Cari Blog Ini

Taisirul 'Allam - Hadits ke-177

الۡحَدِيثُ السَّابِعُ وَالسَّبۡعُونَ بَعۡدَ الۡمِائَةِ 

١٧٧ - عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: تَسَحَّرۡنَا مَع رَسُولِ اللهِ ﷺ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ. قَالَ أَنَسٌ: قُلۡتُ لِزَيۡدٍ: كَمۡ كَانَ بَيۡنَ الۡأذَانِ وَالسُّحُورِ؟ قَالَ: قَدۡرُ خَمۡسِينَ آيةٍ. 
177. Dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau bangkit untuk salat.” Anas berkata: Aku bertanya kepada Zaid, “Berapa jarak waktu antara azan dan sahur?” Zaid menjawab, “Sekadar (waktu membaca) lima puluh ayat.”[1]

الۡغَرِيبُ: 

الۡأَذَانَ: يُرِيدُ بِهِ الۡإِقَامَةَ. 
وَيُبَيِّنُ ذٰلِكَ مَا فِي الصَّحِيحَيۡنِ عَنۡ أَنَسٍ عَنۡ زَيۡدٍ قَالَ: تَسَحَّرۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، ثُمَّ قُمۡنَا إِلَى الصَّلَاةِ. 
قُلۡتُ: كَمۡ كَانَ بَيۡنَهُمَا؟ قَالَ: قَدۡرُ خَمۡسِينَ آيَةً. 

Kosakata asing:

الۡأَذَان (azan): Yang beliau maukan adalah ikamah. Yang menjelaskan hal itu adalah riwayat di dalam dua kitab Shahih dari Anas dari Zaid. 
Beliau berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian kami bangkit untuk salat.” 
Aku (Anas) bertanya, “Berapa jarak waktu antara keduanya?” 
Zaid menjawab, “Sekadar (waktu membaca) lima puluh ayat.” 

الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي: 

يَرۡوِي أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ زَيۡدًا تَسَحَّرَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَكَانَ مِنۡ سُنَّتِهِ ﷺ أَنۡ يَتَسَحَّرَ قُبَيۡلَ الصُّبۡحِ. 
وَلِذَا فَإِنَّهُ -لَمَّا تَسَحَّرَ- قَامَ إِلَى صَلَاةِ الصُّبۡحِ، فَسَأَلَ أَنَسٌ زَيۡداً: كَمۡ كَانَ بَيۡنَ الۡإِقَامَةِ وَالسُّحُورِ؟ قَالَ: قَدۡرُ خَمۡسِينَ آيَةٍ. 

Makna secara umum: 

Anas bin Malik meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhuma bahwa Zaid pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk dari sunah beliau adalah makan sahur sejenak sebelum waktu subuh. Oleh karena itu, beliau ketika telah selesai makan sahur, bangkit untuk salat Subuh. Lalu Anas bertanya kepada Zaid, “Berapa jarak waktu antara ikamah dengan makan sahur?” Zaid menjawab, “Sekadar (waktu membaca) lima puluh ayat.” 

مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ: 

١ - أَفۡضَلِيَّةُ تَأۡخِيرِ السُّحُورِ إِلَى قُبَيۡلِ الۡفَجۡرِ. 
٢ - الۡمُبَادَرَةُ بِصَلَاةِ الصُّبۡحِ، حَيۡثُ قَرُبَتۡ مِنۡ وَقۡتِ الۡإِمۡسَاكِ. 
٣ - أَنَّ وَقۡتَ الۡإِمۡسَاكِ هُوَ طُلُوعُ الۡفَجۡرِ، كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿كُلُوا وَاشۡرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الۡخَيۡطُ الۡأَبۡيَضُ مِنَ الۡخَيۡطِ الۡأَسۡوَدِ مِنَ الۡفَجۡرِ﴾ [البقرة: ١٨٧]. 
وَبِهَٰذَا نَعۡلَمُ أَنَّ مَا يَجۡعَلُهُ النَّاسُ مِنۡ وَقۡتَيۡنِ، وَقۡتٌ لِلۡإِمۡسَاكِ، وَوَقۡتٌ لِطُلُوعِ الۡفَجۡرِ، بِدۡعَةٌ مَا أَنۡزَلَ اللهُ بِهَا مِنۡ سُلۡطَانٍ، وَإِنَّمَا هِيَ وَسۡوَسَةٌ مِنَ الشَّيۡطَانِ، لِيُلۡبِسَ عَلَيۡهِمۡ دِينَهُمۡ، وَإِلَّا فَإِنَّ السُّنَّةَ الۡمُحَمَّدِيَّةَ أَنَّ الۡإِمۡسَاكَ يَكُونُ عَلَى أَوَّلِ طُلُوعِ الۡفَجۡرِ. 

Faedah hadis ini: 

  1. Lebih utama mengakhirkan makan sahur hingga sejenak sebelum fajar terbit. 
  2. Bersegera salat Subuh di mana waktunya dekat dengan waktu imsak. 
  3. Bahwa waktu imsak adalah ketika terbitnya fajar, sebagaimana Allah taala berfirman (yang artinya), “Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah: 187). Dengan ini, kita mengetahui bahwa dua waktu yang dibuat oleh orang-orang, yaitu satu waktu untuk imsak dan satu waktu lain untuk terbitnya fajar adalah sebuah bidah yang Allah tidak turunkan suatu keterangan pun tentangnya. Itu hanyalah bisikan dari setan agar mengaburkan agama mereka. Yang pasti, sesungguhnya yang merupakan sunah Nabi Muhammad bahwa waktu imsak adalah ketika awal terbit fajar. 

[1] HR. Al-Bukhari nomor 1921, Muslim nomor 1097. Diriwayatkan pula oleh At-Tirmidzi nomor 703, An-Nasa`i (4/143), Ad-Darimi (2/6), Ibnu Majah nomor 1694.