Tokoh kita kali ini adalah seorang yang dihormati di masa jahiliyahnya dan di masa Islam. Ia dahulunya adalah seorang hakim yang memutuskan perkara orang-orang yang bersengketa. Beliau adalah Al Aqra’ bin Haabis. Nama panjang beliau adalah Al Aqra’ bin Haabis bin Aqqal bin Muhammad bin Sufyan bin Mujaasyi’ At Tamimi Al Mujasi’i Ad Darimi. Ibnu Duraid berkata: Nama asli Al Aqra’ bin Haabis adalah Firas. Beliau disebut Al Aqra’ karena ada kebotakan di kepala beliau. Sebelum masuk Islam, Aqra’ adalah seorang penyembah api (majusy).
Aqra’ adalah salah seorang pembesar Bani Tamim yang merupakan utusan kaumnya, Bani Tamim, kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamanya ada Utharid bin Hajib, Qais bin ‘Ashim, Zabraqaan bin Badr, Uyainah bin Hishn, dan sejumlah besar dari Bani Tamim yang berjumlah kurang lebih 70 sampai 80 orang. Mereka masuk ke masjid lalu memanggil dengan suara keras agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dari kamar beliau.
“Wahai Muhammad!” Tatkala Rasul telah keluar menemui mereka, mereka lantas berkata, “Wahai Muhammad, kami datang dengan memberikan kebanggaan (نفاخرك) untukmu.” Hal ini membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa terganggu dan tidak senang dengan perbuatan tersebut. Atas merekalah turun ayat Allah dalam surat Al Hujurat ayat keempat
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِن وَرَآءِ ٱلْحُجُرَٰتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu dari belakang kamar-kamar mayoritasnya adalah orang yang tidak berakal.” [Q.S. Al Hujurat: 4]
Dalam kesempatan tersebut, para utusan Bani Tamim kemudian bersedia masuk Islam dan mulai mempelajari Al Quran serta permasalahan agama kepada Rasulullah selama beberapa saat lamanya. Setelah sekian lamanya mereka belajar kepada Rasulullah, pulanglah rombongan utusan tersebut kepada kaumnya.
Ada satu kisah menarik tentang beliau yang disebutkan oleh Abu Hurairah. Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium kedua cucunya, Hasan dan Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib. Maka Al Aqra’ bin Habis melihat apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu. Ia pun mengatakan, “Sesungguhnya, aku memiliki sepuluh anak. Dan aku belum pernah mencium seorang pun di antara mereka.” Mendengar penuturan Al Aqra’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda yang artinya, “Barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak disayangi.” Demikianlah Rasulullah mengajari Aqra’ akan arti kasih sayang dan ciuman kepada anak. Tentu sikap Rasulullah ini merupakan perkara baru bagi Aqra’ yang tidak biasa melakukannya. Bahwa penting untuk diketahui akan besarnya nilai kasih sayang kepada anak.
Perang yang Diikuti
Aqra’ bin Habis termasuk sahabat yang ikut menyaksikan Peristiwa Fathu Makkah, Perang Hunain, dan Perang Thaif. Perang-perang ini adalah perang yang beliau ikuti di masa Nabi masih hidup. Berhubung Aqra adalah salah seorang pemimpin kaum dan baru saja masuk Islam, maka untuk melunakkan hatinya, Rasul memberikan ghanimah kepadanya dalam jumlah yang besar saat terjadi perang Hunain. Beliau termasuk mualafatu qulubuhum. Masing-masing mereka mendapatkan ghanimah sebanyak 100 ekor unta. Mereka adalah Aqra’ bin Habis, Abu Sufyan, Suhail bin Amr, Uyainah bin Hishn, dan yang lainnya. Pernah pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan kiriman potongan emas dari negeri Yaman dari Ali bin Abi Thalib. Lalu beliau membagi emas tersebut kepada empat orang, salah satunya adalah Aqra’ bin Habis. Beliau juga ikut serta dalam perang Yamamah dan perang-perang setelahnya yang dipimpin oleh Khalid bin Al Walid termasuk saat penaklukan wilayah Anbar di Negeri Irak. Beliau ikut serta pula dalam perang Dumatul Jandal di bawah pimpinan Surahbil bin Hasanah. Kehidupan Aqra’ berakhir di dalam medan perang. Saat terjadi perang Yarmuk, Aqra’ terbunuh bersama sepuluh anak-anaknya. Radhiyallah anhu, semoga Allah meridhainya. [Ustadz Hammam]
Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 65 vol.06 1438H-2017M rubrik Figur.