Cari Blog Ini

Abu Sufyan ibnul Harits

Saudara yang Kembali


Tak banyak kisah yang bisa dipaparkan tentang shahabat Nabi ini. Beliau termasuk shahabat nabi yang masuk Islam di akhir masa kehidupan Nabi. Walau demikian, beliau dapat mencapai kedudukan tinggi dalam Islam. Bagaimana tidak, cukuplah menjadi shahabat nabi sebagai suatu kemuliaan. Lebih-lebih lagi, beliau memiliki hubungan darah dan nasab dengan Rasulullah. Nama beliau adalah Abu Sufyan bin Al Harits bin Abdil Muthalib bin Hasyim bin Abdil Manaf Al Qurasyi Al Hasyimy (bukan Abu Sufyan bin Harb). Diperselisihkan tentang nama asli beliau. Ada yang berpendapat nama beliau adalah Al Mughirah, ada pula yang berpendapat bahwa nama beliau adalah nama kuniah beliau (Abu Sufyan), sedang Al Mughirah adalah nama saudara beliau. Beliau adalah putra paman Rasulullah yang bernama Al Harits, putra tertua Abdul Mutthalib. Selain sebagai putra paman Rasulullah, Abu Sufyan adalah juga saudara sepersusuan dengan Nabi. Ibu susu keduanya adalah Halimah As Sa’diyah. Demikian kedekatan Abu Sufyan bin Al Harits dengan Rasulullah, sampai-sampai dalam benak orang, saat Rasulullah berdakwah kepada Islam, dialah yang akan pertama kali menyambutnya. Ibu beliau bernama Ghaziyah bintu Qais bin Tharif. Di antara saudara beliau yang masuk Islam dari putra-putra Al Harits adalah Al Mughirah bin Al-Harits, dan Rabiah bin Al Harits. Adapun putra-putri beliau di antaraya Abdullah, Ja’far, keduanya lahir dari istri beliau bernama Jumanah bintu Abi Thalib, saudari dari Ummu Hani’, dan Atikah, lahir dari istri bernama Ummu Amr bintu Muqawwam bin Abdil Muthalib.

Dari sisi fisik, Abu Sufyan bin Al Harits memiliki keserupaan dengan Rasulullah. Ada beberapa kerabat Rasulullah yang memiliki keserupaan dengan Rasulullah. Mereka adalah Ja’far bin Abi Thalib, Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Abu Sufyan bin Al Harits, dan Qatsam bin Al Abbas bin Abdil Muttalib. Selain memiliki fisik yang menyerupai Rasulullah beliau memiliki keunggulan lain dari sisi kemahiran dalam sastra dan dalam hal syair, juga dalam hal ketangkasan menunggang kuda.

KEHIDUPAN JAHILIAH


Dahulu sebelum keislamannya, Abu Sufyan bin Al Harits adalah salah satu tokoh Quraisy yang terdepan dalam menyelisihi, dan mengingkari Rasulullah. Dengan kepiawaiannya dalam bertutur dan bersyair, dimanfaatkannya keunggulan itu demi menyerang Rasulullah dan risalah yang diembannya. Dekatnya hubungan kerabat dan pertemanan, tidaklah menyurutkan langkahnya untuk terus mengobarkan api kebencian terhadap Rasulullah. Tak main-main. Permusuhan itu berjalan sekitar 20 tahun lamanya. Sungguh waktu yang amat panjang. Selama kurun waktu tersebut sikap keras dan permusuhan terhadap nabi terus disulut dan dikobarkan. Syair-syair untuk melawan dan mencela, terus dialunkannya. Saat pecah perang Badar, Abu Sufyan termasuk dari barisan musyrikin Quraisy.

DI MASA KEISLAMAN


Beliau masuk Islam pada saat peristiwa fathul Makkah, sebelum Rasulullah memasuki Makkah, di wilayah antara Makkah dan Madinah. Beliau dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al Mughirah berjumpa dengan Rasulullah untuk masuk Islam. Awalnya Rasulullah tidak menanggapi kedua orang ini. Bahkan disebabkan permusuhan yang hebat dari Abu Sufyan bin Al Harits, beliau termasuk sosok buronan kaum muslimin. Maka datanglah Abu Sufyan kepada Rasulullah dengan menyamar agar tidak diketahui orang, hingga ketika sampai di dekat Rasulullah beliau pun menyingkapkan wajah beliau. Rasulullah pun berpaling dari beliau. Hingga Ummu Hani’ pun berkata kepada Rasulullah; ‘Janganlah putra pamanmu, dan saudaraku putra dari bibimu, menjadi orang yang paling celaka dikarenakan engkau (wahai Rasulullah)’. Ali bin Abi Thalib pun berkata kepada beliau; ‘Menghadaplah ke hadapannya (Rasulullah) lalu katakanlah semisal apa yang dikatakan saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf:
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ لَقَدۡ ءَاثَرَكَ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا وَإِن كُنَّا لَخَـٰطِـِٔينَ
“Mereka berkata; ‘Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)’.” [Q.S. Yusuf: 91]

Maka nasehat Ali bin Abi Thalib ini pun beliau lakukan, maka Rasul pun menjawab;
قَالَ لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَ ۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّ‌ٰحِمِينَ
“Dia (Yusuf) berkata: ‘Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” [Q.S. Yusuf: 92]

Dengan jawaban ini, nampak bahwa Rasulullah telah menerima keislaman beliau.

Dahulu, saat beliau masih kafir, beliau begitu gigih dalam memerangi Islam dan pemeluknya. Berbagai upaya beliau lakukan. Maka saat beliau telah masuk Islam, beliaupun bersungguh-sungguh dalam keislaman tersebut. Dari sisi ibadah, beliau menjadi seorang yang selalu awal memasuki masjid dan pulang yang paling akhir. Selalu menundukkan pandangan dan merasa malu terhadap Rasulullah, sehingga beliau tidak lagi pernah berani menatap Rasulullah setelah keislaman beliau. Masa keislaman beliau ini benar-benar beliau manfaatkan untuk banyak beribadah kepada Allah. Dalam hal jihad membela Islam, disebutkan bahwa beliau turut serta berperang bersama Rasulullah dalam fathu Makkah dan perang Hunain. Dalam peristiwa perang Hunain, beliau termasuk anggota pasukan yang kokoh saat mendapatkan ujian. Di awal pertempuran tersebut, pasukan musyrikin hampir saja dapat mengalahkan muslimin dengan serangan mendadak mereka. Saat itu, pasukan muslimin mengalami kekacauan dan banyak yang terdesak mundur. Di saat itu Rasulullah tetap kokoh mengahadang laju serangan musyrikin. Tercatat dalam sejarah Islam beberapa shahabat yang kokoh bersama Rasulullah di saat kekacauan menimpa pasukan muslimin. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Sufyan bin Al Harits, Al Fadhl bin Al Abbas, Rabiah bin Al Harits bin Abdil Muthalib, Abu Bakar dan Umar. Mereka tetap berdiri kokoh di sekitar Rasulullah hingga kaum muslimin kembali maju. Semenjak peristiwa Hunain ini, Rasulullah mulai mencintai Abu Sufyan bin Al Harits dan beliau mempersaksikan bahwa Abu Sufyan termasuk calon penghuni surga. Semenjak Rasulullah melihat kegigihan beliau dalam membela Rasulullah dalam perang Hunain, maka Rasulullah mengatakan kepada beliau:
أَرۡجُو أَنۡ تَكُونَ خَلَفًا مِنۡ حَمۡزَةَ
“Aku mengharapkan dirimu sebagai pengganti Hamzah.”
أَبُو سُفۡيَانَ بۡنُ الۡحَارِثِ سَيِّدُ فِتۡيَانِ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ
“Abu Sufyan bin Al Harits adalah pemimpin para pemuda penduduk surga.”

KEMATIAN


Menjelang kematian beliau, keluarga beliau pun mulai menangis. Maka beliau mengatakan; “Janganlah kalian menangis, sungguh aku belum pernah melakukan satu kesalahanpun semenjak keislamanku.”

Ucapan ini menunjukkan kebagusan keislaman beliau sehingga beliau menjalani kehidupan dengan terus tunduk dengan ajaran Islam hingga akhir hayat. Inilah sikap Istiqamah yang sangat sulit dicapai oleh seorang muslim.

Abu Sufyan bin Al Harits meninggal di tahun ke 20 Hijriyah. Beberapa saat sepulang dari haji. Beliau jatuh sakit dan meninggal setelah pulang ke Negeri Madinah. Yang memimpin salat janazah adalah khalifah saat itu, Umar bin Al Khaththab.

[Ustadz Hammam]

Sumber: Majalah Tashfiyah vol.07 1440H-2018H edisi 81 rubrik Figur.