١٨٧٤ – (ضيعف شاذ) حَدَّثَنَا هَنَّادُ بۡنُ السَّرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ كَهۡمَسِ بۡنِ الۡحَسَنِ، عَنِ ابۡنِ بُرَيۡدَةَ، عَنۡ أَبِيهِ؛ قَالَ: جَاءَتۡ فَتَاةٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَتۡ: إِنَّ أَبِي زَوَّجَنِي ابۡنَ أَخِيهِ لِيَرۡفَعَ بِي خَسِيسَتَهُ، قَالَ: فَجَعَلَ الۡأَمۡرَ إِلَيۡهَا، فَقَالَتۡ: قَدۡ أَجَزۡتُ مَا صَنَعَ أَبِي، وَلٰكِنۡ أَرَدۡتُ أَنۡ تَعۡلَمَ النِّسَاءُ أَنۡ لَيۡسَ إِلَى الۡآبَاءِ مِنَ الۡأَمۡرِ شَيۡءٌ. [(نقد الكتاني)(٤٥)، (غاية المرام)(٢١٧)].
1874. Hannad bin As-Sari telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: Waki’ menceritakan kepada kami, dari Kahmas bin Al-Hasan, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya; Beliau berkata: Seorang pemudi datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: Sesungguhnya ayahku menikahkan aku dengan putra saudaranya agar ia dapat menghilangkan kerendahannya dengan pernikahan tersebut. Beliau berkata: Lalu Nabi menyerahkan keputusan tersebut kepada pemudi itu. Pemudi itu berkata: Aku menyetujui perbuatan ayahku, namun aku ingin agar para wanita mengetahui bahwa para ayah tidak memiliki urusan apapun dalam keputusan perkara tersebut.