Cari Blog Ini

At-Tuhfatul Wushabiyyah - Jenis-jenis Badal

أَنۡوَاعُ الۡبَدَلِ

قَالَ: وَهُوَ عَلَى أَرۡبَعَةِ أَقۡسَامٍ: بَدَلُ الشَّيۡءِ مِنَ الشَّيۡءِ، وَبَدَلُ الۡبَعۡضِ مِنَ الۡكُلِّ، وَبَدَلُ الۡاشۡتِمَالِ، وَبَدَلُ الۡغَلَطِ، نَحۡوُ قَوۡلِكَ: (قَامَ زَيۡدٌ أَخُوكَ، وَأَكَلۡتُ الرَّغِيفَ ثُلُثَهُ، وَنَفَعَنِي زَيۡدٌ عِلۡمُهُ، وَرَأَيۡتُ زَيۡدًا الۡفَرَسَ)، أَرَدۡتَ أَنۡ تَقُولَ الۡفَرَسَ فَغَلِطۡتَ فَأَبۡدَلۡتَ زَيۡدًا مِنۡهُ.
Badal terbagi menjadi empat bagian:
  1. Badal asy-syai` minasy syai`,
  2. Badal ba’dh minal kull,
  3. Badal isytimal, dan
  4. Badal ghalath.
Contohnya adalah ucapanmu: قَامَ زَيۡدٌ أَخُوكَ (Zaid saudaramu telah berdiri), أَكَلۡتُ الرَّغِيفَ ثُلُثَهُ (Aku telah makan roti itu sepertiganya), نَفَعَنِي زَيۡدٌ عِلۡمُهُ (Zaid ilmunya telah memberiku manfaat), dan رَأَيۡتُ زَيۡدًا الۡفَرَسَ (Aku telah melihat Zaid eh kuda), engkau ingin mengatakan kuda tapi keliru lalu engkau ganti Zaid dengannya. 
أَقُولُ: يَنۡقَسِمُ الۡبَدَلُ إِلَى أَرۡبَعَةِ أَقۡسَامٍ:
Badal terbagi menjadi empat bagian:
الۡأَوَّلُ: بَدَلُ الشَّيۡءِ مِنَ الشَّيۡءِ وَيُقَالُ لَهُ: بَدَلُ الۡكُلِّ مِنَ الۡكُلِّ، وَالۡبَدَلُ الۡمُطَابِقُ، وَضَابِطُهُ: أَنۡ يَكُونَ الۡبَدَلُ عَيۡنَ الۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ نَحۡوُ: (قَامَ زَيۡدٌ أَخُوكَ) فَـ(أَخُوكَ) بَدَلٌ مِنۡ (زَيۡدٌ) بَدَلُ كُلٍّ مِنۡ كُلٍّ؛ لِأَنَّ الۡمُرَادَ بِالۡبَدَلِ وَهُوَ (أَخُوكَ) نَفۡسُ الۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ وَهُوَ (زَيۡدٌ) وَمِثَالُهُ مِنَ التَّنۡزِيلِ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ۝٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ﴾ [الفاتحة: ٦-٧] فَـ(صِرَاطَ الَّذِينَ) بَدَلٌ مِنۡ (الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِيمَ) بَدَلُ كُلٍّ مِنۡ كُلٍّ؛ لِأَنَّ الۡمُرَادَ بِـ(صِرَاطَ الَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ) نَفۡسُ (الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِيمَ).
1. Badal asy-syai` minasy-syai`, disebut pula: badal kull min kull dan badal yang sepadan. Ketentuannya: Badal merupakan zat yang dibadali, contoh: قَامَ زَيۡدٌ أَخُوكَ (Zaid saudaramu telah berdiri). أَخُوكَ adalah badal dari زَيۡدٌ badal kull min kull karena yang dimaksud dengan badal yaitu أَخُوكَ adalah yang dibadali itu sendiri yaitu زَيۡدٌ. Contohnya dari Al-Qur`an adalah firman Allah ta’ala: ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka) (QS. Al-Fatihah: 6-7).
الثَّانِي: بَدَلُ الۡبَعۡضِ مِنَ الۡكُلِّ، وَضَابِطُهُ: أَنۡ يَكُونَ الۡبَدَلُ جُزۡءًا مِنَ الۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ، سَوَاءٌ كَانَ ذٰلِكَ الۡجُزۡءُ قَلِيلًا بِالنِّسۡبَةِ إِلَى الۡبَاقِي مِنَ الۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ أَوۡ مُسَاوِيًا لَهُ أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡهُ نَحۡوُ: (أَكَلۡتُ الرَّغِيفَ ثُلُثَهُ أَوۡ نِصۡفَهُ أَوۡ ثُلُثَيۡهِ) فَـ(ثُلُثَهُ) بَدَلٌ مِنۡ (الرَّغِيفَ) بَدَلُ بَعۡضٍ مِنَ كُلٍّ؛ لِأَنَّ الثُّلُثَ الۡمَأۡكُولَ مِنَ الرَّغِيفِ جُزۡءٌ مِنۡ هَٰذَا الرَّغِيفِ، وَمَثِّلۡهُ (نِصۡفَهُ وَثُلُثَيۡهِ).
وَالثُّلُثُ الۡمَأۡكُولُ مِنَ الرَّغِيفِ أَقَلُّ مِنَ الۡبَاقِي وَهُوَ الثُّلُثَانِ، وَالنِّصۡفُ مُسَاوٍ لِلنِّصۡفِ الۡبَاقِي، وَالثُّلُثَانِ أَكۡثَرُ مِنَ الثُّلُثِ الۡبَاقِي.
وَمِثَالُهُ مِنَ الۡكِتَابِ الۡمُبِينِ قَوۡلُ الۡحَقِّ جَلَّ وَعَلَا: ﴿قُمِ الَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلًا ۝٢ نِّصۡفَهُ﴾ [المزمل: ٢-٣] فَـ(نِصۡفَهُ) بَدَلٌ مِنۡ (اللَّيۡلَ) بَدَلُ بَعۡضٍ مِنۡ كُلٍّ؛ لِأَنَّ نِصۡفَ اللَّيۡلِ جُزۡءٌ مِنَ اللَّيۡلِ.
2. Badal ba’dh min kull. Ketentuannya bahwa badal merupakan bagian dari yang dibadali, sama saja apakah bagian tersebut lebih sedikit dibandingkan sisa dari yang dibadali, sama, atau lebih banyak. Contoh: أَكَلۡتُ الرَّغِيفَ ثُلُثَهُ أَوۡ نِصۡفَهُ أَوۡ ثُلُثَيۡهِ (Aku telah makan roti itu, sepertiganya, setengahnya atau dua pertiganya. Jadi ثُلُثَهُ adalah badal dari الرَّغِيفَ badal ba’dh min kull karena sepertiga roti yang dimakan adalah bagian dari roti tersebut. Dan permisalkanlah نِصۡفَهُ dan ثُلُثَيۡهِ padanya. Dan sepertiga roti yang dimakan itu adalah lebih sedikit daripada sisanya yaitu dua pertiga. Dan setengah adalah sama dengan setengah sisanya. Dan dua pertiga adalah lebih banyak daripada sepertiga sisanya. Contohnya dari Al-Qur`an adalah firman Allah jalla wa ‘ala: قُمِ الَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلًا نِّصۡفَهُ (bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya) (QS. Al-Muzzammil: 2-3). نِصۡفَهُ adalah badal dari اللَّيۡلَ badal ba’dh min kull karena separuh malam adalah bagian dari malam tersebut.
الثَّالِثُ: بَدَلُ الۡاشۡتِمَالِ، وَضَابِطُهُ أَنۡ يَكُونَ بَيۡنَ الۡبَدَلِ وَالۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ ارۡتِبَاطٌ بِغَيۡرِ الۡكُلِّيَّةِ وَلَا الۡجُزۡئِيَّةِ.
وَالۡمُرَادُ بِقَوۡلِهِمۡ: (بِغَيۡرِ الۡكُلِّيَّةِ وَلَا الۡجُزۡئِيَّةِ) أَنَّ الۡبَدَلَ لَيۡسَ كُلًّا لِلۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ –كَمَا فِي الۡقِسۡمِ الۡأَوَّلِ- وَلَا بَعۡضًا مِنۡهُ –كَمَا فِي الۡقِسۡمِ الثَّانِي- نَحۡوُ: (أَعۡجَبَنِي زَيۡدٌ عِلۡمُهُ) فَـ(عِلۡمُهُ) بَدَلٌ مِنۡ (زَيۡدٌ) بَدَلُ اشۡتِمَالٍ؛ لِأَنَّ الۡعِلۡمَ لَيۡسَ عَيۡنُ (زَيۡدٍ) وَلَا بَعۡضًا مِنۡهُ، وَإِنَّمَا بَيۡنَهُمَا تَعَلُّقٌ وَارۡتِبَاطٌ مَعۡنَوِيٌّ وَهُوَ أَنَّ (زَيۡدًا) يَشۡتَمِلُ عَلَى الۡعِلۡمِ وَغَيۡرِهِ كَالۡكَرَمِ وَالۡحُسۡنِ وَنَحۡوِهِمَا اشۡتِمَالًا مَعۡنَوِيًّا.
وَمِثَالُهُ مِنَ التَّنۡزِيلِ قَوۡلُهُ جَلَّ فِي عُلَاهُ: ﴿قُتِلَ أَصۡحَٰبُ الۡأُخۡدُودِ ۝٤ النَّارِ﴾ [البروج: ٤-٥] فَـ(النَّارِ) بَدَلٌ مِنۡ (الۡأُخۡدُودِ) بَدَلُ اشۡتِمَالٍ؛ لِأَنَّ النَّارَ لَيۡسَتۡ نَفۡسَ الۡأُخۡدُودِ وَلَا بَعۡضًا مِنۡهُ، وَإِنَّمَا بَيۡنَهُمَا تَعَلُّقٌ وَارۡتِبَاطٌ، وَهُوَ: أَنَّ الۡأُخۡدُودَ اشۡتَمَلَ عَلَى النَّارِ لِوُقُوعِهَا فِيهِ.
3. Badal isytimal. Ketentuannya adalah antara badal dan yang dibadali ada keterikatan tanpa keseluruhan, tidak pula parsial. Yang dimaksud “tanpa keseluruhan dan tanpa parsial” adalah bahwa badal bukan keseluruhan dari yang dibadali sebagaimana di bagian pertama, tidak pula bagian dari yang dibadali sebagaimana di bagian kedua. Contoh: أَعۡجَبَنِي زَيۡدٌ عِلۡمُهُ (Zaid ilmunya telah membuatku kagum). Jadi عِلۡمُهُ adalah badal dari زَيۡدٌ badal isytimal, karena ilmu bukanlah diri Zaid, bukan pula bagian dari Zaid. Namun, antara keduanya hanyalah ada keterkaitan dan keterikatan maknawi yaitu bahwa Zaid memiliki ilmu dan selainnya, seperti kedermawanan, kebaikan, dll, yaitu kandungan secara maknawi. Contoh dari Al-Qur`an adalah firman Allah jalla fi ‘ulah: قُتِلَ أَصۡحَٰبُ الۡأُخۡدُودِ النَّارِ (Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi) (QS. Al-Buruj: 4-5). Jadi النَّارِ adalah badal dari الۡأُخۡدُودِ badal isytimal, karena api itu bukanlah parit-parit, bukan pula bagian darinya. Hanya saja antara keduanya ada keterkaitan dan keterikatan, yaitu: bahwa parit-parit itu mengandung api karena ada api di dalam parit itu. 
الرَّابِعُ: بَدَلُ الۡغَلَطِ: وَضَابِطُهُ: أَلَّا يَكُونَ بَيۡنَ الۡبَدَلِ وَالۡمُبۡدَلِ مِنۡهُ ارۡتِبَاطٌ أَصۡلًا، أَيۡ: لَا بِكُلِّيَّةٍ وَلَا جُزۡئِيَّةٍ وَلَا اشۡتِمَالٍ نَحۡوُ: (رَأَيۡتُ زَيۡدًا الۡفَرَسَ) فَـ(الۡفَرَسَ) بَدَلٌ مِنَ (زَيۡدًا) بَدَلُ غَلَطٍ؛ لِأَنَّهُ لَيۡسَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ (زَيۡدٍ) ارۡتِبَاطٌ أَصۡلًا، وَإِنَّمَا أَرَدۡتَ أَنۡ تَقُولَ ابۡتِدَاءً: (رَأَيۡتُ الۡفَرَسَ) فَغَلِطۡتَ فَقُلۡتَ: (رَأَيۡتُ زَيۡدًا)، فَرَفَعۡتَ هَٰذَا الۡغَلَطَ بِقَوۡلِكَ: (رَأَيۡتُ زَيۡدًا الۡفَرَسَ).
وَتَسۡمِيَةُ النَّحۡوِيِّينَ لِهَٰذَا الۡقِسۡمِ بِـ(بَدَلِ الۡغَلَطِ) مَعۡنَاهُ: أَنَّهُ بَدَلٌ عَنۡ لَفۡظٍ وَقَعَ غَلَطًا –كَمَا رَأَيۡتَ- وَلَيۡسَ مَعۡنَاهُ أَنَّ الۡبَدَلَ نَفۡسَهُ غَلَطٌ كَمَا قَدۡ يَتَوَهَّمُ مِنۡ ظَاهِرِ اللَّفۡظِ.
4. Badal ghalath, ketentuannya: asalnya tidak ada keterikatan antara badal dengan yang dibadali, tidak dari sisi keseluruhan, parsial, tidak pula kandungannya. Contoh: رَأَيۡتُ زَيۡدًا الۡفَرَسَ (Aku telah melihat Zaid eh kuda). Jadi الۡفَرَسَ adalah badal dari زَيۡدًا badal ghalath, karena asalnya tidak ada keterkaitan antara kuda dengan Zaid, hanya saja engkau awalnya ingin mengatakan: رَأيۡتُ الۡفَرَسَ (Aku telah melihat kuda itu) namun keliru sehingga malah mengatakan: رَأَيۡتُ زَيۡدًا. Kemudian engkau mengoreksi kekeliruan ini dengan mengatakan: رَأَيۡتُ زَيۡدًا الۡفَرَسَ (Aku telah melihat Zaid eh kuda). Dan penamaan ahli nahwu bagian ini dengan nama badal ghalath bermakna bahwa ia adalah ganti dari lafazh yang terucap karena keliru sebagaimana telah engkau lihat. Dan bukan maknanya bahwa badal itu yang keliru sebagaimana bisa disalahpahami dari lahir lafazh.

Lihat pula: