بَابُ الْفَاعِلِ
الْفَاعِلُ هُوَ: الْإِسْمُ الْمَرْفُوعُ الْمَذْكُورُ قَبْلَهُ فِعْلُهُBab Fa’il
Fa’il adalah Isim yang marfu’ yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya.
وَأَقُولُ: الْفَاعِلُ لَهُ مَعْنَيَانِ: أَحَدُهُمَا لُغَوِى وَالْآخَرُ اصْطِلَاحِى.
أَمَّا مَعْنَاهُ فِي اللُّغَةِ فَهُوَ عِبَارَةٌ عَمَّنْ أَوْجَدَ الْفِعْلَ.
وَأَمَّا مَعْنَاهُ فِي الْإِصْطِلَاحِ فَهُوَ: الْإِسْمُ الْمَرْفُوعُ الْمَذْكُورُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ، كَمَا قَالَ الْمُؤَلِّفُ.
Aku (penulis) katakan: Fa’il mempunyai dua makna, yang pertama secara bahasa, yang lainnya makna secara istilah.
Adapun makna fa’il secara bahasa adalah ungkapan mengenai siapa yang melakukan perbuatan.
Adapun makna fa’il secara istilah adalah isim yang marfu’ yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya, sebagaimana yang penulis katakan.
وَقَوْلُنَا (الْإِسْمُ) لَا يَشْمُلُ الْفِعْلَ وَلَا الْحَرْفَ، فَلَا يَكُونُ وَاحِدٌ مِنْهُمَا فَاعِلًا، وَهُوَ يَشْمُلُ الْإِسْمَ الصَّرِيحَ وَالْإِسْمَ الْمُؤَوَّلَ بِالصَّرِيحِ. أَمَّا الصَّرِيحُ فَنَحْوُ (نُوحٌ) وَ (إِبْرَاهِيمُ) فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: (قَالَ نُوحٌ)، (وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ)، وَأَمَّا الْمُؤَوَّلُ بِالصَّرِيحِ فَنَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى: (أَوَ لَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا)، فَأَنَّ: حَرْفُ تَوْكِيدٍ وَنَصْبٍ، وَ (نَا) اسْمُهُ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ فِي مَحَلِّ نَصْبٍ، وَ (أَنْزَلْنَا) فِعْلٌ مَاضٍ وَفَاعِلُهُ، وَالْجُمْلَةُ فِي مَحَلِّ رَفْعٍ خَبَرُ أَنَّ، وَ (أَنَّ) وَمَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ فِي تَأْوِيلِ مَصْدَرٍ فَاعِلُ (يَكْفِي) وَالتَّقْدِيرُ: أَوَ لَمْ يَكْفِهِمْ إِنْزَالُنَا، وَمِثَالُهُ قَوْلِكَ: (يَسُرُّنِي أَنْ تَتَمَسَّكَ بِالْفَضَائِلِ)، وَقَوْلِكَ: (أَعْجَبَنِي مَا صَنَعْتَ)، التَّقْدِيرُ فِيهِمَا: يَسُرُّنِي تَمَسُّكُكَ، وَأَعْجَبَنِي صَنْعُكَ.
Ungkapan kami “isim” berarti tidak meliputi fi’il dan huruf. Jadi salah satu dari keduanya tidak bisa menjadi fa’il. Isim meliputi isim yang sharih dan isim mu`awwal bish sharih. Adapun isim sharih seperti kata “Nuh” dan “Ibrahim” pada firman Allah ta’ala, قَالَ نُوحٌ (Nuh berkata), وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ (Ketika Ibrahim meninggikan). Adapun isim mu`awwal bish sharih seperti firman Allah ta’ala, أَوَ لَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا (Apakah belum cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan). أَنَّ adalah huruf taukid dan nashab. نَا adalah isimnya, mabni atas tanda sukun berkedudukan nashab. أَنْزَلْنَا adalah fi’il madhi dan fa’ilnya. Adapun kalimat tersebut berkedudukan rafa’ sebagai khabar anna. Anna dan kata-kata yang masuk padanya di dalam ta`wil mashdar adalah fa’il dari يَكْفِي, perkiraannya: أَوَ لَمْ يَكْفِهِمْ إِنْزَالُنَا. Dan yang semisalnya seperti ucapanmu يَسُرُّنِي أَنْ تَتَمَسَّكَ بِالْفَضَائِلِ (Membahagiakanku bahwa engkau berpegang teguh dengan keutamaan-keutamaan) dan أَعْجَبَنِي مَا صَنَعْتَ (Mengagumkanku apa yang engkau perbuat), maka taqdir keduanya adalah يَسُرُّنِي تَمَسُّكُكَ (Sikap berpegang teguhmu membahagiakanku), وَأَعْجَبَنِي صَنْعُكَ (Perbuatanmu mengagumkanku).
وَقَوْلُنَا: (الْمَرْفُوعُ) يُخْرِجُ مَا كَانَ مَنْصُوبًا أَوْ مَجْرُورًا، فَلَا يَكُونُ وَاحِدٌ مِنْهُمَا فَاعِلًا.
Ucapan kami “marfu’” berarti mengeluarkan setiap yang dinashab dan yang majrur. Sehingga salah satu di antara keduanya tidak bisa menjadi fa’il.
وَقَوْلُنَا: (الْمَذْكُورُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ) يُخْرِجُ الْمُبْتَدَأَ وَإِسْمَ (إِنَّ) وَأَخَوَاتِهَا، فَإِنَّهُمَا لَمْ يَتَقَدَّمْهُمَا فِعْلُ الْبَتَّةِ، وَيُخْرِجُ أَيْضًا إِسْمَ (كَانَ) وَأَخَوَاتِهَا، وَاسْمَ (كَادَ) وَأَخَوَاتِهَا، فَإِنَّهُمَا وَإِنْ تَقَدَّمَهُمَا فِعْلٌ فَإِنَّ هَذَا الْفِعْلَ لَيْسَ فِعْلَ وَاحِدٍ مِنْهُمَا، وَالْمُرَادُ بِالْفِعْلِ مَا يَشْمُلُ شِبْهَ الْفِعْلِ كَاسْمِ الْفِعْلِ فِي نَحْوِ (هَيْهَاتَ الْعَقِيقُ) وَ (شَتَّانَ زَيْدٌ وَعَمْرٌ) وَاسْمِ الْفَاعِلِ فِي نَحْوِهِ (أَقَادِمٌ أَبُوكَ). فَالْعَقِيقُ، وَزَيْدٌ مَعَ مَا عُطِفَ عَلَيْهِ، وَأَبُوكَ: كُلٌّ مِنْهَا فَاعِلٌ.
Ucapan kami “yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya” berarti mengeluarkan mubtada` dan isim inna beserta saudara-saudaranya. Karena keduanya tidak diawali fi’il. Begitu pula mengeluarkan isim kana beserta saudara-saudaranya dan isim kada beserta saudara-saudaranya. Karena keduanya meskipun diawali oleh fi’il, namun sesungguhnya fi’il tersebut bukanlah fi’il salah satu dari keduanya. Fi’il yang dimaksud di sini juga mencakup yang mirip fi’il. Seperti isim fi’il, contohnya هَيْهَاتَ الْعَقِيقُ (Lembah itu jauh) dan شَتَّانَ زَيْدٌ وَعَمْرٌ (Zaid dan ‘Amr beda jauh). Juga seperti isim fa’il, contohnya أَقَادِمٌ أَبُوكَ (Apakah ayahmu telah tiba?). Maka الْعَقِيقُ, زَيْدٌ وَعَمْرٌ, dan أَبُوكَ semuanya adalah fa’il.