Cari Blog Ini

Syarh Al-Ushulus Sittah - Pondasi Keempat (1)

الۡأَصۡلُ الرَّابِعُ: بَيَانُ الۡعِلۡمِ وَالۡعُلَمَاءِ، وَالۡفِقۡهِ وَالۡفُقَهَاءِ.
Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata: Pondasi yang keempat: Penjelasan ilmu dan ulama, penjelasan fiqih dan ahli fiqih.

هٰذَا أَصۡلٌ عَظِيمٌ: وَهُوَ بَيَانُ الۡمُرَادِ بِالۡعِلۡمِ؟ وَهُوَ أَنَّ الۡعِلۡمَ هُوَ الۡعِلۡمُ الشَّرۡعِيُّ الۡمَبۡنِيُّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ، هٰذَا هُوَ الۡعِلۡمُ النَّافِعُ، أَمَّا عُلُومُ الدُّنۡيَا مِنَ الۡحِرَفِ وَالصِّنَاعَاتِ وَالطِّبِّ وَغَيۡرِ ذٰلِكَ، هٰذِهِ لَا يُطۡلَقُ عَلَيۡهَا الۡعِلۡمُ بِدُونِ قَيۡدٍ.
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata: Ini adalah pondasi yang agung, yaitu penjelasan apa yang dimaksud dengan ilmu. Yaitu bahwa ilmu itu adalah ilmu syar’i yang dibangun di atas Kitab Allah dan Sunnah RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah ilmu yang bermanfaat. Adapun ilmu-ilmu duniawi berupa ilmu untuk mata pencaharian, ilmu produksi, ilmu kedokteran, dan yang lainnya; maka tidak dimutlakkan padanya lafazh ilmu tanpa pembatasan.
فَإِذَا قِيلَ: الۡعِلۡمُ، وَالَّذِي فِيهِ الۡفَضۡلُ، فَإِنَّ الۡمُرَادَ بِهِ الۡعِلۡمُ الشَّرۡعِيُّ، أَمَّا عِلۡمُ الۡحِرَفِ وَالصِّنَاعَاتِ وَالۡمِهَنِ فَهٰذِهِ عُلُومٌ مُبَاحَةٌ وَلَا يُطۡلَقُ عَلَيۡهَا اسۡمُ الۡعِلۡمِ بِدُونِ قَيۡدٍ.
إِنَّمَا يُقَالُ: عِلۡمُ الۡهَنۡدَسَةِ، وَعِلۡمُ الطِّبِّ، لٰكِنۡ لَلۡأَسَفُ أَصۡبَحَ الۡآنَ فِي عُرۡفِ النَّاسِ إِذَا قِيلَ: الۡعِلۡمُ، فَإِنَّهُ يُرَادُ بِهِ الۡعِلۡمُ الۡحَدِيثُ، وَيَقُولُونَ إِذَا سَمِعُوا شَيۡئًا مِنَ الۡقُرۡآنِ: هٰذَا يُشۡهِدُ لَهُ الۡعِلۡمَ الۡحَدِيثَ، وَإِذَا جَاءَ حَدِيثٌ قَالُوا: هٰذَا يُشۡهِدُ لَهُ الۡعِلۡمَ.
Sehingga, jika hanya dikatakan “ilmu” saja dan padanya ada keutamaan, maka sesungguhnya yang diinginkan dengannya adalah ilmu syar’i. Adapun ilmu tentang mata pencaharian, ilmu produksi, dan ilmu terkait pekerjaan adalah ilmu-ilmu yang mubah dan tidak dimutlakkan padanya nama ilmu tanpa ada pembatasan.
Namun, dikatakan: ilmu teknik, ilmu kedokteran. Akan tetapi disayangkan, kenyataan yang terjadi sekarang jika dikatakan lafazh ilmu, maka dalam anggapan kebanyakan manusia yang dimaukan dengannya adalah ilmu-ilmu baru. Dan ketika mereka mendengar suatu dari Al-Qur`an, mereka mengatakan: Ayat ini mendukung ilmu-ilmu baru itu; dan jika mendengar satu hadits, mereka mengucapkan: Ini juga mendukung ilmu itu.
صَارَ الۡعِلۡمُ الۡآنَ يُطۡلَقُ عَلَى عِلۡمِ الۡحِرَفِ وَالصِّنَاعَاتِ وَالطِّبِّ وَغَيۡرِ ذٰلِكَ، مَعَ أَنَّهُ قَدۡ يَكُونُ جَهۡلًا؛ لِأَنَّهُ قَدۡ يَعۡتَرِيهِ شَيۡءٌ مِنَ الۡخَطَأِ الۡكَثِيرِ، لِأَنَّهُ مَجۡهُودٌ بَشَرِيٌّ، خِلَافَ الۡعِلۡمِ الشَّرۡعِيِّ فَإِنَّهُ مِنَ اللهِ، فَهُوَ ﴿لَّا يَأْتِيهِ ٱلْبَـٰطِلُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِۦ ۖ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ﴾ [فصلت: ٤٢].
Jadilah saat sekarang ini, ilmu malah dimutlakkan kepada ilmu tentang pekerjaan, ilmu produksi, ilmu kedokteran, dan selain itu. Padahal bersamaan dengan itu, pada ilmu tersebut terdapat pula kebodohan. Karena, terkadang pada ilmu itu terdapat kekeliruan yang banyak. Hal itu disebabkan ilmu itu adalah hasil usaha atau penelitian manusia. Beda halnya dengan ilmu syar’i yang berasal dari Allah. Ilmu ini adalah ilmu “Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: 42).
قَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟﴾ [فاطر: ٢٨] وَهُمۡ عُلَمَاءُ الشَّرۡعِ الَّذِينَ يَعۡرِفُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ أَمَّا عُلَمَاءُ الۡهَنۡدَسَةِ وَالصِّنَاعَةِ وَالۡإِخۡتِرَاعِ وَالطِّبِّ، فَهٰؤُلَاءِ قَدۡ يَكُونُونَ يَجۡهَلُونَ حَقَّ اللهِ -جَلَّ وَعَلَا- وَلَا يَعۡرِفُونَ اللهَ، وَإِنۡ عَرَفُوهُ فَمَعۡرِفَتُهُمۡ قَاصِرَةٌ، لٰكِنۡ الَّذِينَ يَعۡرِفُونَ اللهَ هُمۡ عُلَمَاءُ الشَّرۡعِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟﴾ لِأَنَّهُمۡ يَعۡرِفُونَ اللهَ بِأَسۡمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَيَعۡرِفُونَ حَقَّهُ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى وَهٰذَا لَا يَحۡصُلُ بِعِلۡمِ الطِّبِّ وَعِلۡمِ الۡهَنۡدَسَةِ، وَإِنَّمَا قَدۡ يَحۡصُلُ بِهِ تَوۡحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ فَقَطۡ، أَمَّا تَوۡحِيدُ الۡأُلُوهِيَّةِ فَهٰذَا إِنَّمَا يَحۡصُلُ بِعِلۡمِ الشَّرۡعِ.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28). Mereka adalah orang yang berilmu syar’i, orang-orang yang mengenal Allah ‘azza wa jalla. Adapun orang-orang yang memiliki ilmu teknik, ilmu produksi, ilmu penemuan, dan ilmu kedokteran, maka mereka itu terkadang tidak mengerti hak Allah jalla wa ‘ala dan mereka tidak mengenal Allah. Sekiranya mereka mengenalnya, maka pengenalan mereka dangkal. Sehingga, orang-orang yang mengenal Allah adalah ulama syariat. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” Dikarenakan mereka mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifatNya. Mereka mengenal hakNya subhanahu wa ta’ala. Dan perkara ini tidak tercapai dengan ilmu kedokteran dan ilmu teknik. Terkadang dengan ilmu-ilmu itu hanya tercapai tauhid rububiyyah saja. Adapun tauhid uluhiyyah, hanya bisa dicapai dengan ilmu syariat.