Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata:
ثَانِيًا: (زِنۡ): قَالُوا: الۡمُرَادُ بِهَا وَزۡنُ الۡفِعۡلِ، فَإِذَا جَاءَ الۡاسۡمُ عَلَى وَزۡنِ الۡفِعۡلِ، فَإِنَّهُ يَكُونُ مَمۡنُوعًا مِنَ الصَّرۡفِ، سَوَاءٌ أَكَانَ هَٰذَا الۡاسۡمُ عَلَمًا أَوۡ صِفَةً، وَسَوَاءٌ أَكَانَ الۡفِعۡلُ مَاضِيًا، أَمۡ مُضَارِعًا، أَمۡ أَمۡرًا؛ فَإِنَّهُ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ.
Kedua: “زِنۡ”. Mereka berkata: Yang dimaukan dengannya adalah wazan fiil. Jadi, jika ada isim sesuai dengan pola fiil, maka isim tersebut terhalangi dari tanwin. Sama saja, apakah isim ini berupa nama atau sifat. Sama pula apakah pola fiil madhi, mudhari’, atau amr; semuanya terhalang dari tanwin.
فَلَوۡ سَمَّيۡنَا رَجُلًا (يَزِيدَ) فَهُوَ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ؛ وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ هُوَ وَزۡنُ الۡفِعۡلِ؛ لِأَنَّ (يَزِيدَ) الۡاسۡمَ يُسَاوِي (يَزِيدُ) الۡفِعۡلَ، تَقُولُ: (هَٰذَا يَزِيدُ وَيَنۡقُصُ).
(يَشۡكُرُ) اسۡمُ رَجُلٍ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ، وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ: الۡعَلَمِيَّةُ وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ.
(أَحۡمَدُ) مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ، وَالۡمَانِعُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡعَلَمِيَّةُ وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ.
Andai kita menamai seseorang dengan nama Yazid (يزيد), maka kata ini terhalang dari tanwin. Yang menghalangi dari tanwin adalah pola fiil karena يَزِيد merupakan sebuah isim yang bentuknya sama dengan fiil يزيد (artinya bertambah). Contohnya adalah engkau katakan, “هَٰذَا يَزِيدُ وَيَنۡقُصُ” (Ini bertambah dan berkurang).
يَشۡكُر (Yasykur) nama seorang pria terhalang dari tanwin. Yang menghalangi dari tanwin adalah nama dan pola fiil.
أَحۡمَد (Ahmad) terhalang dari tanwin dan yang menghalangi dari tanwin adalah nama dan pola fiil.
(أَفۡضَلُ)، (مَرَرۡتُ بِرَجُلٍ أَفۡضَلَ مِنۡ فُلَانٍ) (أَفۡضَلَ) مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ. وَمَا الۡمَانِعُ لَهُ؟ الۡوَصۡفِيَّةُ –لِأَنَّهُ اسۡمُ تَفۡضِيلٍ- وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ؛ لِأَنَّ (أَفۡضَلَ) عَلَى وَزۡنِ (أَكۡرَمَ) وَ(أَكۡرَمَ) فِعۡلٌ مَاضٍ.
أَفۡضَل (Afdal), مَرَرۡتُ بِرَجُلٍ أَفۡضَلَ مِنۡ فُلَانٍ (Aku melewati seseorang yang lebih mulia daripada Polan). أَفۡضَل terhalangi dari tanwin. Apa penghalangnya? Sifat—karena merupakan isim tafdhil—dan pola fiil karena أَفۡضَلَ sesuai pola أَكۡرَمَ, sementara أَكۡرَمَ adalah fiil madhi.
(نَظَرۡتُ إِلَى أَفۡضَلَ مِنۡكَ): (إِلَى): حَرۡفُ خَفۡضٍ، (أَفۡضَلَ): اسۡمٌ مَجۡرُورٌ بِـ(إِلَى) وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡفَتۡحَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ نِيَابَةً عَنِ الۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّهُ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ، وَالۡمَانِعُ لَهُ الۡعَلَمِيَّةُ وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ.
وَنَقُولُ فِي إِعۡرَابِهِ:
(أَفۡضَلَ): صِفَةٌ مَجۡرُورَةٌ، وَعَلَامَةُ جَرِّهَا الۡفَتۡحَةُ نِيَابَةً عَنِ الۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّهَا مَمۡنُوعَةٌ مِنَ الصَّرۡفِ، وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡوَصۡفِيَّةُ وَوَزۡنِ الۡفِعۡلِ.
نَظَرۡتُ إِلَى أَفۡضَلَ مِنۡكَ (Aku memandang kepada orang yang lebih mulia daripada engkau). إِلَى adalah huruf khafdh, أَفۡضَلَ isim yang di-jarr dengan إِلَى dan tanda jarr-nya adalah fathah yang tampak di akhir kata sebagai ganti dari kasrah karena kata ini terhalang dari tanwin. Penghalangnya adalah nama (seharusnya sifat, wallahualam, penerj.) dan pola fiil.
Kita katakan ketika meng-i’rab-nya:
أَفۡضَلَ merupakan suatu sifat yang di-jarr dan tanda jarr-nya adalah harakat fathah sebagai ganti dari kasrah karena kata yang terhalang dari tanwin. Yang menghalanginya dari tanwin adalah sifat dan pola fiil.
وَتَقُولُ: (نَزَلۡتُ ضَيۡفًا عَلَى أَكۡرَمَ مِنۡ حَاتِمٍ).
(عَلَى): حَرۡفُ جَرٍّ.
(أَكۡرَمَ): اسۡمٌ مَجۡرُورٌ بِـ(عَلَى)، وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡفَتۡحَةُ نِيَابَةً عَنِ الۡكَسۡرَةِ، لِأَنَّهُ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ، وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡوَصۡفِيَّةُ وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ.
Engkau katakan: نَزَلۡتُ ضَيۡفًا عَلَى أَكۡرَمَ مِنۡ حَاتِمٍ.
عَلَى adalah huruf jarr. أَكۡرَمَ adalah isim yang di-jarr dengan عَلَى dan tanda jarr-nya adalah harakat fathah sebagai ganti dari kasrah karena kata yang terhalang dari tanwin. Yang menghalanginya dari tanwin adalah sifat dan pola fiil.
وَهُنَاكَ مَكَانٌ يُسَمَّى (اصۡمُتۡ)، وَهَٰذَا عَلَى وَزۡنِ الۡفِعۡلِ أَيۡضًا، وَهُوَ فِعۡلُ أَمۡرٍ.
Di sana ada suatu tempat yang dinamakan اصۡمُتۡ dan ini sesuai pola fiil, yaitu fiil amr.
(مَرَرۡتُ بِيَزِيدَ).
(مَرَرۡتُ): فِعۡلٌ وَفَاعِلٌ.
(بِيَزِيدَ): (الۡبَاءُ) حَرۡفُ جَرٍّ، (يَزِيدَ) اسۡمٌ مَجۡرُورٌ بِالۡبَاءِ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡفَتۡحَةُ نِيَابَةً عَنِ الۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّهُ اسۡمٌ لَا يَنۡصَرِفُ، وَالۡمَانِعُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡعَلَمِيَّةُ وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ.
مَرَرۡتُ بِيَزِيدَ (Aku melewati Yazid). مَرَرۡتُ adalah fiil dan pelaku. بِيَزِيدَ: Huruf ba adalah huruf jarr. يَزِيدَ adalah isim yang di-jarr dengan huruf ba dan tanda jarr-nya adalah fathah sebagai ganti dari kasrah karena isim yang tidak bisa ditanwin. Yang menghalanginya dari tanwin adalah nama dan pola fiil.
إِذَنۡ الۡقَاعِدَةُ: كُلُّ اسۡمٍ جَاءَ عَلَى وَزۡنِ فِعۡلٍ فَهُوَ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ، سَوَاءٌ كَانَ هَٰذَا الۡاسۡمُ عَلَمًا مِثۡلُ: (أَحۡمَدَ) أَوۡ صِفَةً مِثۡلُ: (أَفۡضَلَ).
(أَحۡمَدُ) يُمۡكِنُ أَنۡ نُحَوِّلَهَا إِلَى صِفَةٍ، فَنَقُولُ: (مَرَرۡتُ بِرَجُلٍ أَحۡمَدَ مِنۡ فُلَانٍ عِنۡدَ النِّعَمِ) (أَحۡمَدَ) هُنَا اسۡمُ تَفۡضِيلٍ، يَعۡنِي: أَكۡثَرَ حَمۡدًا.
Jadi kaidahnya bahwa setiap isim yang sesuai pola fiil, maka isim tersebut terhalang dari tanwin. Sama saja apakah isim itu berupa nama semisal أَحۡمَد (Ahmad) atau sifat semisal أَفۡضَل (lebih mulia).
أَحۡمَد mungkin kita mengubahnya menjadi sifat, sehingga kita ucapkan, “مَرَرۡتُ بِرَجُلٍ أَحۡمَدَ مِنۡ فُلَانٍ عِنۡدَ النِّعَمِ” (Aku melewati seorang lelaki yang lebih terpuji daripada Polan ketika mendapat banyak kenikmatan). أَحۡمَدَ di sini adalah isim tafdhil, yakni: lebih banyak sifat terpujinya.
سَمَّيۡتَ ابۡنَكَ (يَفۡضُلُ ابۡنُ فُلَانٍ)، فَـ(يَفۡضُلُ) مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ لِلۡعَلَمِيَّةِ وَوَزۡنِ الۡفِعۡلِ.
وَلَوۡ سَمَّيۡتَ ابۡنَكَ (اسۡكُتۡ) فَنَادَيۡتَهُ (اسۡكُتۡ بۡنُ مُحَمَّدٍ)، وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡعَلَمِيَّةُ، وَوَزۡنُ الۡفِعۡلِ، وَهُوَ فِعۡلُ الۡأَمۡرِ.
(أَفۡعَى) نَوۡعٌ مِنَ الۡحَيَّاتِ، وَهِيَ اسۡمُ جِنۡسٍ، وَلَيۡسَتۡ عَلَمًا، فَهِيَ لَيۡسَتۡ مَمۡنُوعَةً مِنَ الصَّرۡفِ.
Kalau engkau namai putramu dengan nama يَفۡضُلُ ابۡنُ فُلَانٍ (Yafdhulu bin Polan), maka يَفۡضُلُ terhalang dari tanwin karena nama dan pola fiil.
Andai engkau namai putramu dengan اسۡكُتۡ, maka engkau panggil dia اسۡكُتۡ بۡنُ مُحَمَّدٍ. Yang menghalangi dari tanwin adalah nama dan pola fiil, yaitu fiil amr.
أَفۡعَى satu jenis ular. Sehingga kata ini merupakan nama jenis dan bukan ‘alam (nama), sehingga tidak terhalangi dari tanwin.
إِذَنۡ كُلُّ مَا كَانَ عَلَى وَزۡنِ فِعۡلٍ، فَهُوَ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ، إِنۡ كَانَ عَلَمًا فَلِلۡعَلَمِيَّةِ وَوَزۡنِ الۡفِعۡلِ، وَإِنۡ كَانَ وَصۡفًا، فَلِلۡوَصۡفِيَّةِ وَوَزۡنِ الۡفِعۡلِ، فَلَا بُدَّ فِيهِ مِنۡ عِلَّتَيۡنِ، وَزۡنِ الۡفِعۡلِ مَعَ الۡوَصۡفِيَّةِ أَوِ الۡعَلَمِيَّةِ. فَإِنۡ كَانَ اسۡمًا جَامِدًا فَإِنَّهُ يَنۡصَرِفُ.
Jadi, setiap kata yang sesuai pola fiil, maka kata tersebut terhalangi dari tanwin. Walaupun kata tersebut berupa nama, maka karena nama dan pola fiil. Jika berupa sifat, maka karena sifat dan pola fiil. Sehingga harus karena dua faktor, yaitu pola fiil disertai sifat atau nama. Jika isim tersebut berupa isim jamid (bukan musytaqq, bukan bentukan dari kata lain), maka bisa ditanwin.