمُحَمَّدُ بۡنُ أَبِي عُمَرَ - وَتَقَارَبَا فِي لَفۡظِ الۡحَدِيثِ - .- قَالَ ابۡنُ أَبِي عُمَرَ: حَدَّثَنَا. وَقَالَ إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ -: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي ثَوۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمۡ أَزَلۡ حَرِيصًا أَنۡ أَسۡأَلَ عُمَرَ عَنِ الۡمَرۡأَتَيۡنِ مِنۡ أَزۡوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ اللَّتَيۡنِ قَالَ اللهُ تَعَالَىٰ: ﴿إِن تَتُوبَآ إِلَى ٱللَّهِ فَقَدۡ صَغَتۡ قُلُوبُكُمَا ۖ﴾ [التحريم: ٤] حَتَّىٰ حَجَّ عُمَرُ وَحَجَجۡتُ مَعَهُ، فَلَمَّا كُنَّا بِبَعۡضِ الطَّرِيقِ عَدَلَ عُمَرُ وَعَدَلۡتُ مَعَهُ بِالۡإِدَاوَةِ فَتَبَرَّزَ، ثُمَّ أَتَانِي فَسَكَبۡتُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ، فَتَوَضَّأَ. فَقُلۡتُ: يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ، مَنِ الۡمَرۡأَتَانِ مِنۡ أَزۡوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ اللَّتَانِ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمَا: ﴿إِن تَتُوبَآ إِلَى ٱللَّهِ فَقَدۡ صَغَتۡ قُلُوبُكُمَا ۖ﴾ [التحريم: ٤]؟ قَالَ عُمَرُ: وَاعَجَبًا لَكَ يَا ابۡنَ عَبَّاسٍ! - قَالَ الزُّهۡرِيُّ: كَرِهَ، وَاللهِ، مَا سَأَلَهُ عَنۡهُ وَلَمۡ يَكۡتُمۡهُ - قَالَ: هِيَ حَفۡصَةُ وَعَائِشَةُ. ثُمَّ أَخَذَ يَسُوقُ الۡحَدِيثَ.
34. Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali dan Muhammad bin Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami—keduanya hampir sama dalam lafal hadis ini—. Ibnu Abu ‘Umar berkata: Telah menceritakan kepada kami. Ishaq berkata: ‘Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin Abu Tsaur, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Aku senantiasa berusaha untuk bertanya kepada ‘Umar tentang dua wanita dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang difirmankan oleh Allah taala (yang artinya), “Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan);” (QS. At-Tahrim: 4) sampai ‘Umar berangkat haji dan aku juga berangkat haji menyertai beliau. Ketika kami berada di tengah perjalanan, ‘Umar pergi dan aku pergi bersamanya dengan membawa sewadah air untuk keperluan buang hajat beliau. ‘Umar mendatangiku lalu aku tuangkan air ke kedua tangannya lalu beliau berwudu.
Aku berkata, “Wahai amirulmukminin, siapakah dua orang di antara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Allah azza wajalla katakan kepada keduanya (yang artinya), “Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan);” (QS. At-Tahrim: 4)?”
‘Umar mengatakan, “Aku heran kepadamu wahai Ibnu ‘Abbas”—Az-Zuhri berkata: ‘Umar tidak suka, demi Allah, terhadap pertanyaan Ibnu ‘Abbas itu namun beliau tidak menyembunyikannya—. ‘Umar berkata, “Dua wanita itu adalah Hafshah dan ‘Aisyah.” Kemudian beliau mulai membawakan hadis itu.
قَالَ: كُنَّا مَعۡشَرَ قُرَيۡشٍ، قَوۡمًا نَغۡلِبُ النِّسَاءَ، فَلَمَّا قَدِمۡنَا الۡمَدِينَةَ وَجَدۡنَا قَوۡمًا تَغۡلِبُهُمۡ نِسَاؤُهُمۡ، فَطَفِقَ نِسَاؤُنَا يَتَعَلَّمۡنَ مِنۡ نِسَائِهِمۡ. قَالَ: وَكَانَ مَنۡزِلِي فِي بَنِي أُمَيَّةَ بۡنِ زَيۡدٍ، بِالۡعَوَالِي، فَتَغَضَّبۡتُ يَوۡمًا عَلَى امۡرَأَتِي، فَإِذَا هِيَ تُرَاجِعُنِي، فَأَنۡكَرۡتُ أَنۡ تُرَاجِعَنِي. فَقَالَتۡ: مَا تُنۡكِرُ أَنۡ أُرَاجِعَكَ؟ فَوَاللهِ، إِنَّ أَزۡوَاجَ النَّبِيِّ ﷺ لَيُرَاجِعۡنَهُ، وَتَهۡجُرُهُ إِحۡدَاهُنَّ الۡيَوۡمَ إِلَى اللَّيۡلِ، فَانۡطَلَقۡتُ فَدَخَلۡتُ عَلَىٰ حَفۡصَةَ. فَقُلۡتُ: أَتُرَاجِعِينَ رَسُولَ اللهِ ﷺ؟ فَقَالَتۡ: نَعَمۡ. فَقُلۡتُ: أَتَهۡجُرُهُ إِحۡدَاكُنَّ الۡيَوۡمَ إِلَى اللَّيۡلِ؟ قَالَتۡ: نَعَمۡ. قُلۡتُ: قَدۡ خَابَ مَنۡ فَعَلَ ذٰلِكَ مِنۡكُنَّ وَخَسِرَ. أَفَتَأۡمَنُ إِحۡدَاكُنَّ أَنۡ يَغۡضَبَ اللهُ عَلَيۡهَا لِغَضَبِ رَسُولِهِ ﷺ، فَإِذَا هِيَ قَدۡ هَلَكَتۡ. لَا تُرَاجِعِي رَسُولَ اللهِ ﷺ وَلَا تَسۡأَلِيهِ شَيۡئًا، وَسَلِينِي مَا بَدَا لَكِ، وَلَا يَغُرَّنَّكِ أَنۡ كَانَتۡ جَارَتُكِ هِيَ أَوۡسَمَ وَأَحَبَّ إِلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِنۡكِ - يُرِيدُ عَائِشَةَ -.
‘ Umar mengatakan, “Kami dahulu adalah orang-orang Quraisy, suatu kaum yang mengalahkan para istri. Ketika kami tiba di Madinah, kami mendapati suatu kaum yang dikalahkan oleh para istri mereka. Maka, mulai para istri kami belajar dari para istri mereka.”
‘Umar mengatakan: Dahulu, tempat kediamanku berada di Bani Umayyah bin Zaid di ‘Awali. Suatu hari, aku marah kepada istriku, ternyata dia menyanggahku. Aku mengingkari sikap menyanggahnya itu.
Istriku berkata, “Mengapa engkau mengingkari sikap menyanggahku? Demi Allah, sesungguhnya istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja menyanggah beliau, bahkan salah seorang dari mereka mendiamkan beliau dari siang hingga malam.”
Aku pergi lalu masuk menemui Hafshah. Aku bertanya, “Apakah engkau menyanggah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Dia menjawab, “Iya.”
Aku bertanya, “Apakah salah seorang dari kalian mendiamkan beliau di siang hari sampai malam hari?”
Dia menjawab, “Iya.”
Aku berkata, “Sungguh celaka dan rugi wanita yang melakukan itu di antara kalian. Apa salah seorang dari kalian merasa aman dari kemurkaan Allah kepadanya karena kemarahan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga ia benar-benar binasa. Jangan engkau menyanggah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jangan meminta sesuatu pun kepada beliau. Mintalah kepadaku apa yang engkau butuhkan dan jangan sampai engkau cemburu dengan tetanggamu yang lebih cantik dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada engkau—yang ‘Umar maukan adalah ‘Aisyah—.”
قَالَ: وَكَانَ لِي جَارٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، فَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ إِلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَيَنۡزِلُ يَوۡمًا وَأَنۡزِلُ يَوۡمًا، فَيَأۡتِينِي بِخَبَرِ الۡوَحۡيِ وَغَيۡرِهِ، وَآتِيهِ بِمِثۡلِ ذٰلِكَ، وَكُنَّا نَتَحَدَّثُ: أَنَّ غَسَّانَ تُنۡعِلُ الۡخَيۡلَ لِتَغۡزُوَنَا، فَنَزَلَ صَاحِبِي، ثُمَّ أَتَانِي عِشَاءً فَضَرَبَ بَابِي، ثُمَّ نَادَانِي، فَخَرَجۡتُ إِلَيۡهِ. فَقَالَ: حَدَثَ أَمۡرٌ عَظِيمٌ. قُلۡتُ: مَاذَا؟ أَجَاءَتۡ غَسَّانُ؟ قَالَ: لَا، بَلۡ أَعۡظَمُ مِنۡ ذٰلِكَ وَأَطۡوَلُ، طَلَّقَ النَّبِيُّ ﷺ نِسَاءَهُ. فَقُلۡتُ: قَدۡ خَابَتۡ حَفۡصَةُ وَخَسِرَتۡ. قَدۡ كُنۡتُ أَظُنُّ هَٰذَا كَائِنًا. حَتَّىٰ إِذَا صَلَّيۡتُ الصُّبۡحَ شَدَدۡتُ عَلَيَّ ثِيَابِي، ثُمَّ نَزَلۡتُ فَدَخَلۡتُ عَلَىٰ حَفۡصَةَ وَهِيَ تَبۡكِي. فَقُلۡتُ: أَطَلَّقَكُنَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ؟ فَقَالَتۡ: لَا أَدۡرِي، هَا هُوَ ذَا مُعۡتَزِلٌ فِي هَٰذِهِ الۡمَشۡرُبَةِ.
‘Umar berkata: Dahulu aku memilik seorang tetangga ansar. Kami bergantian turun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia turun satu hari dan aku turun satu hari lainnya. Dia datang kepadaku membawa kabar wahyu dan selainnya dan akupun datang kepadanya membawa semisal itu. Kami dahulu bercerita bahwa Ghassan sedang mempersiapkan tapal kuda-kuda mereka untuk memerangi kami. Sahabatku turun kemudian dia mendatangiku di waktu isya dan memukul pintuku. Lalu dia memanggilku. Aku keluar menemuinya.
Dia berkata, “Telah terjadi suatu perkara yang besar.”
Aku bertanya, “Apa itu? Apakah Ghassan sudah datang?”
Dia menjawab, “Tidak, bahkan lebih besar daripada itu dan lebih panjang urusannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan para istrinya.”
Aku berkata, “Hafshah telah merugi. Aku telah menyangka ini akan terjadi.”
Sampai ketika aku telah salat subuh, aku mengencangkan pakaianku lalu turun. Aku masuk menemui Hafshah ketika dia sedang menangis.
Aku bertanya, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan kalian?”
Hafshah menjawab, “Aku tidak tahu. Beliau sedang menyendiri di kamar ini.”
فَأَتَيۡتُ غُلَامًا لَهُ أَسۡوَدَ. فَقُلۡتُ اسۡتَأۡذِنۡ لِعُمَرَ. فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَيَّ، فَقَالَ: قَدۡ ذَكَرۡتُكَ لَهُ فَصَمَتَ. فَانۡطَلَقۡتُ حَتَّى انۡتَهَيۡتُ إِلَى الۡمِنۡبَرِ فَجَلَسۡتُ، فَإِذَا عِنۡدَهُ رَهۡطٌ جُلُوسٌ يَبۡكِي بَعۡضُهُمۡ، فَجَلَسۡتُ قَلِيلًا، ثُمَّ غَلَبَنِي مَا أَجِدُ، ثُمَّ أَتَيۡتُ الۡغُلَامَ فَقُلۡتُ: اسۡتَأۡذِنۡ لِعُمَرَ. فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَيَّ فَقَالَ: قَدۡ ذَكَرۡتُكَ لَهُ فَصَمَتَ، فَوَلَّيۡتُ مُدۡبِرًا، فَإِذَا الۡغُلَامُ يَدۡعُونِي. فَقَالَ: ادۡخُلۡ، فَقَدۡ أَذِنَ لَكَ. فَدَخَلۡتُ فَسَلَّمۡتُ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَإِذَا هُوَ مُتَّكِئٌ عَلَىٰ رَمۡلِ حَصِيرٍ - قَدۡ أَثَّرَ فِي جَنۡبِهِ -.
Aku mendatangi budak beliau yang berkulit hitam.
Aku berkata, “Mintakan izin untuk ‘Umar.”
Dia masuk kemudian keluar menemuiku. Dia berkata, “Aku telah menyebutkanmu kepada beliau, namun beliau diam.”
Aku pergi sampai aku berhenti di mimbar lalu aku duduk. Ternyata di dekat situ ada sekelompok orang sedang duduk-duduk. Sebagian mereka menangis. Aku duduk sebentar. Tetapi aku tidak dapat menahan diri. Aku kembali mendatangi budak itu, lalu aku berkata, “Mintakan izin untuk ‘Umar.”
Dia masuk kemudian keluar menemuiku seraya berkata, “Aku telah menyebutkanmu kepada beliau namun beliau hanya diam.”
Aku berbalik ke belakang. Ternyata budak itu memanggilku. Dia berkata, “Masuklah, karena engkau telah diizinkan.”
Aku masuk dan mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata beliau sedang bersandar ke tikar sehingga membekas di sisi badan beliau.
فَقُلۡتُ: أَطَلَّقۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ نِسَاءَكَ؟ فَرَفَعَ رَأۡسَهُ إِلَيَّ وَقَالَ: (لَا). فَقُلۡتُ: اللهُ أَكۡبَرُ، لَوۡ رَأَيۡتَنَا، يَا رَسُولَ اللهِ، وَكُنَّا مَعۡشَرَ قُرَيۡشٍ، قَوۡمًا نَغۡلِبُ النِّسَاءَ. فَلَمَّا قَدِمۡنَا الۡمَدِينَةَ وَجَدۡنَا قَوۡمًا تَغۡلِبُهُمۡ نِسَاؤُهُمۡ، فَطَفِقَ نِسَاؤُنَا يَتَعَلَّمۡنَ مِنۡ نِسَائِهِمۡ، فَتَغَضَّبۡتُ عَلَى امۡرَأَتِي يَوۡمًا فَإِذَا هِيَ تُرَاجِعُنِي، فَأَنۡكَرۡتُ أَنۡ تُرَاجِعَنِي. فَقَالَتۡ: مَا تُنۡكِرُ أَنۡ أُرَاجِعَكَ؟ فَوَاللهِ، إِنَّ أَزۡوَاجَ النَّبِيِّ ﷺ لَيُرَاجِعۡنَهُ، وَتَهۡجُرُهُ إِحۡدَاهُنَّ الۡيَوۡمَ إِلَى اللَّيۡلِ. فَقُلۡتُ: قَدۡ خَابَ مَنۡ فَعَلَ ذٰلِكِ مِنۡهُنَّ وَخَسِرَ. أَفَتَأۡمَنُ إِحۡدَاهُنَّ أَنۡ يَغۡضَبَ اللهُ عَلَيۡهَا لِغَضَبِ رَسُولِهِ ﷺ. فَإِذَا هِيَ قَدۡ هَلَكَتۡ؟ فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ.
Aku bertanya, “Apakah engkau telah menceraikan para istrimu, wahai Rasulullah?”
Beliau mengangkat kepala ke arahku seraya menjawab, “Tidak.”
Aku berkata, “Allahu Akbar. Andai engkau melihat kami, wahai Rasulullah, kami, yaitu orang-orang Quraisy adalah suatu kaum yang menang terhadap para istrinya. Ketika kami tiba di Madinah, kami mendapati suatu kaum yang dikalahkan oleh para istri mereka. Mulailah para istri kami belajar dari istri mereka. Sehingga aku pernah pada suatu hari marah kepada istriku, ternyata dia membantahku. Aku mengingkari perbuatannya membantahku. Dia berkata: Mengapa engkau mengingkari kalau aku membantahmu? Demi Allah, sesungguhnya para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membantah beliau dan salah seorang dari mereka pernah menjauhi beliau di siang hari sampai malam. Aku berkata: Sungguh telah merugi wanita yang melakukan itu di kalangan mereka. Apakah salah seorang dari mereka merasa aman kalau Allah akan murka kepadanya karena kemarahan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika demikian tentu dia akan binasa.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum.
فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قَدۡ دَخَلۡتُ عَلَىٰ حَفۡصَةَ فَقُلۡتُ: لَا يَغُرَّنَّكِ أَنۡ كَانَتۡ جَارَتُكِ هِيَ أَوۡسَمَ مِنۡكِ، وَأَحَبُّ إِلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِنۡكِ. فَتَبَسَّمَ أُخۡرَىٰ فَقُلۡتُ: أَسۡتَأۡنِسُ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: (نَعَمۡ) فَجَلَسۡتُ، فَرَفَعۡتُ رَأۡسِي فِي الۡبَيۡتِ. فَوَاللهِ، مَا رَأَيۡتُ فِيهِ شَيۡئًا يَرُدُّ الۡبَصَرَ، إِلَّا أَهَبًا ثَلَاثَةً. فَقُلۡتُ: ادۡعُ اللهَ يَا رَسُولَ اللهِ، أَنۡ يُوَسِّعَ عَلَىٰ أُمَّتِكَ. فَقَدۡ وَسَّعَ عَلَىٰ فَارِسَ وَالرُّومِ، وَهُمۡ لَا يَعۡبُدُونَ اللهَ. فَاسۡتَوَىٰ جَالِسًا ثُمَّ قَالَ: (أَفِي شَكٍّ أَنۡتَ يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ؟ أُولَٰئِكَ قَوۡمٌ عُجِّلَتۡ لَهُمۡ طَيِّبَاتُهُمۡ فِي الۡحَيَاةِ الدُّنۡيَا). فَقُلۡتُ: اسۡتَغۡفِرۡ لِي يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَانَ أَقۡسَمَ أَنۡ لَا يَدۡخُلَ عَلَيۡهِنَّ شَهۡرًا مِنۡ شِدَّةِ مَوۡجِدَتِهِ عَلَيۡهِنَّ، حَتَّىٰ عَاتَبَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.
[البخاري: كتاب العلم، باب التناوب في العلم، رقم: ٨٩].
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku tadi telah masuk menemui Hafshah, lalu aku katakan: Jangan sampai engkau cemburu dengan tetanggamu yang lebih cantik dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada engkau.”
Beliau tersenyum lagi. Aku bertanya, “Apa aku boleh duduk bercengkerama, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Iya.”
Aku duduk lalu memandangi rumah beliau. Demi Allah, aku tidak menemukan di dalamnya ada sesuatu yang berharga kecuali hanya tiga lembar kulit. Aku berkata, “Berdoalah kepada Allah wahai Rasulullah, agar Allah membentangkan rezeki untuk umatmu. Karena Allah telah membentangkan rezeki kepada Persia dan Romawi padahal mereka tidak menyembah Allah.”
Lalu Nabi duduk tegak seraya bersabda, “Apakah engkau ragu wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah suatu kaum yang kebaikan-kebaikan mereka disegerakan balasannya di kehidupan dunia.”
Aku berkata, “Mintakan ampun untukku, wahai Rasulullah.”
Ketika itu, beliau bersumpah untuk tidak menemui para istrinya selama sebulan saking marahnya beliau kepada mereka, hingga Allah azza wajalla menegur beliau.