Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--di dalam Syarh
Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din menyebutkan,
وَمِنَ الۡإِيمَانِ بِالۡيَوۡمِ الۡآخِرِ الۡإِيمَانُ بِحَشۡرِ النَّاسِ مِنۡ
قُبُورِهِمۡ وَغَيۡرِهَا عَلَى الۡمَوۡقِفِ، وَاسۡتِشۡفَاعِهِمۡ إِلَى أُولِي
الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ لِتَخۡلِيصِهِمۡ مِمَّا هُمۡ فِيهِ مِنَ الشِّدَّةِ،
وَحُصُولِ الشَّفَاعَةِ الۡعُظۡمَى لَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ﷺ، وَهِيَ
الۡمَقَامُ الۡمَحۡمُودُ، وَمَجِيءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ
بَيۡنَ الۡعِبَادِ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَحَشَرۡنَٰهُمۡ فَلَمۡ
نُغَادِرۡ مِنۡهُمۡ أَحَدًا﴾، وَرَوَى الۡبُخَارِيُّ (٦٥٢٧)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٥٩)
عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
(تُحۡشَرُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرۡلًا، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: يَا
رَسُولَ اللهِ! الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنۡظُرُ بَعۡضُهُمۡ إِلَى بَعۡضٍ؟
فَقَالَ: الۡأَمۡرُ أَشَدُّ مِنۡ أَنۡ يُهِمَّهُمۡ ذَاكَ)، وَرَوَاهُ أَيۡضًا
الۡبُخَارِيُّ (٦٥٢٦)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٦٠) مِنۡ حَدِيثِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللهُ عَنۡهُمَا.
Termasuk keimanan kepada hari akhir adalah mengimani penggiringan manusia dari
kuburan mereka atau selainnya ke padang mahsyar; mengimani permintaan syafaat
kepada para rasul ululazmi agar mengentaskan kesulitan yang mereka alami;
terlaksananya syafaat teragung yang dimiliki Nabi kita Muhammad—shallallahu
‘alaihi wa sallam—yaitu al-maqam al-mahmud (kedudukan yang dipuji); kedatangan
Allah—‘azza wa jalla—untuk memberi keputusan antara para hamba.
Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Kami kumpulkan mereka dan Kami tidak
tinggalkan seorang pun dari mereka.” (QS. Al-Kahfi: 47).
Al-Bukhari (nomor 6527)
dan
Muslim (nomor 2859)
meriwayatkan dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:
Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kalian akan dikumpulkan
dalam keadaan tak beralas kaki, tanpa busana, dan tidak dikhitan.”
‘Aisyah berkata: Aku menanggapi, “Wahai Rasulullah, para lelaki dan wanita
nanti akan saling memandang.”
Rasulullah bersabda, “Keadaan saat itu lebih dahsyat daripada keadaan yang
membuat mereka ingin melakukan hal itu.”
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari nomor 6526 dan
Muslim nomor 2860
dari hadis Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—.
وَقَالَ ابۡنُ كَثِيرٍ عِنۡدَ تَفۡسِيرِ قَوۡلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ:
﴿وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّا صَفًّا﴾: (يَعۡنِي لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ
بَيۡنَ خَلۡقِهِ، وَذٰلِكَ بَعۡدَ مَا يَسۡتَشۡفَعُونَ إِلَيۡهِ بِسَيِّدِ
وَلَدِ آدَمَ عَلَى الۡإِطۡلَاقِ مُحَمَّدٍ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ
عَلَيۡهِ، بَعۡدَمَا يَسۡأَلُونَ أُولِي الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَاحِدًا
بَعۡدَ وَاحِدٍ، فَكُلُّهُمۡ يَقُولُ: لَسۡتُ بِصَاحِبِ ذَاكُمۡ، حَتَّى
تَنۡتَهِيَ النَّوۡبَةُ إِلَى مُحَمَّدٍ ﷺ، فَيَقُولُ: أَنَا لَهَا، أَنَا
لَهَا، فَيَذۡهَبُ فَيَشۡفَعُ عِنۡدَ اللهِ تَعَالَى فِي أَنۡ يَأۡتِيَ
لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ، فَيُشَفِّعَهُ اللهُ فِي ذٰلِكَ، وَهِيَ أَوَّلُ
الشَّفَاعَاتِ، وَهِيَ الۡمَقَامُ الۡمَحۡمُودُ كَمَا تَقَدَّمَ بَيَانُهُ فِي
سُورَةِ سُبۡحَانَ، فَيَجِيءُ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِفَصۡلِ
الۡقَضَاءِ كَمَا يَشَاءُ، وَالۡمَلَائِكَةُ يَجِيئُونَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ
صُفُوفًا صُفُوفًا).
Ketika menafsirkan firman Allah—‘azza wa jalla—“Tuhanmu datang. Begitu juga
malaikat datang dengan berbaris” (QS. Al-Fajr: 22), Ibnu Katsir berkata:
Yakni memutuskan perkara di antara makhluk-Nya. Kejadian ini setelah mereka
meminta kepada-Nya dengan perantaraan pemuka seluruh manusia, yaitu Nabi
Muhammad—shalawatullahi wa salamuhu ‘alaih—. Setelah mereka meminta para rasul
ululazmi, satu demi satu, lalu setiap mereka mengatakan, “Aku tidak bisa
membantu kalian.”
Sampai giliran berakhir pada Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu
beliau bersabda, “Akulah yang akan memintakannya. Akulah yang akan
memintakannya.”
Beliau beranjak lalu meminta di sisi Allah taala agar memutuskan perkara.
Allah mengabulkan permintaan beliau. Inilah syafaat pertama dan inilah makam
mahmud sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir surah Al-Isra`.
Allah—tabaraka wa ta’ala—datang untuk memutuskan perkara sebagaimana yang Dia
kehendaki. Para malaikat pun datang di hadapan-Nya dengan bersaf-saf.
وَيُعۡرَضُ الۡعِبَادُ عَلَى اللهِ فَيُحَاسِبُهُمۡ عَلَى أَعۡمَالِهِمۡ،
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَعُرِضُوا۟ عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدۡ
جِئۡتُمُونَا كَمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةِۭ ۚ﴾،
Para hamba kelak akan dibawa menghadap kepada Allah, lalu Allah akan menghisab
mereka sesuai amalan mereka. Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Mereka akan
dibawa menghadap kepada Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kalian datang
kepada Kami sebagaimana Kami menciptakan kalian pada kali yang pertama.” (QS.
Al-Kahf: 48)
وَقَالَ: ﴿وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ
أُو۟لَٰٓئِكَ يُعۡرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمۡ وَيَقُولُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ
هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمۡ ۚ أَلَا لَعۡنَةُ ٱللَّهِ
عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ﴾،
Allah berfirman, “Siapa lagi yang lebih zalim daripada orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah. Mereka itu akan dibawa menghadap kepada Tuhan mereka
dan para saksi akan berkata: ‘Merekalah orang-orang yang berdusta terhadap
Tuhan mereka.’ Ingatlah! Laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim.”
(QS. Hud: 18).
وَقَالَ: ﴿وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا
فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ
صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟
حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا﴾،
Allah berfirman, “Diletakkanlah catatan amal itu, lalu engkau akan melihat
orang-orang yang berdosa ketakutan melihat isinya dan mereka berkata, ‘Duhai
celaka kami, catatan apa ini?! Catatan ini tidak terlewatkan menulis amalan
yang kecil dan yang besar.’ Mereka mendapatkan semua yang mereka amalkan ada
di situ. Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahf: 49).
وَقَالَ: ﴿فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ ٧ فَسَوۡفَ
يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ٨ وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا ٩
وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ١٠ فَسَوۡفَ يَدۡعُوا۟
ثُبُورًا ١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا﴾،
Allah berfirman, “Orang yang diberi catatannya dari sebelah kanan, kelak dia
akan dihisab dengan mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan
bahagia. Adapun orang yang diberi catatan dari belakang punggungnya, kelak dia
akan berseru, ‘Celaka’ dan akan masuk neraka yang apinya menyala.” (QS.
Al-Insyiqaq: 7-12).
وَقَالَ: ﴿يَوۡمَئِذٍ تُعۡرَضُونَ لَا تَخۡفَىٰ مِنكُمۡ خَافِيَةٌ ١٨
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُوا۟
كِتَٰبِيَهۡ ١٩ إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠ فَهُوَ فِى
عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ٢١ فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ٢٣
كُلُوا۟ وَٱشۡرَبُوا۟ هَنِيٓـَٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ
ٱلۡخَالِيَةِ ٢٤ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ
يَٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦
يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧ مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّى مَالِيَهۡ ۜ ٢٨
هَلَكَ عَنِّى سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ٣٠ ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ
صَلُّوهُ ٣١ ثُمَّ فِى سِلۡسِلَةٍ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعًا
فَٱسۡلُكُوهُ﴾،
Allah berfirman, “Pada hari itu kalian akan dibawa menghadap. Tidak ada yang
tersembunyi pada diri kalian. Barang siapa diberi catatan dari sebelah kanan,
dia akan berkata, ‘Ini silakan baca catatanku. Sesungguhnya aku menyangka akan
menjumpai perhitungan.’ Maka dia berada di kehidupan yang nyaman di janah yang
tinggi. Buah-buahannya bisa mudah dipetik. Makan dan minumlah dengan tenang
karena amalan yang kalian persembahkan di hari-hari yang telah lewat. Adapun
yang diberi catatan dari sebelah kiri, dia akan berkata, ‘Duhai, andai aku
tidak diberi catatanku ini. Aku tidak tahu bagaimana hisabku nanti. Duhai,
andai kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku tidak lagi
berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.’ (Allah berfirman,) Peganglah
dan belenggulah! Lalu masukkan dia ke dalam neraka Jahim! Belitlah dengan
rantai sepanjang tujuh puluh hasta!” (QS. Al-Haqqah: 18-32).
وَقَالَ: ﴿يَوۡمَئِذٍ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتًا لِّيُرَوۡا۟ أَعۡمَٰلَهُمۡ
٦ فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ
مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ﴾.
Allah berfirman, “Pada hari itu, manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan
bermacam-macam agar balasan amalan mereka diperlihatkan kepada mereka. Barang
siapa beramal kebaikan seberat zarah, dia akan melihatnya. Barang siapa
beramal keburukan seberat zarah, dia pun akan melihatnya.” (QS. Az-Zalzalah:
6-8).
وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ حُوسِبَ عُذِّبَ، قَالَتۡ عَائِشَةُ:
فَقُلۡتُ: أَوَلَيۡسَ يَقُولُ اللهُ: ﴿فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾،
قَالَتۡ: فَقَالَ: إِنَّمَا ذَلِكِ الۡعَرۡضُ، وَلَكِنۡ مَنۡ نُوقِشَ
الۡحِسَابُ يَهۡلِكُ) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (١٠٣)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٧٦).
Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang dihisab,
maka dia akan diazab.”
‘Aisyah berkata: Aku mengatakan, “Bukankah Allah taala mengatakan: Kelak dia
akan dihisab dengan hisab yang mudah (QS. Al-Insyiqaq: 8)?”
‘Aisyah berkata: Beliau bersabda, “Hisab yang mudah itu hanyalah
diperlihatkan, namun siapa saja yang dihisab dengan teliti, maka dia akan
binasa.” (HR.
Al-Bukhari nomor 103
dan Muslim nomor 2876).