الۡحَدِيثُ الثَّامِنُ وَالثَّمَانُونَ
٨٨ – عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ[1] عَبۡدِ اللهِ بۡنِ زَيۡدٍ الۡجَرۡمِيِّ الۡبَصۡرِيِّ قَالَ: جَاءَنَا مَالِكُ بۡنُ الۡحُوَيۡرِثِ فِي مَسۡجِدِنَا هَٰذَا فَقَالَ: إِنِّي لَأُصَلِّي بِكُمۡ وَمَا أُرِيدُ الصَّلَاةَ، أُصَلِّي كَيۡفَ رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يُصَلِّي.
فَقُلۡتُ لِأَبِي قِلَابَةَ: كَيۡفَ كَانَ يُصَلِّي؟
قَالَ: مِثۡلَ صَلَاةِ شَيۡخِنَا هَٰذَا، وَكَانَ يَجۡلِسُ إِذَا رَفَعَ رَأۡسَهُ مِنَ السُّجُودِ قَبۡلَ أَنۡ يَنۡهَضَ.[2]
أَرَادَ بِشَيۡخِهِمۡ: أَبَا يَزِيدَ، عَمۡرَو بۡنَ سَلَمَةَ الۡجَرۡمِيَّ.
88. Dari Abu Qilabah ‘Abdullah bin Zaid Al-Jarmi Al-Bashri, beliau mengatakan: Malik bin Al-Huwairits datang menemui kami di masjid kami ini seraya berkata: Sungguh aku akan salat mengimami kalian, namun aku tidak bermaksud untuk salat. Aku akan salat sebagaimana aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan salat. Aku bertanya kepada Abu Qilabah: Bagaimana cara salatnya? Beliau menjawab: Seperti salatnya syekh kita ini, beliau duduk ketika mengangkat kepala dari sujud sebelum bangkit berdiri. Yang beliau maksud dengan syekh mereka adalah Abu Yazid ‘Amr bin Salamah Al-Jarmi.
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي:
يَقُولُ أَبُو قِلَابَةَ: جَاءَنَا مَالِكُ بۡنُ الۡحُوَيۡرِثِ أَحَدُ الصَّحَابَةِ فِي مَسۡجِدِنَا، فَقَالَ: إِنِّي جِئۡتُ إِلَيۡكُمۡ لِأُصَلِّي بِكُمۡ صَلَاةً لَمۡ أَقۡصُدِ التَّعَبُّدَ بِهَا، وَإِنَّمَا قَصَدۡتُ تَعۡلِيمَكُمۡ صَلَاةَ النَّبِيِّ ﷺ بِطَرِيقِ عَمَلِيَّةٍ؛ لِيَكُونَ التَّعۡلِيمُ بِصُورَةِ الۡفِعۡلِ أَقۡرَبَ وَأَبۡقَى فِي أَذۡهَانِكُمۡ.
فَقَالَ الرَّاوِيُّ عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ: كَيۡفَ كَانَ مَالِكُ بۡنُ الۡحُوَيۡرِثِ الَّذِي عَلَّمَكُمۡ صَلَاةَ النَّبِيِّ ﷺ يُصَلِّي؟
فَقَالَ: مِثۡلَ صَلَاةِ شَيۡخِنَا أَبِي يَزِيدَ عَمۡرِو بۡنِ سَلَمَةَ الۡجَرۡمِيِّ، وَكَانَ يَجۡلِسُ جَلۡسَةً خَفِيفَةً إِذَا رَفَعَ رَأۡسَهُ مِنَ السُّجُودِ لِلۡقِيَامِ قَبۡلَ أَنۡ يَنۡهَضَ قَائِمًا.
Makna secara umum:
Abu Qilabah mengatakan: Malik bin Al-Huwairits, salah seorang sahabat, datang menemui kami di masjid kami. Beliau berkata: Sungguh aku datang menemui kalian untuk salat mengimami kalian suatu salat yang tidak aku maksudkan untuk beribadah dengannya. Aku hanya bermaksud untuk mengajari kalian salatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan metode praktek supaya pengajaran dengan bentuk perbuatan lebih dekat dan lebih menancap di pikiran kalian.
Periwayat dari Abu Qilabah mengatakan: Bagaimana Malik bin Al-Huwairits mengajari kalian salat yang biasa dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Beliau mengatakan: Seperti salatnya syekh kami Abu Yazid ‘Amr bin Salamah Al-Jarmi. Beliau duduk sebentar ketika mengangkat kepalanya dari sujud untuk berdiri sebelum bangkit berdiri.
اخۡتِلَافُ الۡعُلَمَاءِ:
الۡجَلۡسَةُ الۡمُشَارُ إِلَيۡهَا فِي هَٰذَا الۡحَدِيثِ هِيَ مَا تُسَمَّى عِنۡدَ الۡعُلَمَاءِ بِجَلۡسَةِ الۡاسۡتِرَاحَةِ.
وَلَا خِلَافَ عِنۡدَهُمۡ فِي إِبَاحَتِهَا، وَإِنَّمَا الۡخِلَافُ فِي اسۡتِحۡبَابِهَا.
فَذَهَبَ إِلَى اسۡتِحۡبَابِهَا الشَّافِعِيُّ فِي الۡمَشۡهُورِ مِنۡ مَذۡهَبِهِ، وَأَحۡمَدُ فِي إِحۡدَى الرِّوَايَتَيۡنِ عَنۡهُ، وَاخۡتَارَهَا مِنۡ أَصۡحَابِهِ الۡخَلَّالُ لِهَٰذَا الۡحَدِيثِ الصَّحِيحِ.
وَذَهَبَ إِلَى عَدَمِ اسۡتِحۡبَابِهَا مِنَ الصَّحَابَةِ عُمَرُ، وَعَلِيٌّ، وَابۡنُ مَسۡعُودٍ، وَابۡنُ عُمَرَ، وَابۡنُ الۡعَبَّاسِ.
وَمِنَ الۡمُحَدِّثِينَ: الثَّوۡرِيُّ، وَإِسۡحَاقُ.
وَمِنَ الۡأَئِمَّةِ: أَبُو حَنِيفَةَ، وَمَالِكٌ، وَهُوَ الۡمَشۡهُورُ مِنۡ مَذۡهَبِ أَحۡمَدَ وَقَالَ أَكۡثَرُ الۡأَحَادِيثِ عَلَى هَٰذَا يَعۡنِي: (تَرَكَهَا).
قَالَ التِّرۡمِذِيُّ: وَعَلَيۡهِ الۡعَمَلُ عِنۡدَ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ، وَقَالَ أَبُو الزِّنَادِ: تِلۡكَ السُّنَّةُ.
وَمَالَ بَعۡضُ الۡعُلَمَاءِ إِلَى فِعۡلِهَا عِنۡدَ الۡحَاجَةِ إِلَيۡهَا، مِنۡ كِبَرٍ أَوۡ ضَعۡفٍ، جَمۡعًا بَيۡنَ الۡأَدِلَّةِ.
قَالَ ابۡنُ قُدَامَةَ فِي الۡمُغۡنِي: وَهَٰذَا فِيهِ جَمۡعٌ بَيۡنَ الۡأَخۡبَارِ، وَتَوَسُّطٌ بَيۡنَ الۡقَوۡلَيۡنِ.
Perselisihan ulama:
Duduk yang diisyaratkan di dalam hadis ini adalah duduk yang ulama namakan dengan duduk istirahat. Tidak ada perselisihan menurut para ulama tentang kebolehannya. Hanya saja ada perselisihan dalam disukainya duduk ini.
- Yang berpendapat duduk ini disukai adalah Asy-Syafi’i dalam mazhab beliau yang masyhur, Ahmad dalam salah satu dari dua riwayat dari beliau, dan dipilih oleh sebagian pengikutnya yaitu Al-Khallal berdasarkan hadis sahih ini.
- Yang berpendapat duduk ini tidak disunahkan, dari kalangan sahabat adalah ‘Umar, ‘Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, dan Ibnu ‘Abbas. Dari kalangan ahli hadits adalah Ats-Tsauri dan Ishaq. Dari kalangan imam ahli fikih adalah Abu Hanifah, Malik, dan yang masyhur dalam mazhab Ahmad. Ahmad berkata: Kebanyakan hadis-hadis mengenai ini adalah tidak melakukan duduk ini. At-Tirmidzi mengatakan: Atas dasar itulah pengamalan hal ini menurut ahli ilmu. Abuz Zinad berkata: Itu (tidak mengerjakan duduk istirahat) adalah sunah.
- Sebagian ulama cenderung untuk mengerjakannya apabila ada kebutuhan, berupa usia tua atau kondisi fisik lemah, dalam rangka mengumpulkan dalil-dalil yang ada. Ibnu Qudamah berkata di dalam Al-Mughni: Ini merupakan pengumpulan antara beberapa pengabaran dan sikap tengah-tengah di antara dua pendapat.
مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:
١ – اسۡتِحۡبَابُ جَلۡسَةِ الۡاسۡتِرَاحَةِ، وَتَقَدَّمَ أَنَّ الصَّحِيحَ اسۡتِحۡبَابُهَا لِلۡحَاجَةِ.
٢ – أَنَّ مَوۡضِعَهَا عِنۡدَ النُّهُوضِ مِنَ السُّجُودِ إِلَى الۡقِيَامِ.
٣ – أَنَّ الۡقَصۡدَ مِنۡهَا الۡاسۡتِرَاحَةُ لِبُعۡدِ السُّجُودِ مِنَ الۡقِيَامِ؛ لِذَا لَمۡ يُشۡرَعۡ لَهَا تَكۡبِيرٌ وَلَا ذِكۡرٌ.
٤ – جَوَازُ التَّعۡلِيمِ بِالۡفِعۡلِ؛ لِيَكُونَ أَبۡقَى فِي ذِهۡنِ الۡمُتَعَلِّمِ.
٥ – جَوَازُ فِعۡلِ الۡعِبَادَةِ لِأَجۡلِ التَّعۡلِيمِ، وَأَنَّهُ لَيۡسَ مِنَ التَّشۡرِيكِ فِي الۡعَمَلِ فَإِنَّ الۡأَصۡلَ الۡبَاعِثَ عَلَى هَٰذِهِ الصَّلَاةِ هُوَ إِرَادَةُ التَّعۡلِيمِ، وَهُوَ قُرۡبَةٌ كَمَا أَنَّ الصَّلَاةَ قُرۡبَةٌ.
Faedah hadits ini:
- Disukainya duduk istirahat. Dan telah berlalu bahwa yang sahih adalah disukai ketika ada kebutuhan.
- Letak duduk istirahat adalah ketika bangkit dari sujud menuju berdiri.
- Tujuan duduk istirahat ini di antaranya karena jauhnya posisi sujud dari berdiri, oleh karena itu tidak disyariatkan takbir dan zikir.
- Bolehnya pengajaran dengan praktek supaya lebih mantap di benak pikiran orang yang belajar.
- Bolehnya mengerjakan amal ibadah untuk tujuan pengajaran. Dan itu bukan termasuk penyekutuan dalam amal karena faktor pendorong asal salat ini adalah keinginan untuk pengajaran yang merupakan perbuatan mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana bahwa salat itu pun juga perbuatan mendekatkan diri kepada Allah.
[1] هَٰذَا الۡحَدِيثُ هُوَ مِنۡ أَفۡرَادِ الۡبُخَارِيِّ، قَالَ عَبۡدُ الۡحَقِّ فِي (الۡجَمۡعِ بَيۡنَ الصَّحِيحَيۡنِ): لَمۡ يُخۡرِجۡ (مُسۡلِمٌ) هَٰذَا الۡحَدِيثَ، وَسَهَا الۡمُصَنِّفُ فِي إِيرَادِهِ مِنَ الۡمُتَّفَقِ عَلَيۡهِ.
[2] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٦٧٧) فِي الۡأَذَانِ (٨٢٤)، وَمُسۡلِمٌ (٣٩١) فِي الصَّلَاةِ، وَرَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ (٨٤٢) فِي الصَّلَاةِ.