Cari Blog Ini

At-Tuhfatul Wushabiyyah - Bab I'rab dan Bina`

بَابُ: الۡإِعۡرَابِ وَالۡبِنَاءِ 

قَالَ: (بَابُ: الۡإِعۡرَابِ) الۡإِعۡرَابُ هُوَ: تَغۡيِيرُ أَوَاخِرِ الۡكَلِمِ؛ لِاخۡتِلَافِ الۡعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيۡهَا لَفۡظًا أَوۡ تَقۡدِيرًا.
Bab I'rab. I'rab adalah perubahan akhir kata karena perbedaan 'amil-'amil yang masuk ke kata tersebut baik secara lafazh atau taqdir.
أَقُولُ: الۡإِعۡرَابُ وَالۡبِنَاءُ هُمَا أَسَاسُ عِلۡمِ النَّحۡوِ؛ إِذۡ عَلَيۡهِمَا يَدُورُ حُكۡمُ آخِرِ كُلِّ كَلِمَةٍ. وَالۡمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ ذَكَرَ الۡإِعۡرَابَ وَلَمۡ يَذۡكُرِ الۡبِنَاءَ. وَنَحۡنُ -بِعَوۡنِ اللهِ- سَنَذۡكُرُهُ بَعۡدَ الۡإِعۡرَابِ.
I'rab dan bina` adalah pondasi ilmu nahwu. Karena hukum akhir setiap kata berkisar pada keduanya. Dan penyusun rahimahullah menyebutkan i'rab namun tidak menyebutkan bina`. Maka kami -dengan pertolongan Allah- akan menyebutkan bina` setelah i'rab.
فَأَمَّا الۡإِعۡرَابُ: فَهُوَ بِكَسۡرِ الۡهَمۡزَةِ. وَيَأۡتِي لُغَةً: لِمَعَانٍ كَثِيرَةٍ: مِنۡهَا الۡإِظۡهَارُ وَالۡبَيَانُ، تَقُولُ (أَعۡرَبۡتُ عَمَّا فِي نَفۡسِي) إِذَا أَظۡهَرۡتَهُ وَبَيَّنۡتَهُ.
وَمِنۡهَا التَّحۡسِينُ، تَقُولُ: (أَعۡرَبۡتُ الشَّيۡءَ) أَيۡ: حَسَّنۡتَهُ.
وَاصۡطِلَاحًا: مَا ذَكَرَهُ الۡمُصَنِّفُ بِقَوۡلِهِ: (تَغۡيِيرُ...) إلخ.
وَالۡمُرَادُ بِتَغۡيِيرِ (أَوَاخِرِ الۡكَلِمِ) تَغۡيِيرُ أَحۡوَالِ أَوَاخِرِهَا، لَا تَغۡيِيرُ الۡآخِرِ نَفۡسِهِ. فَإِنَّهُ لَا يَتَغَيَّرُ.
وَمَعۡنَى (تَغۡيِيرِ أَحۡوَالِ أَوَاخِرِهَا) تَحَوُّلُهَا مِنَ الرَّفۡعِ -مَثَلًا- إِلَى النَّصۡبِ، وَمِنَ النَّصۡبِ إِلَى الۡجَرِّ.
I'rab secara bahasa memiliki banyak makna. Di antaranya menampakkan dan menjelaskan. Engkau katakan: أَعۡرَبۡتُ عَمَّا فِي نَفۡسِي apabila engkau menampakkan dan menjelaskan apa yang ada di dalam jiwamu. Di antara makna lain i'rab adalah memperbagus, engkau katakan: أَعۡرَبۡتُ الشَّيۡءَ yakni engkau memperbagusnya.
Adapun secara istilah adalah apa yang disebutkan penyusun dengan ucapannya, “Perubahan... “ dst.
Yang dimaksud perubahan akhir kata adalah perubahan keadaan akhir kata tersebut, bukan perubahan akhir kata itu sendiri. Karena akhir kata tersebut tidak berubah. Makna perubahan keadaan akhir kata adalah perpindahan dari rafa' -misal- ke nashab dan dari nashab ke jar.
وَسَبَبُ هَٰذَا التَّغۡيِيرِ هُوَ: اخۡتِلَافُ الۡعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيۡهَا مِنۡ عَامِلٍ يَقۡتَضِي الرَّفۡعَ، إِلَى عَامِلٍ يَقۡتَضِي النَّصۡبَ، إِلَى عَامِلٍ يَقۡتَضِي الۡجَرَّ، كَـ(زَيۡد) -مَثَلًا- فَإِنَّهُ قَبۡلَ دُخُولِ الۡعَوَامِلِ اسۡمٌ مَوۡقُوفٌ لَيۡسَ مُعۡرَبًا وَلَا مَبۡنِيًّا وَلَا مَرۡفُوعًا وَلَا غَيۡرَهُ. فَإِذَا دَخَلَ عَلَيۡهِ عَامِلٌ يَقۡتَضِي رَفۡعَهُ كَانَ مَرۡفُوعًا نَحۡوُ: (جَاءَ زَيۡدٌ) فَـ(زَيۡدٌ) فَاعِلٌ مَرۡفُوعٌ بِـ(جَاءَ). فَإِنۡ دَخَلَ عَلَيۡهِ عَامِلٌ آخَرُ يَقۡتَضِي نَصۡبَهُ تَغَيَّرَ حَالَ آخِرُهُ مِنَ الرَّفۡعِ إِلَى النَّصۡبِ نَحۡوُ: (رَأَيۡتُ زَيۡدًا) فَـ(زَيۡدًا) مَفۡعُولٌ بِهِ مَنۡصُوبٌ بِـ(رَأَيۡتُ). فَإِنۡ دَخَلَ عَلَيۡهِ عَامِلٌ آخَرُ يَقۡتَضِي جَرَّهُ تَغَيَّرَ حَالَ آخِرُهُ مِنَ النَّصۡبِ إِلَى الۡجَرِّ نَحۡوُ: (مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ) فَـ(زَيۡدٍ) مَجۡرُورٌ بِالۡبَاءِ.
فَأَنۡتَ تَرَى أَنَّ آخِرَ (زَيۡدٍ) وَهُوَ الدَّالُ لَمۡ يَتَغَيَّرۡ، وَإِنَّمَا تَغَيَّرَ حَالُ آخِرِهِ، مِنَ الرَّفۡعِ إِلَى النَّصۡبِ إِلَى الۡجَرِّ، فَهَٰذَا التَّغۡيِيرُ هُوَ الۡإِعۡرَابُ، وَهَٰذِهِ الۡحَرَكَاتُ الثَّلَاثُ الۡمَوۡجُودَةُ فِي آخِرِ (زَيۡدٍ) هِيَ عَلَامَاتٌ عَلَيۡهِ. هَٰذَا فِي الۡاسۡمِ.
وَمِثۡلُهُ الۡفِعۡلُ الۡمُضَارِعُ نَحۡوُ: (يَذۡهَبُ زَيۡدٌ) فَـ(يَذۡهَبُ) فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ، لِتَجَرُّدِهِ عَنۡ عَامِلٍ يَقۡتَضِي نَصۡبَهُ أَوۡ عَامِلٍ يَقۡتَضِي جَزۡمَهُ. فَإِنۡ دَخَلَ عَلَيۡهِ عَامِلٌ يَقۡتَضِي نَصۡبَهُ تَغَيَّرَ حَالُ آخِرِهِ مِنَ الرَّفۡعِ إِلَى النَّصۡبِ نَحۡوُ: (لَنۡ يَذۡهَبَ زَيۡدٌ) فَـ(يَذۡهَبَ) فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(لَنۡ). وَإِنۡ دَخَلَ عَلَيۡهِ عَامِلٌ آخَرُ يَقۡتَضِي جَزۡمَهُ تَغَيَّرَ حَالُ آخِرِهِ مِنَ النَّصۡبِ إِلَى الۡجَزۡمِ نَحۡوُ: (لَمۡ يَذۡهَبۡ زَيۡدٌ) فَـ(يَذۡهَبۡ) فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَجۡزُومٌ بِـ(لَمۡ).
Sebab perubahan itu adalah perbedaan 'amil-'amil yang masuk ke kata tersebut. Dari 'amil yang menuntut rafa' kepada 'amil yang menuntut nashab kepada 'amil yang menuntut jar. Misal زَيۡد, sebelum masuknya 'amil maka ia adalah isim mauquf, tidak mu'rab tidak pula mabni, tidak dirafa' tidak pula yang lainnya. Ketika ada 'amil yang menuntut rafa' masuk ke kata tersebut, maka kata tersebut dirafa'. Contoh: جَاءَ زَيۡدٌ. Sehingga زَيۡدٌ adalah fa'il yang dirafa' dengan جَاءَ. Jika ada 'amil lain yang menuntut nashab masuk ke kata tersebut, maka keadaan akhir kata itu berubah dari rafa' menjadi nashab. Contoh: رَأَيۡتُ زَيۡدًا. Di sini زَيۡدًا adalah maf'ul bih manshub dengan رَأَيۡتُ. Dan bila ada 'amil yang menuntut jar masuk ke kata tersebut, maka keadaan akhir kata itu berubah dari nashab menjadi jar. Contoh: مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ. Di sini زَيۡدٍ majrur dengan huruf ba`.
Sehingga engkau melihat bahwa akhir kata زَيۡدٍ yaitu huruf dal, tidak berubah. Yang berubah hanyalah keadaan akhir katanya, dari rafa' menjadi nashab menjadi jar. Perubahan inilah yang disebut i'rab. Dan tiga harakat yang terdapat di akhir kata زَيۡدٍ adalah tanda-tanda i'rab. Ini i'rab di dalam isim.
Dan contoh i'rab dalam fi'il mudhari' seperti: يَذۡهَبُ زَيۡدٌ. Di sini يَذۡهَبُ adalah fi'il mudhari' marfu' karena tidak ada 'amil yang menashabkan dan menjazmkan. Jika ada 'amil yang menuntut nashab masuk ke kata tersebut, maka berubahlah keadaan akhir kata tersebut dari rafa' menjadi nashab, seperti: لَنۡ يَذۡهَبَ زَيۡدٌ. Di sini يَذۡهَبَ adalah fi'il mudhari' manshub dengan لَنۡ. Jika ada 'amil lain yang menuntut jazm masuk ke kata tersebut, maka berubahlah keadaan akhir kata tersebut dari nashab menjadi jazm. Contoh: لَمۡ يَذۡهَبۡ زَيۡدٌ. Di sini يَذۡهَبۡ adalah fi'il mudhari' majzum dengan لَمۡ.
وَقَوۡلُهُ (لَفۡظًا أَوۡ تَقۡدِيرًا) مَعۡنَاهُ أَنَّ هَٰذَا التَّغۡيِيرَ الَّذِي يَكُونُ فِي الۡاسۡمِ وَالۡفِعۡلِ يَنۡقَسِمُ إِلَى قِسۡمَيۡنِ: أَحَدِهِمَا: لَفۡظِيٌّ. وَالثَّانِي: تَقۡدِيرِيٌّ.
فَأَمَّا اللَّفۡظِيُّ: فَهُوَ (مَا يَظۡهَرُ فِي آخِرِ الۡكَلِمَةِ -اسۡمًا كَانَتۡ أَوۡ فِعۡلًا- كَمَا تَقَدَّمَ فِي كُلٍّ مِنۡ (زَيۡدٌ وَيَذۡهَبُ).
وَأَمَّا التَّقۡدِيرِيُّ: فَهُوَ (مَا لَا يَظۡهَرُ فِي آخِرِ الۡكَلِمَةِ) وَإِنَّمَا يَكُونُ مَنۡوِيًّا فِيهَا. وَهُوَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقۡسَامٍ:
Ucapan beliau “baik secara lafazh atau taqdir” maknanya bahwa perubahan ini yang bisa terjadi di isim dan fi'il terbagi menjadi dua bagian. Pertama: secara lafazh. Kedua: secara taqdir.
Adapun secara lafazh adalah perubahan yang tampak di akhir kata itu, baik isim maupun fi'il, sebagaimana telah berlalu pada setiap dari زَيۡدٌ dan يَذۡهَبُ.
Adapun secara taqdir adalah perubahan yang tidak tampak di akhir kata itu, dan perubahan itu hanya tersirat di dalamnya. Perubahan secara taqdir terbagi menjadi tiga:
الۡأَوَّلُ: مَا يُقَدَّرُ لِلتَّعَذُّرِ. وَذٰلِكَ: فِي كُلِّ اسۡمٍ مُعۡرَبٍ آخِرُهُ أَلِفٌ لَازِمَةٌ قَبۡلَهَا فَتۡحَةٌ، وَيُسَمَّى مَقۡصُورًا كَـ(الۡفَتَى وَالۡهُدَى وَالۡعَصَا) وَنَحۡوِ ذٰلِكَ.
وَتُقَدَّرُ عَلَيۡهِ جَمِيعُ الۡحَرَكَاتِ نَحۡوُ: (جَاءَ الۡفَتَى وَرَأَيۡتُ الۡفَتَى وَمَرَرۡتُ بِالۡفَتَى) فَـ(الۡفَتَى) فِي الۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ فَاعِلٌ مَرۡفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡأَلِفِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ، وَفِي الۡمِثَالِ الثَّانِي مَفۡعُولٌ بِهِ مَنۡصُوبٌ وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡأَلِفِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ، وَفِي الۡمِثَالِ الثَّالِثِ مَجۡرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡكَسۡرَةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡأَلِفِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ.
وَمِثۡلُهُ الۡفِعۡلُ الۡمُضَارِعُ الۡمُعۡتَلُّ بِالۡأَلِفِ كَـ(يَخۡشَى وَيَسۡعَى وَيَرۡضَى) وَنَحۡوِ ذٰلِكَ، وَتُقَدَّرُ عَلَيۡهِ الضَّمَّةُ وَالۡفَتۡحَةُ فَقَطۡ نَحۡوُ: (يَخۡشَى زَيۡدٌ رَبَّهُ)، وَ(لَنۡ يَخۡشَى عَدُوَّهُ)، فَـ(يَخۡشَى) فِي الۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ؛ لِتَجَرُّدِهِ عَنِ النَّاصِبِ وَالۡجَازِمِ، وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡأَلِفِ، مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ. وَفِي الۡمِثَالِ الثَّانِي مَنۡصُوبٌ بِـ(لَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡأَلِفِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ.
وَمَعۡنَى التَّعَذُّرِ: أَنَّ الۡأَلِفَ لَا تَقۡبَلُ الۡحَرَكَةَ أَصۡلًا؛ لِكَوۡنِهَا مُلَازَمَةً لِلسُّكُونِ.
1. Perubahan yang ditaqdir karena ta'adzdzur. Perubahan ini terjadi pada setiap isim yang bisa dii'rab yang akhir katanya adalah alif lazimah yang harakat huruf sebelumnya adalah fathah. Isim ini dinamakan isim maqshur, contoh: الۡفَتَى, الۡهُدَى, dan الۡعَصَا dan lain-lain. Semua harakat ditaqdir. Contoh: جَاءَ الۡفَتَى وَرَأَيۡتُ الۡفَتَى وَمَرَرۡتُ بِالۡفَتَى. Jadi, الۡفَتَى di contoh pertama adalah fa'il marfu', tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf alif. Yang menghalangi dari munculnya adalah ta'adzdzur. Pada contoh kedua, الۡفَتَى adalah maf'ul bih manshub, tanda nashabnya adalah fathah muqaddarah pada huruf alif. Yang menghalangi dari munculnya adalah ta'adzdzur. Pada contoh ketiga, الۡفَتَى adalah majrur, tanda jarnya adalah kasrah muqaddarah pada huruf alif. Yang menghalangi dari munculnya adalah ta'adzdzur.
Semisal ini ada pada fi'il mudhari' mu'tal dengan huruf alif, seperti يَخۡشَى, يَسۡعَى, dan يَرۡضَى dan lain-lain. Harakat yang ditaqdir hanya dhammah dan fathah. Contoh: يَخۡشَى زَيۡدٌ رَبَّهُ dan لَنۡ يَخۡشَى عَدُوَّهُ. Jadi, يَخۡشَى di contoh pertama adalah fi'il mudhari' marfu' karena tidak ada yang menashabkan dan menjazmkan. Tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf alif. Yang menghalangi dari munculnya adalah ta'adzdzur. Dalam contoh kedua, يَخۡشَى dinashab dengan لَنۡ dan tanda nashabnya adalah fathah muqaddarah pada huruf alif. Yang menghalangi dari munculnya adalah ta'adzdzur.
Makna ta'adzdzur adalah bahwa huruf alif asalnya tidak menerima harakat karena keadaan huruf alif selalu disukun.
الۡقِسۡمُ الثَّانِي: مَا يُقَدَّرُ لِلثِّقَلِ، وَذٰلِكَ فِي كُلِّ اسۡمٍ مُعۡرَبٍ آخِرُهُ يَاءٌ سَاكِنَةٌ لَازِمَةٌ مَكۡسُورٌ مَا قَبۡلَهَا -وَيُسَمَّى مَنۡقُوصًا- كَـ(الۡقِاضِي وَالدَّاعِي وَالرَّامِي) وَنَحۡوِ ذٰلِكَ، وَتُقَدَّرُ عَلَيۡهِ حَرَكَتَانِ فَقَطۡ وَهُمَا: الضَّمَّةُ وَالۡكَسۡرَةُ نَحۡوُ: (جَاءَ الۡقَاضِي) وَ(مَرَرۡتُ بِالۡقَاضِي) فَـ(الۡقَاضِي) فِي الۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ: فَاعِلٌ مَرۡفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡيَاءِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ. وَفِي الثَّانِي: مَجۡرُورٌ بِالۡبَاءِ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡكَسۡرَةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡيَاءِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ.
وَأَمَّا الۡفَتۡحَةُ فَإِنَّهَا تَظۡهَرُ فِيهِ لِخِفَّتِهَا نَحۡوُ: (رَأَيۡتُ الۡقَاضِيَ) فَـ(الۡقَاضِيَ) مَفۡعُولٌ بِهِ مَنۡصُوبٌ، وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الۡظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
وَمِثۡلُهُ الۡفِعۡلُ الۡمُضَارِعُ الۡمُعۡتَلُّ بِالۡيَاءِ نَحۡوُ: (يَقۡضِي وَيُعۡطِي وَيَهۡدِي) وَنَحۡوُ ذٰلِكَ، وَالۡمُعۡتَلُّ بِالۡوَاوِ نَحۡوُ: (يَدۡعُو وَيَرۡجُو وَيَسۡمُو) وَنَحۡوُ ذٰلِكَ، وَتُقَدَّرُ فِيهِمَا الضَّمَّةُ فَقَطۡ نَحۡوُ: (يَدۡعُو زَيۡدٌ إِلَى الۡحَقِّ وَيَقۡضِي بِهِ) فَـ(يَدۡعُو) فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ؛ لِتَجَرُّدِهِ عَنِ النَّاصِبِ وَالۡجَازِمِ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡوَاوِ، مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ.
وَ(يَقۡضِي) مَعۡطُوفٌ عَلَى (يَدۡعُو) وَالۡمَعۡطُوفُ عَلَى الۡمَرۡفُوعِ مَرۡفُوعٌ مِثۡلُهُ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى الۡيَاءِ، مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ.
وَأَمَّا الۡفَتۡحَةُ فَإِنَّهَا تَظۡهَرُ عَلَيۡهِمَا لِخِفَّتِهَا أَيۡضًا نَحۡوُ: (لَنۡ يَدۡعُوَ زَيۡدٌ إِلَى الۡبَاطِلِ وَيَقۡضِيَ بِهِ) فَـ(يَدۡعُوَ) فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(لَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ وَمِثۡلُهُ (يَقۡضِيَ).
وَمَعۡنَى الثِّقَلِ: أَنَّ الۡيَاءَ وَالۡوَاوَ يَقۡبَلَانِ الۡحَرَكَةَ، وَلَكِنَّهَا ثَقِيلَةٌ عَلَيۡهِمَا.
2. Perubahan yang ditaqdir karena tsiqal. Perubahan ini terdapat pada setiap isim yang bisa dii'rab yang akhir katanya adalah huruf ya` sakinah (yang disukun) lazimah, huruf sebelum ya` dikasrah. Isim seperti ini dinamakan isim manqush. Contoh: الۡقَاضِي, الدَّاعِي, dan الرَّامِي, dan lain-lain. Hanya dua harakat yang ditaqdir, yaitu: dhammah dan kasrah. Contoh: جَاءَ الۡقَاضِي dan مَرَرۡتُ بِالۡقَاضِي. Jadi, الۡقَاضِي pada contoh pertama adalah fa'il marfu', tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf ya`. Yang menghalangi dari munculnya adalah tsiqal. Adapun pada contoh kedua adalah majrur karena huruf ba`, tanda jarnya adalah kasrah muqaddarah pada huruf ya`. Yang menghalangi dari munculnya adalah tsiqal.
Adapun fathah bisa nampak karena ringan diucapkan. Contoh: رَأَيۡتُ الۡقَاضِيَ. Di sini الۡقَاضِيَ adalah maf'ul bih manshub, tanda nashabnya adalah fathah yang nampak di akhir kata tersebut.
Yang semisal ini terdapat pada fi'il mudhari' mu'tal dengan huruf ya`. Contoh: يَقۡضِي, يُعۡطِي, يَهۡدِي, dan lain-lain. Juga pada fi'il mudhari' mu'tal dengan huruf wawu. Contoh: يَدۡعُو, يَرۡجُو, يَسۡمُو, dan lain-lain. Harakat yang ditaqdir hanya dhammah. Contoh: يَدۡعُو زَيۡدٌ إِلَى الۡحَقِّ وَيَقۡضِي بِهِ. Di sini يَدۡعُو adalah fi'il mudhari' marfu' karena tidak ada yang menashabkan dan menjazmkan. Tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf wawu. Yang menghalangi dari munculnya adalah tsiqal. Dan يَقۡضِي di'athaf ke يَدۡعُو. Yang di'athaf kepada marfu' adalah marfu' juga. Tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf ya`. Yang menghalangi dari munculnya adalah tsiqal.
Adapun fathah bisa nampak pada dua macam fi'il tersebut karena ringan diucapkan. Contoh: لَنۡ يَدۡعُوَ زَيۡدٌ إِلَى الۡبَاطِلِ وَيَقۡضِيَ بِهِ. Di sini يَدۡعُوَ adalah fi'il mudhari' manshub dengan لَنۡ. Tanda nashabnya adalah fathah yang nampak di akhir kata tersebut. Dan يَقۡضِيَ juga seperti itu.
Makna tsiqal adalah bahwa huruf ya` dan wawu keduanya menerima harakat, akan tetapi berat diucapkan.
الۡقِسۡمُ الثَّالِثُ: مَا يُقَدَّرُ لِلۡمُنَاسَبَةِ وَذٰلِكَ فِي كُلِّ اسۡمٍ أُضِيفَ إِلَى يَاءِ الۡمُتَكَلِّمِ مِثۡلِ: (غُلَامِي وَصَدِيقِي وَإِخۡوَانِي) وَنَحۡوِ ذٰلِكَ، وَتُقَدَّرُ عَلَيۡهِ جَمِيعُ حَرَكَاتِ الۡإِعۡرَابِ نَحۡوُ: (جَاءَ غُلَامِي وَرَأَيۡتُ غُلَامِي وَمَرَرۡتُ بِغُلَامِي) فَـ(غُلَامِي) فِي الۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ: فَاعِلٌ مَرۡفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الۡمُقَدَّرَةُ عَلَى مَا قَبۡلَ يَاءِ الۡمُتَكَلِّمِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا اشۡتِغَالُ الۡمَحَلِّ بِحَرَكَةِ الۡمُنَاسِبَةِ. وَ(غُلَام) مُضَافٌ وَيَاءُ الۡمُتَكَلِّمِ مُضَافٌ إِلَيۡهِ، وَفِي الثَّانِي: مَفۡعُولٌ بِهِ مَنۡصُوبٌ وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الۡمُقَدَّرَةُ لِلۡمُنَاسَبَةِ -عَلَى نَحۡوِ مَا تَقَدَّمَ- وَفِي الثَّالِثِ: مَجۡرُورٌ بِالۡبَاءِ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡكَسۡرَةُ الۡمُقَدَّرَةُ لِلۡمُنَاسَبَةِ كَذٰلِكَ.
وَمَعۡنَى الۡمُنَاسَبَةِ: أَنَّ يَاءَ الۡمُتَكَلِّمِ لَا يُنَاسِبُهَا إِلَّا كَسۡرِ الۡحَرۡفِ الَّذِي قَبۡلَهَا وَهُوَ الۡمِيمُ فِي هَٰذِهِ الۡأَمۡثِلَةِ. فَـ(غُلَام) قَبۡلَ الۡإِضَافَةِ كَانَ مُعۡرَبًا بِحَرَكَاتٍ ظَاهِرَةٍ عَلَى الۡمِيمِ نَحۡوُ: (جَاءَ غُلَامٌ وَرَأَيۡتُ غُلَامًا وَمَرَرۡتُ بِغُلَامٍ) فَلَمَّا أُضِيفَ إِلَى يَاءِ الۡمُتَكَلِّمِ كُسِرَتۡ الۡمِيمُ وُجُوبًا؛ مُنَاسَبَةً لِيَاءِ الۡمُتَكَلِّمِ، وَجُعِلَتۡ حَرَكَاتُ الۡإِعۡرَابِ مُقَدَّرَةً عَلَيۡهَا.
3. Perubahan yang ditaqdir untuk mencocokkan. Hal itu terjadi pada setiap isim yang diidhafahkan ke huruf ya` mutakallim. Contoh: غُلَامِي, صَدِيقِي, إِخۡوَانِي, dll. Semua harakat i'rab ditaqdirkan karena hal ini. Contoh: جَاءَ غُلَامِي وَرَأَيۡتُ غُلَامِي وَمَرَرۡتُ بِغُلَامِي. Di sini غُلَامِي pada contoh pertama adalah fa'il marfu', tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf sebelum huruf ya` mutakallim. Yang menghalangi dari munculnya adalah karena tempatnya digunakan oleh harakat yang sesuai. Dan غُلَام adalah mudhaf dan huruf ya` mutakallim adalah mudhaf ilaih. Pada contoh kedua sebagai maf'ul bih manshub, tanda nashabnya adalah fathah muqaddarah untuk munasabah -seperti pada contoh pertama-. Pada contoh ketiga: majrur karena huruf ba`, tanda jarnya adalah kasrah muqaddarah untuk munasabah.
Makna munasabah adalah bahwa huruf ya` mutakallim hanya cocok apabila huruf sebelumnya dikasrah, yaitu huruf mim untuk contoh-contoh di atas. Jadi غُلَام sebelum idhafah adalah mu'rab dengan harakat yang tampak pada huruf mim. Contoh: جَاءَ غُلَامٌ وَرَأَيۡتُ غُلَامًا وَمَرَرۡتُ بِغُلَامٍ. Ketika diidhafahkan ke ya` mutakallim, maka mimnya wajib dikasrah agar mencocoki ya` mutakallim, dan harakat i'rabnya dibuat muqaddarah padanya.
وَأَمَّا الۡبِنَاءُ فَهُوَ لُغَةً: وَضۡعُ شَيۡءٍ عَلَى شَيۡءٍ عَلَى وَجۡهٍ يُرَادُ بِهِ الثُّبُوتُ.
وَاصۡطِلَاحًا: ضِدُّ الۡإِعۡرَابِ وَهُوَ (لُزُومُ آخِرِ الۡكَلِمَةِ حَالَةً وَاحِدَةً) نَحۡوُ: (سِيبَوَيۡهِ) مِنۡ قَوۡلِكَ: (جَاءَ سِيبَوَيۡهِ وَرَأَيۡتُ سِيبَوَيۡهِ وَمَرَرۡتُ بِسِيبَوَيۡهِ) فَـ(سِيبَوَيۡهِ) فِي هَٰذِهِ الۡأَمۡثِلَةِ لَازِمٌ حَالَةً وَاحِدَةً فِي الۡاسۡتِعۡمَالِ وَهِيَ الۡبِنَاءُ عَلَى الۡكَسۡرِ. فَهُوَ مَبۡنِيٌّ عَلَى الۡكَسۡرِ فِي مَحَلِّ رَفۡعٍ فَاعِلٌ كَمَا فِي الۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ، وَفِي مَحَلِّ نَصۡبٍ مَفۡعُولٌ بِهِ كَمَا فِي الۡمِثَالِ الثَّانِي، وَفِي مَحَلِّ جَرٍّ بِالۡحَرۡفِ كَمَا فِي الۡمِثَالِ الثَّالِثِ.
وَمِثۡلُهُ (كَمۡ وَقُمۡ وَهَلۡ) فِي لُزُومِ الۡبِنَاءِ عَلَى السُّكُونِ.
وَ(أَيۡنَ وَقَامَ وَسَوۡفَ) فِي لُزُومِ الۡبِنَاءِ عَلَى الۡفَتۡحِ.
وَ(حَيۡثُ وَمُنۡذُ) فِي لُزُومِ الۡبِنَاءِ عَلَى الضَّمِّ.
وَعُلِمَ مِمَّا تَقَدَّمَ أَنَّ عَلَامَاتِ الۡبِنَاءِ أَرۡبَعٌ، وَهِيَ: السُّكُونُ وَالۡكَسۡرُ وَالۡفَتۡحُ وَالضَّمُّ، وَأَنَّ الۡبِنَاءَ يَكُونُ فِي الۡأَسۡمَاءِ وَالۡأَفۡعَالِ وَالۡحُرُوفِ بِخِلَافِ الۡإِعۡرَابِ، فَإِنَّهُ لَا يَكُونُ إِلَّا فِي الۡأَسۡمَاءِ وَالۡأَفۡعَالِ فَقَطۡ.
Adapun bina` secara bahasa adalah meletakkan sesuatu di atas sesuatu yang lain sehingga kokoh. Adapun secara istilah adalah lawan dari i'rab, yaitu: tetapnya akhir kata itu pada satu keadaan saja. Contoh: سِيبَوَيۡهِ dari ucapanmu: جَاءَ سِيبَوَيۡهِ وَرَأَيۡتُ سِيبَوَيۡهِ وَمَرَرۡتُ بِسِيبَوَيۡهِ. Di sini سِيبَوَيۡهِ tetap pada satu keadaan dalam penggunaannya, dan kata ini bina` di atas kasrah. Kata ini mabni di atas tanda kasrah pada kedudukan rafa' sebagai fa'il sebagaimana pada contoh pertama, pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih sebagaimana pada contoh kedua, dan pada kedudukan jar sebab huruf jar sebagaimana pada contoh ketiga.
Contoh lain: كَمۡ وَقُمۡ وَهَلۡ di dalam tetapnya bina` di atas tanda sukun.
أَيۡنَ وَقَامَ وَسَوۡفَ dalam tetapnya bina` di atas tanda fathah.
حَيۡثُ وَمُنۡذُ dalam tetapnya bina` di atas tanda dhammah.
Dan telah diketahui dari pembahasan yang lalu bahwa tanda-tanda bina` ada empat, yaitu: sukun, kasrah, fathah, dan dhammah. Dan bahwa bina` bisa terjadi pada isim, fi'il, dan huruf. Berbeda dengan i'rab yang hanya terdapat pada isim dan fi'il saja.
فَائِدَةٌ: مَا الۡفَرۡقُ بَيۡنَ الۡإِعۡرَابِ وَالۡمُعۡرَبِ وَالۡبِنَاءِ وَالۡمَبۡنِيِّ؟
الۡجَوَابُ: أَنَّ الۡإِعۡرَابَ هُوَ نَفۡسُ التَّغۡيِيرِ الۡوَاقِعِ فِي آخِرِ الۡكَلِمَةِ مِنۡ رَفۡعٍ إِلَى نَصۡبٍ إِلَى جَرٍّ أَوۡ جَزۡمٍ، وَأَنَّ الۡمُعۡرَبَ هُوَ نَفۡسُ الۡكَلِمَةِ الَّتِي يَقَعُ عَلَيۡهَا هَٰذَا التَّغۡيِيرُ كَمَا تَقَدَّمَ قَبۡلُ فِي كُلٍّ مِنۡ (زَيۡدٌ وَيَذۡهَبُ) فَالتَّغۡيِيرُ الۡوَاقِعُ عَلَيۡهِمَا هُوَ الۡإِعۡرَابُ، وَكُلٌّ مِنۡهُمَا لَفۡظٌ مُعۡرَبٌ.
وَالۡبِنَاءُ هُوَ نَفۡسُ لُزُومِ آخِرِ الۡكَلِمَةِ حَالَةً وَاحِدَةً، وَالۡمَبۡنِيُّ هُوَ نَفۡسُ الۡكَلِمَةِ الَّتِي يَقَعُ عَلَيۡهَا هَٰذَا اللُّزُومُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي (سِيبَوَيۡهِ)، وَاللهُ أَعۡلَمُ.
Faidah: Apa perbedaan antara i'rab dengan mu'rab dan bina` dengan mabni?
Jawab: Bahwa i'rab adalah proses perubahan yang terjadi di akhir kata berupa rafa' ke nashab ke jar atau jazm. Dan mu'rab adalah kata yang mengalami perubahan ini sebagaimana yang telah lewat pada setiap kata (زَيۡدٌ dan يَذۡهَبُ). Jadi perubahan yang terjadi pada keduanya itulah yang namanya i'rab dan setiap dari kedua contoh tersebut adalah lafazh yang mu'rab.
Dan bina` adalah istilah untuk tetapnya akhir kata pada satu keadaan. Adapun mabni adalah kata yang mengalami keadaan tetap tersebut sebagaiamana yang telah lewat pada kata سِيبَوَيۡهِ. Wallahu a'lam.


Lihat pula: