Berpakaian sangat sederhana adalah ciri khasnya dalam majelis-majelis ilmu. Orang tidak akan menyangka bahwa sosok ini adalah seorang ulama hadis yang mumpuni. Banyak pihak dibuat bingung dan kaget dengan penampilannya tersebut. Bahkan sempat ada yang mempermasalahkan kehadirannya di majelis ilmu. Apalagi jika bukan karena penampilannya yang teramat sederhana dan lain daripada yang lain. Tentu mudah untuk ditebak siapakah gerangan ulama ini. Siapa lagi kalau bukan Al A’masy Sulaiman bin Mihran Abu Muhammad Al Asadi Al Kahiliy rahimahullah.
Namun siapa sangka beliau adalah seorang Imam, Syaikhul Islam, Hafizh, Syaikhnya para Qari’ dan ahli hadis. Satu riwayat menyebutkan bahwa beliau berasal dari pinggiran wilayah Rai. Dalam referensi yang lain disebutkan bahwa ia dilahirkan di kampung ibunya di Thabaristan pada tahun 61. Kemudian dibawa oleh keluarga menuju ke Kufah ketika masih kecil. Pada akhirnya beliau memang tinggal dan menghabiskan usianya di Kota Kufah Irak.
GURU DAN MURIDNYA
Sebagai seorang tabi’in ia pernah bertemu dengan beberapa shahabat yang mulia di antaranya adalah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Al A’masy termasuk ulamanya tabiin. Beberapa ulama seperti Ibnu Hajar memasukkan beliau pada thabaqah yang ketiga. Pembaca yang budiman, kesederhanaan, dan keterbatasan bukan penghalang baginya untuk menimba ilmu agama. Sederhana dan berpenampilan seadanya, itulah sosok ulama kita ini sampai-sampai Ibnu Uyainah rahimahullah mengatakan, “Jikalau anda melihat Al A’masy dengan mengenakan syal yang telah usang dan dua khuf (sepatu), maka dia seolah-olah seorang pengemis atau peminta-minta.”
Namun demikian, beliau terdidik bersama orang-orang saleh dan terkondisi dalam ibadah serta ilmu dengan orang-orang terpilih di masanya. Bukan satu hal yang sulit bagi Al A’masy untuk memetik dan menimba ilmu dari para shahabat karena jumlah mereka masih sangat banyak saat itu. Dalam biografinya dinukilkan bahwa Al A’masy banyak meriwayatkan hadis dari para ulama ternama, di antaranya adalah Abu Wail, Abu Amr Asy Syaibani, Ibrahim An Nakhai, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Zir bin Hubaisy, Abdurrahman bin Abi Laila, Asy-Sya’bi, dan masih yang lainnya. Demikian halnya banyak ulama yang meriwayatkan hadis darinya, seperti Al Hakam bin Utaibah, Abu Ishaq As Sabi’i, Ayyub As Sikhtiyani, Zaid bin Aslam, Khalid Al Hadza’, Abu Hanifah, Al Auza’i, Syu’bah, Sufyan, Zaidah, dan masih banyak yang lainnya.
PUJIAN DAN KESAKSIAN PARA ULAMA
Ali Al Madini rahimahullah memberikan persaksian tentang kapasitas Al A’masy dalam periwayatan hadisnya dengan menyatakan, “Al A’masy mempunyai hadis sekitar seribu tiga ratus hadis.” Ulama selevel Sufyan bin Uyainah pun tak ketinggalan menyampaikan pujiannya, “Al A’masy adalah seseorang yang paling menguasai bacaan Kitabullah, paling hafal hadis, dan paling mengetahui Ilmu Faraidh (ilmu waris).” Demikianlah keilmuan beliau memang membuat kagum para ulama yang sezaman dengannya. Sehingga ulama pun seakan berlomba untuk mendekat dan mengambil ilmu darinya.
Simak pengakuan Mujahid dalam ungkapannya berikut ini, “Kalau seandainya aku mempunyai kekuatan, niscaya aku akan senantiasa menemui orang ini (maksudnya adalah Al A’masy).” Nama-nama besar ulama yang merapat kepada beliau untuk meriwayatkan hadis di antaranya adalah Al Hakam bin Utaibah, Abu Ishaq As Sabi’i, Ayyub As Sikhtiyani, Zaid bin Aslam, Khalid Al Hadzdza’, Sulaiman At Taimi, Abu Hanifah, Al ‘Auzai, Syu’bah, Ma’mar, Sa’id bin Abi Arubah, dan masih banyak yang lainnya.
Begitulah kondisi Al A’masy, derajatnya terangkat dengan ilmu warisan para nabi bukan dengan jabatan atau pangkat kedudukan. Orang-orang pun begitu menghormatinya layaknya seorang penguasa. Hingga Isa bin Yunus mengatakan, “Kami belum pernah melihat orang seperti Al A’masy dan belum pernah melihat orang-orang kaya yang lebih hina daripada ketika mereka berada di majelisnya Al A’masy, padahal beliau adalah orang yang faqir.” Al A’masy adalah orang yang jiwanya mulia. Tidaklah kefakiran membuatnya menghinakan diri dengan meminta-minta dan mengemis kepada orang-orang kaya. Justru para penguasa dan orang-orang kaya membutuhkan ilmunya dan rela bersimpuh di majelisnya untuk menuntut ilmu agama.
AHLI IBADAH
Beliau juga dikenal sebagai ahli ibadah, lihatlah penuturan Waki’ bin Al Jarrah berikut ini, “Hampir 70 tahun Al A’masy tidak pernah luput ikut takbirah al ihram (dalam pelaksanaan salat berjama’ah)”. Abdullah bin Al Khuraiby berkata, “Tidak ada sepeninggal Al A’masy seorang ahli ibadah yang melebihinya.” Abdullah Al Khuraibi menambahkan tentang ibadahnya, “Sepeninggal Al A’masy tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya dalam beribadah.” Adalah Yahya Al Qaththan jika disebut-sebut Al A’masy maka beliau mengatakan, “Al A’masy termasuk ahli ibadah dan beliau adalah orang yang selalu menjaga pelaksanaan salat berjamaah di shaf yang pertama.” Beliau juga sangat semangat dalam menjaga kesucian tubuhnya dalam segala kesempatan. Bahkan dikisahkan ketika Al A’masy terjaga dari tidurnya di malam hari, maka ia segera mencari air untuk bersuci. Namun tidak mendapatkannya. Hingga akhirnya beliau mencari debu untuk bertayamum dengannya lalu kembali tidur. Tatkala ditanya tentang hal ini, maka Al A’masy menjawab bahwa beliau tidak suka meninggal dalam kondisi tidak berwudhu.
KISAH-KISAH UNIKNYA
Al A’masy dikenal sebagai ulama dengan sederet kisah-kisah unik namun sarat faedah ilmiyah. Di antaranya beliau menuturkan, “Ada seseorang yang menikah dengan bangsa jin.” Maka kami pun bertanya kepada jin tersebut, “Makanan apa yang kalian sukai?” Ia menjawab, “Nasi.” Untuk membuktikan kebenarannya maka aku pun membawakan nasi untuknya dan aku melihat nasi yang mulai terangkat seperti akan dimakan namun aku tidak melihat siapa pun. Kemudian beliau melanjutkan pertanyaannya, “Apakah di antara bangsa jin ada kelompok-kelompok sebagaimana yang ada pada di antara kami.” Dia pun menjawab, “Ya, benar.” Al A’masy bertanya, “Lalu siapakah Syi’ah Rafidhah di antara kalian.” Jin itu menjawab, “Mereka adalah kelompok terburuk di antara kami.”
Simak juga kisah beliau dengan qashshas (tukang cerita) sebagaimana dinukilkan kisahnya oleh Abu Bakar At Thurtusi, “Tatkala Sulaiman bin Mihran Al A’masy datang ke Basrah, beliau melihat seorang pembuat cerita sedang beraksi di sebuah masjid. Maka Al A’masy melangkah menuju ke tengah-tengah majelis dan mengangkat kedua tangannya seraya mencabuti bulu ketiaknya.
Maka pembuat cerita itu mengatakan kepada beliau, “Wahai Syaikh apa engkau tidak malu dengan perbuatanmu ini? Kami sedang mengkaji tentang ilmu sementara engkau melakukan perbuatan seperti ini?” Al A’masy berkata, “Apa yang sedang aku lakukan ini lebih baik daripada apa yang engkau perbuat.” Pembuat cerita itu bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu?” Maka Al A’masy menjawab, “Karena aku melakukan sunnah sementara engkau melakukan kedustaan. Aku adalah Al A’masy dan apa yang engkau katakan tadi tidak pernah aku mengucapkannya sedikitpun.” Ketika orang-orang mendengar apa yang disampaikan oleh Al A’masy, mereka pun bubar meninggalkan tukang cerita itu dan berkumpul di sekitar Al A’masy lalu mengatakan, “Wahai Abu Muhammad sampaikanlah hadis kepada kami.”
Demikianlah sepenggal biografi ulama tabiin ini yang penuh dengan pelajaran yang berharga. Al A’masy meninggal pada bulan Rabiul Awal tahun 146 H dalam usia 85 tahun. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan memberikan balasan atas segala jasa serta kebaikan beliau. Allahu a’lam.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 49 vol.05 1438 H rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Hafiy Abdullah.