Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
"Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal kepada-Nya, niscaya Dia akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung, yang pergi di awal siang (pagi hari) dalam keadaan perut kosong (lapar) dan pulang di akhir siang (sore hari) dalam keadaan perut penuh berisi (kenyang)." (HR. Ahmad no.205, At-Tirmidziy no.2344 dari 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, lihat Ash-Shahiihah no.310)
Sabda beliau: "dengan sebenar-benarnya tawakkal kepada-Nya" artinya bertawakkal secara hakiki yaitu kalian bersandar kepada Allah dengan penyandaran yang sempurna dalam mencari rizki kalian dan dalam hal lainnya.
Dan sabdanya: "niscaya Dia akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung" menunjukkan bahwa rizki burung telah ditanggung oleh Allah, karena burung tersebut adalah binatang yang terbang bebas, tidak ada yang memilikinya. Lalu dia keluar dari sarangnya, terbang di udara dan mencari rizki Allah.
Burung tersebut keluar dalam keadaan tidak ada sesuatu pun di perutnya, akan tetapi dia bertawakkal kepada Rabbnya 'Azza wa Jalla. Kemudian dia kembali ke sarangnya dalam keadaan perut penuh berisi dari rizki Allah.
Di dalam hadits ini terdapat dalil atas beberapa masalah:
Pertama: Bahwasanya selayaknya bagi manusia untuk bersandar kepada Allah dengan sebenar-benarnya penyandaran.
Kedua: Bahwasanya tidak ada satu makhluk pun di bumi kecuali rizkinya telah Allah jamin sampai pun burung yang terbang di udara, yang tidak ada yang menahannya di udara kecuali Allah dan tidak ada yang memberinya rizki kecuali Allah.
Semua binatang melata di bumi dari yang terkecilnya seperti semut yang kecil sampai yang terbesarnya seperti gajah dan yang sejenisnya, semuanya telah Allah tanggung rizkinya. Allah berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang menanggung rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Huud:6)
Dan sungguh telah sesat dengan kesesatan yang nyata orang yang berprasangka buruk terhadap Rabbnya, lalu mengatakan: "Janganlah kalian memperbanyak anak, niscaya akan sempit rizki kalian!"
Demi Rabbnya 'Arsy, mereka dusta. Apabila mereka memperbanyak anak maka Allah akan memperbanyak rizki mereka. Karena sesungguhnya tidak ada satu makhluk pun di bumi kecuali Allahlah yang menanggung rizkinya.
Rizki anak-anakmu dan bayi-bayimu, Allahlah yang menanggungnya. Dialah yang membukakan untukmu pintu-pintu rizki lantaran kamu menafkahi mereka. Akan tetapi kebanyakan manusia, mereka berprasangka buruk kepada Allah dan hanya bersandar kepada perkara-perkara yang sifatnya kebendaan yang dilihat oleh mata dan mereka tidak melihat kepada kekuasaan Allah, bahwasanya Dialah yang memberikan rizki walaupun banyak anaknya.
"Perbanyaklah anak maka akan banyak rizkimu!" Ini adalah perkataan yang benar.
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwasanya manusia apabila bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, maka hendaklah dia melakukan sebab-sebabnya. Dan sungguh telah sesat orang yang berkata: "Saya tidak akan melakukan sebab dan saya bertawakkal kepada Allah." Ini tidak benar.
Orang yang bertawakkal adalah orang yang melakukan sebab-sebab dalam keadaan bersandar kepada Allah, dan karena inilah beliau bersabda: "sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung, yang pergi dalam keadaan lapar" burung tersebut pergi untuk mencari rizki, tidak diam di sarangnya, akan tetapi pergi dan mencari rizki.
Apabila kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkkal maka kamu harus melakukan sebab-sebab yang telah Allah syari'atkan untukmu dari mencari rizki dengan cara yang halal seperti bertani, dagang dan lain-lainnya dari sebab-sebab mencari rizki.
Di antara faedah hadits ini: bahwasanya burung-burung dan yang lainnya dari makhluk-makhluk Allah, itu semuanya mengenal Allah, sebagaimana Allah berfirman:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka." (Al-Israa`:44)
Maka burung-burung mengenal Penciptanya dan mereka terbang mencari rizki dengan fithrah yang Allah berikan kepada mereka yang dengan fithrah tersebut mereka mendapat petunjuk menuju apa-apa yang bermanfaat bagi mereka. Di akhir siang mereka kembali ke sarang-sarangnya dalam keadaan perut kenyang dan demikianlah keadaan mereka setiap hari dan Allahlah yang memberi rizki kepada mereka dan yang memudahkan rizki bagi mereka.
Lihatlah kepada hikmahnya Allah, bagaimana burung tersebut keluar menuju tempat-tempat yang jauh dan kembali ke sarangnya dalam keadaan tidak salah jalan. Karena sesungguhnya Allah memberikan segala sesuatu penciptaannya kemudian menunjukinya. Wallaahul Muwaffiq.
Diringkas dari Syarh Riyaadhush Shaalihiin 1/293-294.
Sumber: Buletin Al-Wala` Wal-Bara` edisi ke-7 Tahun ke-3 / 07 Januari 2005 M / 26 Dzul Qo'dah 1425 H.