- Adapun penamaan dengan al-ghuraba` (orang-orang yang asing):
Tidak tersamarkan bagi seorang pengikut sunah pun, hadis al-ghuraba` yang terkenal di dalam kitab Ash-Shahih,
بَدَأَ الۡإِسۡلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ؛ فَطُوبَىٰ لِلۡغُرَبَاءِ
“Islam itu mulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya. Maka, beruntunglah orang-orang yang asing.”[1]
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Terimalah wasiat agar berbuat baik terhadap ahli sunah, karena mereka adalah orang-orang yang asing.”[2]
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam kitab Madarijus Salikin ketika menjelaskan hadis keterasingan ini, “Kaum mukminin di kalangan penganut agama Islam adalah orang-orang yang asing. Ulama di tengah kaum mukminin adalah orang-orang yang asing. Ahli sunah di antara mereka, yang mereka membersihkan sunah dari hawa nafsu dan kebidahan, adalah orang-orang yang asing. Para dai sunah yang bersabar dari gangguan orang-orang yang menyelisihi mereka adalah yang paling terasing. Akan tetapi mereka ini adalah ahlullah (keluarga Allah) yang hakiki. Sehingga tidak ada keterasingan bagi mereka. Keterasingan mereka hanyalah di antara kebanyakan orang-orang yang Allah ‘azza wa jalla sebutkan tentang mereka,
وَإِن تُطِعۡ أَكۡثَرَ مَن فِي الۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللهِ
“Dan jika engkau menaati sebagian besar orang-orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116).
Jadi, justru keumuman manusia di dalam ayat itulah yang terasing dari Allah, RasulNya, dan agamaNya. Keterasingan mereka adalah keterasingan yang mengucilkan meskipun mereka dikenal banyak orang…
Jadi, keterasingan ada tiga macam:
Keterasingan ahlullah (keluarga Allah) dan pengikut sunah RasulNya di antara semua makhluk. Ini adalah keterasingan yang orangnya dipuji oleh Rasulullah. Beliau mengabarkan tentang agama yang datang pada awalnya dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya. Dan bahwa penganut agama ini akan menjadi orang yang asing. Keterasingan ini bisa terjadi di suatu tempat, tidak di tempat lain. Suatu masa, tidak di masa lainnya. Di suatu kaum, tidak di kaum lainnya. Akan tetapi pemilik keterasingan ini adalah ahlullah yang hakiki, karena mereka tidak berlindung kepada selain Allah, tidak masuk kepada selain golongan RasulNya, dan tidak menyeru kepada selain ajaran yang beliau bawa… Termasuk sifat orang-orang asing yang mereka ini diidamkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mereka berpegang teguh dengan sunah ketika orang-orang membencinya, meninggalkan perkara yang orang-orang adakan meskipun sudah menjadi hal yang biasa, dan memurnikan tauhid meskipun diingkari mayoritas manusia…
Mereka adalah orang-orang yang menggenggam bara api sebenarnya. Sedangkan kebanyakan manusia bahkan seluruhnya malah mencela mereka. Karena keterasingan mereka di antara manusia, mereka malah menyebut mereka dengan orang yang aneh, membuat kebidahan, dan menyempal dari golongan terbesar… Bahkan, Islam yang benar yang dianut oleh Rasulullah dan para sahabatnya pada hari ini lebih asing daripada awal kemunculannya. Walaupun tanda-tanda dan ciri-ciri Islam yang lahir sudah terkenal dan diketahui, namun Islam yang hakiki sangat lah asing. Dan penganutnya adalah orang-orang yang asing paling asing di tengah manusia.” Selesai ucapan beliau rahimahullah.
[1] Dikeluarkan oleh Muslim di dalam Ash-Shahih (1/nomor 145 – ‘Abdul Baqi). Di dalam bab ini ada banyak hadis yang bisa dilihat di sumber rujukan.
[2] Dikeluarkan oleh Al-Lalikai di dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah (1/nomor 49/64).
Simak penjelasan Al-Ustadz Abu Yahya Muslim hafizhahullah di sini.