الۡحَدِيثُ التَّاسِعُ وَالسِّتُّونَ
٦٩ – عَنِ النُّعۡمَانِ بۡنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمۡ أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِكُمۡ)[1]. متفق عليه.
وَلِمُسۡلِمٍ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُسَوِّي صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا الۡقِدَاحَ. حَتَّى رَأَى أَنۡ قَدۡ عَقَلۡنَا عَنۡهُ، ثُمَّ خَرَجَ يَوۡمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ أَنۡ يُكَبِّرَ، فَرَأَى رَجُلًا بَادِيًا صَدۡرُهُ، فَقَالَ: (عِبَادَ اللهِ، لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمۡ، أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِكُمۡ)[2].
69. Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh-sungguhlah meluruskan dan merapatkan saf-saf kalian atau kalau tidak Allah benar-benar akan membuat wajah-wajah kalian berselisih.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dan riwayat Imam Muslim: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa meluruskan saf-saf kami sampai seperti meluruskan anak panah. Sehingga beliau yakin bahwa kami telah memahami pentingnya hal itu. Kemudian suatu hari, beliau keluar mengimami shalat. Ketika beliau hampir bertakbir, beliau melihat seseorang yang terlihat dadanya menjorok. Lalu beliau pun bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah, benar-benarlah kalian meluruskan saf-saf kalian atau kalau tidak Allah benar-benar akan membuat wajah-wajah kalian berselisih.”
غَرِيبُ الۡحَدِيثِ:
١ – عَقَلۡنَا بِفَتۡحِ الۡقَافِ، أَيۡ فَهِمۡنَا مَا أَمَرَنَا بِهِ مِنَ التَّسۡوِيَةِ وَمَنۡ جَعَلَهُ بِالۡعَيۡنِ ثُمَّ أَتَى بِالۡفَاءِ، وَقَرَأَ عَفَلۡنَا فَإِنَّهُ صَحَّفَ.
٢ – لَتُسَوُّنَّ: بِضَمِّ التَّءِ الۡمُثَنَّاةِ الۡفَوۡقِيَّةِ وَفَتۡحِ السِّينِ الۡمُهۡمَلَةِ، وَضَمِّ الۡوَاوِ الۡمُثَقَّلَةِ وَتَشۡدِيدِ النُّونِ، وَهِيَ نُونُ التَّوۡكِيدِ الثَّقِيلَةِ، وَفِي أَوَّلِهِ لَامُ الۡقَسَمِ.
٣ – أَوۡ لِلتَّقۡسِيمِ: أَيۡ أَنَّ أَحَدَ الۡأَمۡرَيۡنِ لَازِمٌ، فَلَا يَخۡلُو الۡحَالُ مِنۡ أَحَدِهِمَا.
٤ – حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا الۡقِدَاحَ –(الۡقِدَاحُ) سِهَامُ الۡخَشَبِ حِينَ تُنۡحَتُ وَتُبۡرَى، وَيُبَالِغُ فِي تَسۡوِيَتِهَا وَتَعۡدِيلِهَا.
يَعۡنِي أَنَّهُمۡ يَكُونُونَ فِي اعۡتِدَالِهِمۡ وَاسۡتِوَائِهِمۡ عَلَى نَسَقٍ وَاحِدٍ.
Kosakata asing dalam hadits:
- عَقَلۡنَا dengan memfathah huruf qaf artinya kami telah memahami apa yang beliau perintahkan berupa meluruskan saf. Dan siapa saja yang membacanya dengan ‘ain kemudian fa` sehingga menjadi عَفَلۡنَا, maka ia telah salah baca.
- لَتُسَوُّنَّ dengan mendhammah huruf ta` (dengan titik dua di atas), memfathah huruf sin (tanpa titik), mendhammah huruf wawu yang ditasydid, dan mentasydid huruf nun yang merupakan nun taukid tsaqilah. Dan di awalnya adalah huruf lam qasam.
- أَوۡ adalah untuk taqsim, yaitu: bahwa salah satu dari dua perkara pasti terjadi. Jadi, keadaannya tidak bisa lepas dari salah satu di antara dua perkara.
- حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا الۡقِدَاحَ. Qidah adalah anak panah kayu yang diraut dan diruncingkan sampai benar-benar lurus. Yakni, sampai para makmum itu safnya lurus pada satu barisan.
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي:
فِي هَٰذَا وَعِيدٌ شَدِيدٌ لِمَنۡ لَا يُقِيمُونَ صُفُوفَهُمۡ فِي الصَّلَاةِ.
فَقَدۡ أَكَّدَ ﷺ أَنَّهُ إِنۡ لَمۡ تَعۡدِلِ الصُّفُوفُ وَتُسَوِّي، فَلَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِ الَّذِينَ اعۡوَجَتۡ صُفُوفُهُمۡ فَلَمۡ يَعۡدِلُوهَا.
وَذٰلِكَ بِأَنَّهُ حِينَمَا يَتَقَدَّمُ بَعۡضُهُمۡ عَلَى بَعۡضٍ فِي الصَّفِّ، فَيَفۡتِنُ الۡمُتَقَدِّمُ وَيُصِيبُهُ الۡكِبۡرُ وَالزَّهۡوُ، ثُمَّ يُقَابِلُهُ الۡمُتَأَخِّرُ، عَلَى كِبۡرِهِ بِالۡعَدَاوَةِ وَالۡبَغۡضَاءِ، فَتَخۡتَلِفُ الۡقُلُوبُ، وَيَتۡبَعُهَا اخۡتِلَافُ الۡوُجُوهِ، مِنۡ شِدَّةِ الۡعَدَاوَةِ، وَبِهَٰذَا تَحۡصُلُ الۡقَطِيعَةُ وَالتَّفۡرِقَةُ، وَيَفُوتُ الۡمَقۡصَدُ الۡمَطۡلُوبُ مِنَ الۡجَمَاعَةِ، وَهُوَ الۡمَحَبَّةُ وَالتَّوَاصُلُ. وَذٰلِكَ لِأَنَّ (الۡجَزَاءَ مِنۡ جِنۡسِ الۡعَمَلِ).
وَقَدۡ كَانَ ﷺ يُعَلِّمُ أَصۡحَابَهُ بِالۡقَوۡلِ وَيُهَذِّبُهُمۡ بِالۡفِعۡلِ، فَظَلَّ يَقُومُهُمۡ بِيَدِهِ.
حَتَّى ظَنَّ ﷺ أَنَّهُمۡ قَدۡ عَرَفُوا وَفَهِمُوا، إِذَا بِوَاحِدٍ قَدۡ بَدَا صَدۡرُهُ فِي الصَّفِّ مِنۡ بَيۡنِ أَصۡحَابِهِ، فَغَضِبَ ﷺ وَقَالَ: (لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمۡ أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِكُمۡ).
Makna secara umum:
Dalam hadits ini ada ancaman yang sangat keras bagi siapa saja yang tidak meluruskan saf mereka ketika shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan bahwa jika saf-saf itu tidak lurus dan rapat, niscaya Allah akan membuat wajah-wajah orang-orang yang bengkok saf-saf dan tidak meluruskannya itu berselisih. Hal itu terjadi ketika sebagian mereka lebih maju daripada sebagian yang lainnya dalam satu barisan, maka orang yang lebih maju akan terfitnah dengan ditimpa rasa sombong dan angkuh. Lalu orang yang lebih di belakang akan menanggapi kesombongan itu dengan rasa permusuhan dan kebencian. Sehingga hati-hati menjadi berselisih lalu diikuti dengan perselisihan wajah-wajah akibat kerasnya permusuhan. Dan inilah yang menyebabkan pemutusan hubungan dan perpecahan. Dan hilanglah tujuan yang dimaukan dari shalat jama’ah yaitu rasa cinta dan jalinan hubungan. Hal tersebut karena balasan itu sesuai dengan jenis amalan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengajari sahabat beliau dengan ucapan dan mendidik mereka dengan perbuatan. Maka, beliau meluruskan mereka dengan tangan beliau sendiri. Sampai ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meyakini bahwa para sahabat telah mengerti dan memahami, ternyata suatu ketika di suatu saf, ada seseorang yang dadanya terlihat menjorok ke depan di antara sahabat-sahabatnya. Marahlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersabda, “Benar-benarlah kalian meluruskan saf-saf kalian atau kalau tidak Allah benar-benar membuat wajah-wajah kalian berselisih.”
الۡأَحۡكَامُ الۡمَأۡخُوذَةُ:
١ – ظَاهِرُ الۡحَدِيثِ وُجُوبُ تَعۡدِيلِ الصُّفُوفِ، وَتَحۡرِيمُ تَعۡوِيجِهَا، لِلۡوَعِيدِ الشَّدِيدِ.
وَلٰكِنۡ يُوجَدُ فِي بَعۡضِ الۡأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ مَا يُخَفِّفُ مِنۡ حَدَّةِ هَٰذَا التَّأۡكِيدِ، فَيُصَرِّفُ إِلَى اسۡتِحۡبَابِ تَعۡدِيلِهَا، وَالۡكَرَاهَةِ الشَّدِيدَةِ لِاعۡوِجَاجِهَا، وَذٰلِكَ مَأۡخُوذٌ مِنَ الۡحَدِيثِ السَّابِقِ وَهُوَ (إِنَّ تَسۡوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنۡ تَمَامِ الصَّلَاةِ).
٢ – شِدَّةُ اهۡتِمَامِهِ ﷺ بِإِقَامَةِ الصُّفُوفِ، فَقَدۡ كَانَ يَتَوَلَّى تَعۡدِيلَهَا بِيَدِهِ الۡكَرِيمَةِ وَهَٰذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ تَسۡوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنۡ وَظِيفَةِ الۡإِمَامِ.
٣ – أَنَّ الۡجَزَاءَ مِنۡ جِنۡسِ الۡعَمَلِ، فَقَدۡ تُوُعِّدَ بِمُخَالَفَةِ وُجُوهِهِمۡ مُقَابِلُ مُخَالَفَةِ صُفُوفِهِمۡ.
٤ – غَضَبُ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى اخۡتِلَافِ الصَّفِّ، فَيَقۡتَضِي الۡحَذَرُ مِنۡ ذٰلِكَ.
٥ – فِيهِ جَوَازُ كَلَامِ الۡإِمَامِ فِيمَا بَيۡنَ الۡإِقَامَةِ وَالصَّلَاةِ لِمَا يَعۡرِضُ مِنَ الۡحَاجَةِ.
Hukum-hukum yang dapat diambil dari hadits ini:
- Zhahir hadits ini menunjukkan wajibnya meluruskan saf-saf dan haramnya bengkoknya saf karena ancaman yang keras. Akan tetapi didapati pada sebagian hadits-hadits sahih yang memperingan dari batasan penekanan ini, sehingga memalingkan kepada mustahabnya meluruskan saf dan sangat makruh bengkoknya saf. Hal itu disimpulkan dari hadits sebelum ini yaitu, “Sesungguhnya meluruskan saf-saf termasuk kesempurnaan shalat.”
- Sangat perhatiannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meluruskan dan merapatkan saf-saf. Dan dahulu beliau meluruskan saf, beliau lakukan dengan tangan beliau sendiri yang mulia. Ini menunjukkan bahwa meluruskan saf termasuk dari tugas seorang imam shalat.
- Bahwa balasan sesuai dengan jenis amalan. Sungguh telah diancam dengan akan dijadikan wajah-wajah itu berselisih akibat dari saf-saf yang berselisih.
- Kemarahan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena berselisihnya saf, sehingga perlu berhati-hati dari hal itu.
- Bolehnya imam berbicara antara ikamah dengan shalat apabila ada keperluan yang muncul.
[1] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٧١٧) فِي الۡأَذَانِ، وَمُسۡلِمٌ (٤٣٦) فِي الصَّلَاةِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا أَبُو دَاوُدَ (٦٦٣) فِي الصَّلَاةِ، وَالتِّرۡمِذِيُّ (٢٢٧) فِي الصَّلَاةِ، وَابۡنُ مَاجَهۡ (٩٩٤) فِي إِقَامَةِ الصَّلَاةِ، وَالنَّسَائِيُّ (٢/٨٩) فِي الصَّلَاةِ.
[2] رَوَاهُ مُسۡلِمٌ (٤٣٦)(١٢٨) فِي الصَّلَاةِ.