Cari Blog Ini

Shahih Muslim hadits nomor 1277

٤٣ - بَابُ بَيَانِ أَنَّ السَّعۡيَ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ رُكۡنٌ لَا يَصِحُّ الۡحَجُّ إِلَّا بِهِ
43. Bab keterangan bahwa sai antara Shafa dan Marwah adalah rukun yang haji tidak sah tanpanya

٢٥٩ - (١٢٧٧) - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ يَحۡيَىٰ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ. قَالَ: قُلۡتُ لَهَا: إِنِّي لَأَظُنُّ رَجُلًا، لَوۡ لَمۡ يَطُفۡ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، مَا ضَرَّهُ. قَالَتۡ: لِمَ؟ قُلۡتُ: لِأَنَّ اللهَ تَعَالَىٰ يَقُولُ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾ [البقرة: ١٥٨] إِلَىٰ آخِرِ الۡآيَةِ. فَقَالَتۡ: مَا أَتَمَّ اللهُ حَجَّ امۡرِئٍ وَلَا عُمۡرَتَهُ لَمۡ يَطُفۡ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ. وَلَوۡ كَانَ كَمَا تَقُولُ لَكَانَ: فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ لَا يَطَّوَّفَ بِهِمَا، وَهَلۡ تَدۡرِي فِيمَا كَانَ ذَاكَ؟ إِنَّمَا كَانَ ذَاكَ أَنَّ الۡأَنۡصَارَ كَانُوا يُهِلُّونَ فِي الۡجَاهِلِيَّةِ لِصَنَمَيۡنِ عَلَىٰ شَطِّ الۡبَحۡرِ، يُقَالُ لَهُمَا: إِسَافٌ وَنَائِلَةُ، ثُمَّ يَجِيئُونَ فَيَطُوفُونَ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ ثُمَّ يَحۡلِقُونَ، فَلَمَّا جَاءَ الۡإِسۡلَامُ كَرِهُوا أَنۡ يَطُوفُوا بَيۡنَهُمَا لِلَّذِي كَانُوا يَصۡنَعُونَ فِي الۡجَاهِلِيَّةِ. قَالَتۡ: فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾ [البقرة: ١٥٨] إِلَىٰ آخِرِهَا. قَالَتۡ: فَطَافُوا.
259. (1277). Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami: Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah. ‘Urwah berkata: Aku berkata kepada ‘Aisyah: Sungguh aku menyangka seseorang jika tidak melakukan sai antara Shafa dan Marwah, tidak bermasalah baginya. ‘Aisyah bertanya: Mengapa begitu? Aku berkata: Karena Allah taala berfirman, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” (QS. Al-Baqarah: 158) hingga akhir ayat. ‘Aisyah mengatakan: Allah tidak menyempurnakan haji dan umrah seseorang yang tidak sai antara Shafa dan Marwah. Seandainya firman Allah sebagaimana yang engkau katakan, seharusnya firman Allah tersebut berbunyi: Maka tidak ada dosa atasnya apabila ia tidak sai antara keduanya. Apakah engkau tahu tentang apa firman Allah tersebut? Firman tersebut mengenai orang-orang Ansar yang berihram di masa jahiliah untuk dua berhala di tepi laut. Berhala itu bernama: Isaf dan Nailah. Kemudian mereka datang (ke Kakbah) lalu sai antara Shafa dan Marwah, kemudian mereka menggundul kepala. Ketika Islam datang, mereka benci untuk sai antara keduanya dengan alasan perbuatan yang dahulu mereka lakukan di masa jahiliah. ‘Aisyah mengatakan: Lalu Allah azza wajalla menurunkan ayat, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah” (QS. Al-Baqarah: 158) hingga akhir ayat. ‘Aisyah mengatakan: Lalu orang-orang Ansar itu pun melakukan sai.
٢٦٠ - (...) - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بۡنُ عُرۡوَةَ: أَخۡبَرَنِي أَبِي قَالَ: قُلۡتُ لِعَائِشَةَ: مَا أَرَىٰ عَلَيَّ جُنَاحًا أَنۡ لَا أَتَطَوَّفَ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ. قَالَتۡ: لِمَ؟ قُلۡتُ: لِأَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾ الۡآيَةَ. فَقَالَتۡ: لَوۡ كَانَ كَمَا تَقُولُ، لَكَانَ: فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ لَا يَطَّوَّفَ بِهِمَا، إِنَّمَا أُنۡزِلَ هٰذَا فِي أُنَاسٍ مِنَ الۡأَنۡصَار كَانُوا إِذَا أَهَلُّوا، أَهَلُّوا لِمَنَاةَ فِي الۡجَاهِلِيَّةِ، فَلَا يَحِلُّ لَهُمۡ أَنۡ يَطَّوَّفُوا بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَلَمَّا قَدِمُوا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ لِلۡحَجِّ ذَكَرُوا ذٰلِكَ لَهُ، فَأَنۡزَلَ اللهُ تَعَالَى هٰذِهِ الۡآيَةَ. فَلَعَمۡرِي، مَا أَتَمَّ اللهُ حَجَّ مَنۡ لَمۡ يَطُفۡ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ.
260. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami: Hisyam bin ‘Urwah menceritakan kepada kami: Ayahku mengabarkan kepadaku, beliau berkata: Aku berkata kepada ‘Aisyah: Aku berpendapat tidak ada dosa atasku apabila aku tidak sai antara Shafa dan Marwah. ‘Aisyah bertanya: Kenapa begitu? Aku berkata: Karena Allah azza wajalla berfirman, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” ‘Aisyah mengatakan: Kalau ayat itu sebagaimana yang engkau katakan, semestinya ayat itu berbunyi: Tidak ada dosa atasnya apabila ia tidak sai antara keduanya. Ayat ini sebenarnya diturunkan untuk sebagian orang-orang Ansar yang apabila mereka berihram, mereka berihram untuk berhala Manah di masa jahiliah. Maka, tidak halal bagi mereka untuk sai antara Shafa dan Marwah. Ketika mereka tiba (di Makkah) bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk haji, mereka menyebutkan hal itu kepada beliau. Lalu Allah taala menurunkan ayat ini. Sungguh, Allah tidak menyempurnakan haji orang yang tidak sai antara Shafa dan Marwah.
٢٦١ - (...) - حَدَّثَنَا عَمۡرٌو النَّاقِدُ وَابۡنُ أَبِي عُمَرَ. جَمِيعًا عَنِ ابۡنِ عُيَيۡنَةَ. قَالَ ابۡنُ أَبِي عُمَرَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: سَمِعۡتُ الزُّهۡرِيَّ يُحَدِّثُ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ الزُّبَيۡرِ قَالَ: قُلۡتُ لِعَائِشَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ: مَا أَرَىٰ عَلَىٰ أَحَدٍ، لَمۡ يَطُفۡ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ شَيۡئًا، وَمَا أُبَالِي أَنۡ لَا أَطُوفَ بَيۡنَهُمَا. قَالَتۡ: بِئۡسَ مَا قُلۡتَ يَا ابۡنَ أُخۡتِي، طَافَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَطَافَ الۡمُسۡلِمُونَ، فَكَانَتۡ سُنَّةً. وَإِنَّمَا كَانَ مَنۡ أَهَلَّ لِمَنَاةَ الطَّاغِيَةِ، الَّتِي بِالۡمُشَلَّلِ، لَا يَطُوفُونَ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَلَمَّا كَانَ الۡإِسۡلَامُ سَأَلۡنَا النَّبِيَّ ﷺ عَنۡ ذٰلِكَ؟ فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ فَمَنۡ حَجَّ الۡبَيۡتَ أَوِ اعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ يَطَّوَّفَ بِهِمَا﴾ [البقرة: ١٥٨]. وَلَوۡ كَانَتۡ كَمَا تَقُولُ، لَكَانَتۡ: فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ لَا يَطَّوَّفَ بِهِمَا.
قَالَ الزُّهۡرِيُّ: فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لِأَبِي بَكۡرِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ هِشَامٍ، فَأَعۡجَبَهُ ذٰلِكَ، وَقَالَ: إِنَّ هٰذَا الۡعِلۡمُ، وَلَقَدۡ سَمِعۡتُ رِجَالًا مِنۡ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ يَقُولُونَ: إِنَّمَا كَانَ مَنۡ لَا يَطُوفُ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ مِنَ الۡعَرَبِ يَقُولُونَ: إِنَّ طَوَافَنَا بَيۡنَ هٰذَيۡنِ الۡحَجَرَيۡنِ مِنۡ أَمۡرِ الۡجَاهِلِيَّةِ. وقَالَ آخَرُونَ مِنَ الۡأَنۡصَار: إِنَّمَا أُمِرۡنَا بِالطَّوَافِ بِالۡبَيۡتِ وَلَمۡ نُؤۡمَرۡ بِهِ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾.
قَالَ أَبُو بَكۡرِ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: فَأُرَاهَا قَدۡ نَزَلَتۡ فِي هٰؤُلَاءِ وَهٰؤُلَاءِ.
261. ‘Amr An-Naqid dan Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Semuanya dari Ibnu ‘Uyainah. Ibnu Abu ‘Umar berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, beliau berkata: Aku mendengar Az-Zuhri menceritakan dari ‘Urwah ibnuz Zubair, beliau berkata: Aku berkata kepada ‘Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Aku menyangka seseorang yang tidak sai antara Shafa dan Marwah tidak mendapatkan dosa dan tidak mengapa aku tidak sai antara keduanya. ‘Aisyah berkata: Jelek sekali yang engkau ucapkan wahai putra saudariku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sai, begitu pula kaum muslimin. Jadi, sai adalah sunah. Dahulu memang ada orang yang berihram untuk berhala Manah yang beradai di Musyallal, mereka tidak sai antara Shafa dan Marwah. Ketika Islam datang, kami bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu? Lalu Allah azza wajalla menurunkan ayat, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya.” (QS. Al-Baqarah: 158). Seandainya ayat itu seperti yang engkau katakan, seharusnya ayat itu berbunyi: Maka tidak ada dosa baginya tidak mengerjakan sai antara keduanya.
Az-Zuhri berkata: Aku menyebutkan hal itu kepada Abu Bakr bin ‘Abdurrahman ibnul Harits bin Hisyam. Hal itu membuat takjub beliau dan beliau berkata: Sesungguhnya ini adalah ilmu. Aku telah mendengar sebagian ulama mengatakan: Orang-orang yang dahulu tidak sai antara Shafa dan Marwah dari kalangan orang Arab mengatakan: Sesungguhnya sai kami di antara dua bukit ini termasuk perkara jahiliah. Sedangkan selain mereka dari kalangan orang-orang Ansar mengatakan: Kami hanya diperintah untuk tawaf di Kakbah dan tidak diperintah sai antara Shafa dan Marwah, lalu Allah azza wajalla menurunkan ayat, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.”
Abu Bakr bin ‘Abdurrahman berkata: Aku menyangka ayat ini turun tentang mereka-mereka ini.
٢٦٢ - (...) - وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا حُجَيۡنُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، أَنَّهُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ قَالَ: سَأَلۡتُ عَائِشَةَ. وَسَاقَ الۡحَدِيثَ بِنَحۡوِهِ، وَقَالَ فِي الۡحَدِيثِ: فَلَمَّا سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ ذٰلِكَ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا كُنَّا نَتَحَرَّجُ أَنۡ نَطُوفَ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ فَمَنۡ حَجَّ الۡبَيۡتَ أَوِ اعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ يَطَّوَّفَ بِهِمَا﴾ [البقرة: ١٥٨].
قَالَتۡ عَائِشَةُ: قَدۡ سَنَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ الطَّوَافَ بَيۡنَهُمَا، فَلَيۡسَ لِأَحَدٍ أَنۡ يَتۡرُكَ الطَّوَافَ بِهِمَا.
262. Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami: Hujain ibnul Mutsanna menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, bahwa beliau berkata: ‘Urwah ibnuz Zubair mengabarkan kepadaku, beliau berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah. Dan beliau menuturkan hadis semisal hadis tersebut. Beliau berkata di dalam hadis: Ketika mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu, mereka berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menganggap sai antara Shafa dan Marwah adalah perbuatan dosa, lalu Allah azza wajalla menurunkan ayat, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya.” (QS. Al-Baqarah: 158).
‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menetapkan syariat sai antara keduanya, sehingga tidak boleh seorang pun untuk meninggalkan sai antara keduanya.
٢٦٣ - (...) - وَحَدَّثَنَا حَرۡمَلَةُ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ الزُّبَيۡرِ؛ أَنَّ عَائِشَةَ، أَخۡبَرَتۡهُ، أَنَّ الۡأَنۡصَارَ كَانُوا قَبۡلَ أَنۡ يُسۡلِمُوا، هُمۡ وَغَسَّانُ، يُهِلُّونَ لِمَنَاةَ، فَتَحَرَّجُوا أَنۡ يَطُوفُوا بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، وَكَانَ ذٰلِكَ سُنَّةً فِي آبَائِهِمۡ، مَنۡ أَحۡرَمَ لِمَنَاةَ لَمۡ يَطُفۡ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، وَإِنَّهُمۡ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ ذٰلِكَ حِينَ أَسۡلَمُوا، فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي ذٰلِكَ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ فَمَنۡ حَجَّ الۡبَيۡتَ أَوِ اعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنۡ تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ ۝١٥٨﴾.
263. Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepada kami: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah ibnuz Zubair, bahwa ‘Aisyah mengabarkan kepadanya, bahwa orang-orang Ansar dahulu sebelum masuk Islam, bersama kabilah Ghassan, melakukan ihram untuk berhala Manah. Mereka menganggap sai antara Shafa dan Marwah adalah perbuatan dosa. Hal itu merupakan sunah bapak moyang mereka yaitu siapa saja yang berihram untuk berhala Manah, tidak boleh sai antara Shafa dan Marwah. Mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu ketika mereka masuk Islam. Lalu Allah azza wajalla menurunkan ayat tentang hal itu, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”