الۡأُصُولُ السِّتَّةُ
لِلۡإِمَامِ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ ١١١٥-١٢٠٦ هـ
Enam Pondasi
(Terjemahan Al-Ushulus Sittah)
Karya Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab (1115 – 1206 H)
﷽
قَالَ الشَّيۡخُ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى:
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata:
مِنۡ أَعۡجَبِ الۡعُجَابِ، وَأَكۡبَرِ الۡآيَاتِ الدَّالَّةِ عَلَى قُدۡرَةِ الۡمَلِكِ الۡغَلَّابِ سِتَّةُ أٌصُولٍ بَيَّنَهَا اللهُ تَعَالَى بَيَانًا وَاضِحًا لِلۡعَوَامِّ فَوۡقَ مَا يَظُنُّ الظَّانُّونَ، ثُمَّ بَعۡدَ ذٰلِكَ غَلِطَ فِيهَا كَثِيرٌ مِنَ أَذۡكِيَاءِ الۡعَالَمِ وَعُقَلَاءِ بَنِي آدَمَ إِلَّا أَقَلَّ الۡقَلِيلِ.
Termasuk perkara yang paling menakjubkan dan ayat-ayat yang paling besar yang menunjukkan kekuasaan Allah adalah enam pondasi. Allah ta’ala telah menjelaskannya dengan sangat jelas bagi orang awam, melebihi persangkaan banyak orang. Akan tetapi, banyak yang keliru di dalam masalah ini dari kalangan orang-orang yang cerdas dan berakal kecuali sedikit sekali.
الۡأَصۡلُ الۡأَوَّلُ: إِخۡلَاصُ الدِّينِ لِلهِ تَعَالَى وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.
Pondasi pertama: Mengikhlaskan agama untuk Allah ta’ala semata, tidak ada sekutu bagiNya.
وَبَيَانُ ضِدِّهِ الَّذِي هُوَ الشِّرۡكُ بِاللهِ.
Dan penjelasan lawan darinya yaitu syirik kepada Allah.
وَكَوۡنُ أَكۡثَرُ الۡقُرۡآنِ فِي بَيَانِ هٰذَا الۡأَصۡلِ مِنۡ وُجُوهٍ شَتَّى بِكَلَامٍ يَفۡهَمُهُ أَبۡلَدُ الۡعَامَّةِ.
Dan isi Al-Qur`an paling banyak menjelaskan pondasi ini dari berbagai sisi dengan pembicaraan yang dapat dipahami oleh orang awam yang paling bodoh.
ثُمَّ لَمَّا صَارَ عَلَى أَكۡثَرِ الۡأُمَّةِ مَا صَارَ؛ أَظۡهَرَ لَهُمُ الشَّيۡطَانُ الۡإِخۡلَاصَ فِي صُورَةِ تَنَقُّصِ الصَّالِحِينَ، وَالتَّقۡصِيرِ فِي حُقُوقِهِمۡ.
Kemudian terjadilah pada sebagian besar umat apa yang telah terjadi. Setan telah menampakkan keikhlasan pada mereka dalam bentuk menghinakan orang-orang shalih dan meremehkan hak-hak mereka.
وَأَظۡهَرَ لَهُمُ الشِّرۡكَ بِاللهِ فِي صُورَةِ مَحَبَّةِ الصَّالِحِينَ وَأَتۡبَاعِهِمۡ.
Dan setan menggambarkan kepada mereka syirik kepada Allah dalam bentuk cinta kepada orang-orang shalih dan pengikut-pengikut mereka.
الۡأَصۡلُ الثَّانِي: أَمَرَ اللهُ بِالۡاجۡتِمَاعِ فِي الدِّينِ، وَنَهَى عَنِ التَّفَرُّقِ فِيهِ، فَبَيَّنَ اللهُ هٰذَا بَيَانًا شَافِيًا تَفۡهَمُهُ الۡعَوَامُّ.
Pondasi kedua: Allah memerintahkan untuk bersatu di dalam agama ini dan melarang dari berpecah belah di dalam agama. Allah telah menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang memuaskan yang orang awam dapat memahaminya.
وَنَهَانَا أَنۡ نَكُونَ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخۡتَلَفُوا قَبۡلَنَا فَهَلَكُوا.
Dan Allah telah melarang kita menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sebelum kita, sehingga mereka binasa.
وَذَكَرَ أَنَّهُ أَمَرَ الۡمُسۡلِمِينَ بِالۡاجۡتِمَاعِ فِي الدِّينِ، وَنَهَاهُمۡ عَنِ التَّفَرُّقِ فِيهِ.
Dan Allah menyebutkan bahwa Dia memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu di dalam agama dan melarang mereka dari berpecah belah dalam agama.
وَيَزِيدُهُ وُضُوۡحًا مَا وَرَدَتۡ بِهِ السُّنَّةُ مِنَ الۡعَجَبِ الۡعُجَابِ فِي ذٰلِكَ.
Dan seluruh dalil As-Sunnah tentangnya semakin menambah jelas dari keanehan yang paling aneh dalam perkara itu.
ثُمَّ صَارَ الۡأَمۡرُ إِلَى أَنَّ الۡافۡتِرَاقَ فِي أُصُولِ الدِّينِ وَفُرُوعِهِ هُوَ الۡعِلۡمُ وَالۡفِقۡهُ فِي الدِّينِ.
Kemudian keadaan berubah sehingga perpecahan di dalam pokok-pokok dan cabang-cabang agama dianggap sebagai ilmu dan fiqih dalam agama.
وَصَارَ الۡأَمۡرُ بِالۡاجۡتِمَاعِ لَا يَقُولُهُ إِلَّا زِنۡدِيقٌ أَوۡ مَجۡنُونٌ.
Dan sehingga tidaklah orang yang memerintahkan untuk bersatu kecuali ia dianggap sebagai orang yang zindiq atau gila.
الۡأَصۡلُ الثَّالِثُ: أَنَّ مِنۡ تَمَامِ الۡإِجۡتِمَاعِ السَّمۡعُ وَالطَّاعَةُ لِمَنۡ تَأَمَّرَ عَلَيۡنَا وَلَوۡ كَانَ عَبۡدًا حَبَشِيًّا.
Pondasi ketiga: Sesungguhnya termasuk kesempurnaan persatuan adalah mendengar dan taat kepada orang yang memimpin kita, walaupun ia adalah budak Habasyah (Ethiopia).
فَبَيَّنَ النَّبِيُّ ﷺ هٰذَا بَيَانًا شَائِعًا ذَائِعًا بِكُلِّ وَجۡهٍ مِنۡ أَنۡوَاعِ الۡبَيَانِ شَرۡعًا وَقَدَرًا.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perkara ini dengan penjelasan yang luas dan detail dari segala sisi berbagai penjelasan baik secara syar’i maupun qadari.
(ثُمَّ صَارَ هٰذَا الۡأَصۡلُ لَا يُعۡرَفُ عِنۡدَ أَكۡثَرَ مَنۡ يَدَّعِي الۡعِلۡمَ فَكَيۡفَ الۡعَمَلُ بِهِ).
Kemudian pondasi ini tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku punya ilmu, lalu bagaimana bisa mengamalkannya.
الۡأَصۡلُ الرَّابِعُ: بَيَانُ الۡعِلۡمِ وَالۡعُلَمَاءِ، وَالۡفِقۡهِ وَالۡفُقَهَاءِ.
Pondasi keempat: Penjelasan ilmu dan ulama, penjelasan fiqih dan ahli fiqih.
وَبَيَانُ مَنۡ تَشَبَّهَ بِهِمۡ وَلَيۡسَ مِنۡهُمۡ.
Dan penjelasan orang-orang yang menyerupai mereka padahal bukan termasuk mereka.
وَقَدۡ بَيَّنَ اللهُ تَعَالَى هٰذَا الۡأَصۡلَ فِي أَوَّلِ سُورَةِ الۡبَقَرَةِ مِنۡ قَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿يَـٰبَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُوا۟ نِعۡمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ﴾ [البقرة: ٤٠]. إِلَى قَوۡلِهِ قَبۡلَ ذِكۡرِ إِبۡرَاهِيمَ عَلَيۡهِ السَّلَامُ: ﴿يَـٰبَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ﴾ [البقرة: ١٢٢].
Dan sungguh Allah ta’ala telah menjelaskan pondasi ini di awal surah Al-Baqarah, dari firmanNya yang artinya: “Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepada kalian…” (QS. Al-Baqarah: 40) sampai firmanNya sebelum penyebutan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang artinya: “Hai Bani Israil…” (QS. Al-Baqarah: 122).
وَيَزِيدُهُ وُضُوحًا مَا صَرَّحَتۡ بِهِ السُّنَّةُ فِي هٰذَا مِنَ الۡكَلَامِ الۡكَثِيرِ الۡبَيِّنِ الۡوَاضِحِ لِلۡعَامِي الۡبَلِيدِ.
Yang lebih memperjelas adalah apa-apa yang telah As-Sunnah terangkan berupa ucapan-ucapan yang banyak yang jelas lagi terang bagi orang awam yang bodoh sekalipun.
ثُمَّ صَارَ هٰذَا أَغۡرَبُ الۡأَشۡيَاءِ، وَصَارَ الۡعِلۡمُ وَالۡفِقۡهُ هُوَ الۡبِدَعُ وَالضَّلَالَاتُ.
Akan tetapi, kemudian pondasi ini menjadi hal yang paling asing, sehingga ilmu dan fikih dianggap sebagai bid’ah dan kesesatan.
وَخِيَارُ مَا عِنۡدَهُمۡ لَبۡسُ الۡحَقِّ بِالۡبَاطِلِ، وَصَارَ الۡعِلۡمُ الَّذِي فَرَضَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى الۡخَلۡقِ وَمَدَحَهُ لَا يَتَفَوَّهُ بِهِ إِلَّا زِنۡدِيقٌ أَوۡ مَجۡنُونٌ.
Dan hal yang mereka anggap baik adalah bercampurnya kebenaran dengan kebatilan. Sehingga ilmu yang Allah ta’ala wajibkan kepada makhluk dan Allah puji, tidaklah yang membicarakan kecuali dikatakan zindiq atau gila.
وَصَارَ مَنۡ أَنۡكَرَهُ وَعَادَاهُ وَصَنَّفَ فِي التَّحۡذِيرِ مِنۡهُ وَالنَّهۡيِ عَنۡهُ هُوَ الۡفَقِيهُ الۡعَالِمُ.
Dan orang yang mengingkari ilmu, memusuhinya, membuat tulisan untuk memperingatkan darinya, dan melarang darinya dianggap sebagai orang yang fakih dan berilmu.
الۡأَصۡلُ الۡخَامِسُ: بَيَانُ اللهِ سُبۡحَانَهُ لِأَوۡلِيَاءِ اللهِ، وَتَفۡرِيقُهُ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ الۡمُتَشَبِّهِينَ بِهِمۡ مِنۡ أَعۡدَاءِ اللهِ وَالۡمُنَافِقِينَ وَالۡفُجَّارِ.
Pondasi kelima: Penjelasan Allah subhanahu wa ta’ala tentang wali-wali Allah dan pembedaan Allah antara mereka dengan orang-orang yang menyerupai mereka dari kalangan musuh-musuh Allah, orang-orang munafik, dan orang-orang fajir.
وَيَكۡفِي فِي هٰذَا آيَةٌ مِنۡ سُورَةِ آلِ عِمۡرَانَ (٣١) هِيَ قَوۡلُهُ: ﴿قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ اللهُ﴾.
Dan mencukupi dalam masalah ini, satu ayat dari surah Ali ‘Imran ayat 31, yaitu firman Allah yang artinya, “Katakanlah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.”
وَآيَةٌ فِي الۡمَائِدَةِ (٥٤)، وَهِيَ قَوۡلُهُ: ﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِى ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِينَ يُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٍ﴾.
Dan satu ayat dalam surah Al-Maidah ayat 54, yaitu firman Allah yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan kaum lain yang Allah cinta kepada mereka dan mereka mencintai Allah. Mereka bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut celaan para pencela.”
وَآيَةٌ فِي يُونُسَ (٦٢-٦٣) وَهِيَ قَوۡلُهُ: ﴿أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ اللهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٦٢ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ٦٣﴾.
Dan suatu ayat di dalam surah Yunus ayat 62-63, yaitu firman Allah yang artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”
ثُمَّ صَارَ الۡأَمۡرُ عِنۡدَ أَكۡثَرَ مَنۡ يَدَّعِي الۡعِلۡمَ، وَأَنَّهُ مِنۡ هُدَاةِ الۡخَلۡقِ وَحُفَّاظِ الشَّرۡعِ إِلَى أَنَّ الۡأَوۡلِيَاءَ لَا بُدَّ فِيهِمۡ مِنۡ تَرۡكِ اتِّبَاعِ الرُّسُلِ، وَمَنۡ تَبِعَهُمۡ فَلَيۡسَ مِنۡهُمۡ.
Kemudian, perkara ini berubah menurut sebagian besar orang yang mengaku berilmu dan mengaku termasuk orang yang memberi petunjuk manusia dan menjaga syariat. Yaitu bahwa wali-wali Allah itu harus meninggalkan dari meneladani para rasul dan siapa saja yang mengikuti para rasul berarti tidak termasuk wali Allah.
الۡأَصۡلُ السَّادِسُ: رَدُّ الشُّبۡهَةِ الَّتِي وَضَعَهَا الشَّيۡطَانُ فِي تَرۡكِ الۡقُرۡآنِ وَالسُّنَّةِ وَاتِّبَاعِ الۡآرَاءِ وَالۡأَهۡوَاءِ الۡمُتَفَرِّقَةِ الۡمُخۡتَلِفَةِ، وَهِيَ أّنَّ الۡقُرۡآنَ وَالسُّنَّةَ لَا يَعۡرِفُهُمَا إِلَّا الۡمُجۡتَهِدُ الۡمُطۡلَقُ.
Pondasi keenam: membantah syubhat yang telah setan letakkan supaya orang-orang meninggalkan Al-Qur`an dan As-Sunnah dan supaya orang-orang mengikuti pendapat-pendapat dan hawa nafsu yang berbeda-beda dan bermacam-macam. Syubhat itu adalah bahwa Al-Qur`an dan As-Sunnah tidak diketahui kecuali oleh mujtahid mutlak.
وَالۡمُجۡتَهِدُ هُوَ الۡمَوۡصُوفُ بِكَذَا وَكَذَا أَوۡصَافًا لَعَلَّهَا لَا تُوجَدُ تَامَّةً فِي أَبِي بَكۡرٍ وَعُمَرَ.
Dan mujtahid itu disifati dengan begini dan begini, yaitu dengan sifat-sifat yang bisa jadi tidak dijumpai secara sempurna pada Abu Bakr dan ‘Umar sekalipun.
فَإِنۡ لَمۡ يَكُنِ الۡإِنۡسَانُ كَذَلِكَ فَلۡيُعۡرِضۡ عَنۡهُمَا فَرۡضًا حَتۡمًا لَا شَكَّ وَلَا إِشۡكَالَ فِيهِ، وَمَنۡ طَلَبَ الۡهُدَى مِنۡهُمَا فَهُوَ: إِمَّا زِنۡدِيقٌ، وَإِمَّا مَجۡنُونٌ؛ لِأَجۡلِ صُعُوبَةِ فَهۡمِهِمَا، فَسُبۡحَانَ اللهِ وَبِحَمۡدِهِ، كَمۡ بَيَّنَ اللهُ سُبۡحَانَهُ شَرۡعًا وَقَدَرًا، خَلۡقًا وَأَمۡرًا فِي رَدِّ هَٰذِهِ الشُّبۡهَةِ الۡمَلۡعُونَةِ مِنۡ وُجُوهٍ شَتَّى بَلَغَتۡ إِلَى حَدِّ الضَّرُورِيَّاتِ الۡعَامَّةِ، ﴿وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ﴾ [الأعراف: ١٨٧]. ﴿لَقَدۡ حَقَّ الۡقَوۡلُ عَلَىٰٓ أَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٧ إِنَّا جَعَلۡنَا فِيٓ أَعۡنَٰقِهِمۡ أَغۡلَٰلًا فَهِيَ إِلَى الۡأَذۡقَانِ فَهُمۡ مُقۡمَحُونَ ٨ وَجَعَلۡنَا مِنۡ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدًّا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ ٩ وَسَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ١٠ إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكۡرَ وَخَشِيَ الرَّحۡمَٰنَ بِالۡغَيۡبِ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ وَأَجۡرٍ كَرِيمٍ﴾ [يس: ٧-١١].
Sehingga, jika seseorang tidak bersifat demikian, maka wajib dan harus baginya untuk berpaling dari keduanya. Tidak perlu ragu dan bimbang. Dan siapa saja yang mencari petunjuk dari Al-Qur`an dan As-Sunnah akan dikatakan sebagai zindiq atau gila dengan alasan sulit untuk memahami keduanya. Namun, Maha Suci Allah dan dengan memujiNya, betapa banyak Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan secara syar’i dan kenyataan yang terjadi, berupa penciptaan dan perintah dalam membantah syubhat yang terlaknat ini dari bermacam-macam sisi sampai pada batas yang dapat dimengerti oleh keumuman manusia. “Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 187). “Sungguh telah tetap keputusan atas kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan telah Kami jadikan dinding di depan mereka dan dinding di belakang mereka, lalu Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Dan sama saja bagi mereka apakah engkau memperingatkan mereka ataukah engkau tidak memperingatkan mereka, mereka tidak akan beriman. Engkau hanyalah memperingatkan orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Yang Maha Penyayang walaupun dia tidak melihatNya. Maka berilah kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yaasiin: 7-11).
آخِرُهُ وَالۡحَمۡدُ لِلهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحۡبِهِ وَسَلَّمَ تَسۡلِيمًا كَثِيرًا إِلَى يَوۡمِ الدِّينِ.
Akhir kata, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Semoga shalawat dan salam yang banyak Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan shahabat beliau hingga hari pembalasan.