فَإِذَا عَرَفۡتَ أَنَّ الشِّرۡكَ إِذَا خَالَطَ الۡعِبَادَةَ أَفۡسَدَهَا وَأَحۡبَطَ الۡعَمَلَ وَصَارَ صَاحِبُهُ مِنَ الۡخَالِدِينَ فِي النَّارِ عَرَفۡتَ أَنَّ أَهَمَّ مَا عَلَيۡكَ مَعۡرِفَةُ ذٰلِكَ، لَعَلَّ اللهَ أَنۡ يُخۡلِصَكَ مِنۡ هَٰذِهِ الشَّبَكَةِ وَهِيَ الشِّرۡكُ بِاللهِ.
الَّذِي قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيهِ: (إِنَّ اللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ) [النساء: ٤٨]. وَذٰلِكَ بِمَعۡرِفَةِ أَرۡبَعِ قَوَاعِدَ ذَكَرَهَا اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ:
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata: Jika engkau telah mengetahui bahwa syirik apabila mencampuri ibadah akan merusaknya dan menghapus amal ibadah serta pelakunya akan menjadi orang-orang yang kekal di dalam neraka, maka engkau mengetahui bahwa perkara terpenting yang wajib atasmu adalah mengenali hal itu. Semoga Allah menyelamatkanmu dari jerat ini, yaitu menyekutukan Allah. Yaitu, yang Allah ta’ala berfirman tentangnya, yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan Allah dan Dia mengampuni dosa di bawah itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa`: 48). Dan perkara tauhid dan syirik itu dikenali dengan cara mengenali empat kaidah yang telah Allah ta’ala sebutkan di dalam Kitab-Nya:
(فَإِذَا عَرَفۡتَ أَنَّ الشِّرۡكَ إِذَا خَالَطَ الۡعِبَادَةَ أَفۡسَدَهَا وَأَحۡبَطَ الۡعَمَلَ، وَصَارَ صَاحِبُهُ مِنَ الۡخَالِدِينَ فِي النَّارِ...) أَيۡ: مَا دَامَ أَنَّكَ عَرَفۡتَ التَّوۡحِيدَ وَهُوَ: إِفۡرَادُ اللهِ بِالۡعِبَادَةِ، يَجِبُ أَنۡ تَعۡرِفَ مَا هُوَ الشِّرۡكُ، لِأَنَّ الَّذِي لَا يَعۡرِفُ الشَّيۡءَ يَقَعُ فِيهِ، فَلَا بُدَّ أَنَّكَ تَعۡرِفُ أَنۡوَاعَ الشِّرۡكِ مِنۡ أَجۡلِ أَنۡ تَتَجَنَّبَهَا، لِأَنَّ اللهَ حَذَّرَ مِنَ الشِّرۡكِ وَقَالَ: ﴿إِنَّ اللهَ لَا يَغۡفِرُ أَنۡ يُشۡرَكَ بِهِ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنۡ يَشَآءُ﴾ [النساء: ٤٨]، فَهٰذَا الشِّرۡكُ الَّذِي هٰذَا خَطَرُهُ، وَهُوَ أَنَّهُ يَحۡرِمُ مِنَ الۡجَنَّةِ: ﴿إِنَّهُ مَنۡ يُشۡرِكۡ بِاللهِ فَقَدۡ حَرَّمَ اللهُ عَلَيۡهِ الۡجَنَّةَ﴾ [المائدة: ٧٢]، وَيَحۡرِمُ مِنَ الۡمَغۡفِرَةِ: ﴿إِنَّ اللهَ لَا يَغۡفِرُ أَنۡ يُشۡرَكَ بِهِ﴾ [النساء: ٤٨].
Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah berkata: “Jika engkau telah mengetahui bahwa syirik apabila mencampuri ibadah akan merusaknya dan menghapus amal ibadah serta pelakunya akan menjadi orang-orang yang kekal di dalam neraka…” maknanya adalah selama engkau telah mengetahui tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah, maka wajib pula atasmu untuk mengetahui apa itu syirik. Karena orang yang tidak mengetahui sesuatu dapat jatuh ke dalamnya. Sehingga engkau harus mengetahui jenis-jenis syirik untuk menjauhinya. Karena sungguh Allah telah memperingatkan dari syirik dan berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa menyekutukan Allah dan Dia mengampuni dosa di bawah itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa`: 48). Maka, inilah syirik dan inilah bahayanya, yaitu bahwa syirik dapat menyebabkan pelakunya diharamkan dari surga. “Sesungguhnya barangsiapa menyekutukan Allah, maka sungguh Allah telah haramkan surga untuknya.” (QS. Al-Maidah: 72). Dan syirik menyebabkan pelakunya diharamkan dari ampunan, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa menyekutukan Allah.” (QS. An-Nisa`: 48).
إِذَنۡ؛ هٰذَا خَطَرٌ عَظِيمٌ، يَجِبُ عَلَيۡكَ أَنۡ تَعۡرِفَهُ قَبۡلَ أَيِّ خَطَرٍ، لِأَنَّ الشِّرۡكَ ضَلَّتۡ فِيهِ أَفۡهَامٌ وَعُقُولٌ؛ لِنَعۡرِفَ مَا هُوَ الشِّرۡكُ مِنَ الۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، اللهُ مَا حَذَّرَ مِنۡ شَيۡءٍ إِلَّا وَيُبَيِّنُهُ، وَمَا أَمَرَ بِشَيۡءٍ إِلَّا وَيُبَيِّنُهُ لِلنَّاسِ، فَهُوَ لَنۡ يُحَرِّمَ الشِّرۡكَ وَيَتۡرُكُهُ مُجۡمَلًا، بَلۡ بَيَّنَهُ فِي الۡقُرۡآنِ الۡعَظِيمِ وَبَيَّنَهُ الرَّسُولُ ﷺ فِي السُّنَّةِ، بَيَانًا شَافِيًا، فَإِذَا أَرَدۡنَا أَنۡ نَعۡرِفَ مَا هُوَ الشِّرۡكُ نَرۡجِعُ إِلَى الۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ حَتَّى نَعۡرِفَ الشِّرۡكَ، وَلَا نَرۡجِعُ إِلَى قَوۡلِ فُلَانٍ. وَهٰذَا سَيَأۡتِي.
Jika demikian keadaannya, maka ini adalah bahaya yang sangat besar. Wajib bagimu untuk mengetahuinya sebelum bahaya apapun, karena pada kesyirikan itu akan sesat pemahaman dan akal-akal. Supaya kita mengetahui apa itu syirik dari Kitab dan Sunnah. Allah tidaklah memperingatkan dari sesuatu pun kecuali telah menjelaskan dan tidak pula memerintahkan dari sesuatu pun kecuali telah menjelaskannya kepada manusia. Dan Dia tidak mengharamkan syirik lalu membiarkannya dengan gambaran yang masih global. Akan tetapi Dia telah menjelaskannya di dalam Al-Qur`an Al-‘Azhim dan Rasul-Nya juga telah menjelaskannya di dalam As-Sunnah dengan penjelasan yang memuaskan. Oleh karena itu, apabila kita ingin untuk mengetahui apa itu syirik, maka kita kembali kepada Kitab dan Sunnah hingga kita mengetahui kesyirikan. Dan janganlah kita kembali kepada ucapan orang. Akan datang penjelasan ini.