Imam Ibnu Qudamah rahimahullah di dalam kitab Lum'atul I'tiqad Al-Hadi ila Sabilir Rasyad berkata,
وَقَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿كَرِهَ ٱللَّهُ ٱنۢبِعَاثَهُمۡ﴾ [التوبة: ٤٦].
Firman Allah taala yang artinya, “Allah tidak menyukai keberangkatan mereka.” (QS. At-Taubah: 46).[1]
Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam syarahnya berkata,
[1] الصِّفَةُ التَّاسِعَةُ: الۡكَرَاهَةُ:
الۡكَرَاهَةُ مِنَ اللهِ لِمَنۡ يَسۡتَحِقُّهَا ثَابِتَةٌ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ السَّلَفِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَلَـٰكِن كَرِهَ ٱللَّهُ ٱنۢبِعَاثَهُمۡ﴾ [التوبة: ٤٦].
وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّ اللهَ كَرِهَ لَكُمۡ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثۡرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الۡمَالِ) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ.
وَأَجۡمَعَ السَّلَفُ عَلَى ثُبُوتِ ذٰلِكَ لِلهِ.
Sifat kesembilan: Benci.
Kebencian dari Allah bagi siapa saja yang berhak mendapatkannya merupakan hal yang pasti berdasarkan Alquran, sunah, dan kesepakatan ulama salaf.
Allah taala berfirman yang artinya, “Tetapi Allah membenci keberangkatan mereka.” (QS. At-Taubah: 46).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci untuk kalian qil wa qal (larut dalam pembicaraan yang tidak ada faedahnya), banyak meminta (tanpa hajat), dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Al-Bukhari nomor 1477).
Ulama salaf sepakat akan kepastian sifat itu bagi Allah.
فَيَجِبُ إِثۡبَاتُهُ مِنۡ غَيۡرِ تَحۡرِيفٍ وَلَا تَعۡطِيلٍ وَلَا تَكۡيِيفٍ وَلَا تَمۡثِيلٍ.
وَهِيَ كَرَاهَةٌ حَقِيقِيَّةٌ مِنَ اللهِ تَلِيقُ بِهِ.
وَفَسَّرَ أَهۡلُ التَّعۡطِيلِ الۡكَرَاهَةَ بِالۡإِبۡعَادِ، وَنَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ بِمَا سَبَقَ فِي الۡقَاعِدَةِ الرَّابِعَةِ.
Maka, wajib menetapkannya tanpa tahrif (menyelewengkan maknanya), ta’thil (menolaknya), takyif (mempertanyakan bagaimananya), dan tamtsil (menyerupakannya).
Itu adalah sifat benci yang hakiki yang layak untuk-Nya.
Para penolak sifat Allah menafsirkan sifat benci dengan penjauhan. Kita bantah mereka dengan kaidah keempat yang telah lewat.