٤٠ - بَابُ حُرۡمَةِ مَكَّةَ
40. Bab kesucian Makkah
٢٢٥ - عَنۡ أَبِي شُرَيۡحٍ - خُوَيۡلِدِ بۡنِ عَمۡرٍو الۡخُزَاعِيِّ الۡعَدَوِيِّ - رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، أَنَّهُ قَالَ لِعَمۡرِو بۡنِ سَعِيدِ بۡنِ الۡعَاصِ - وَهُوَ يَبۡعَثُ الۡبُعُوثَ إلَى مَكَّةَ: ائۡذَنۡ لِي أَيُّهَا الۡأَمِيرُ، أَنۡ أُحَدِّثَكَ قَوۡلًا قَامَ بِهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ الۡغَدَ مِنۡ يَوۡمِ الۡفَتۡحِ، فَسَمِعَتۡهُ أُذُنَايَ، وَوَعَاهُ قَلۡبِي، وَأَبۡصَرَتۡهُ عَيۡنَايَ، حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ، أَنَّهُ حَمِدَ اللهَ وَأَثۡنَى عَلَيۡهِ، ثُمَّ قَالَ: (إنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللهُ تَعَالَى يَوۡمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالۡأَرۡضَ، وَلَمۡ يُحَرِّمۡهَا النَّاسُ، فَلَا يَحِلُّ لِامۡرِئٍ يُؤۡمِنُ بِاللهِ وَالۡيَوۡمِ الۡآخِرِ أَنۡ يَسۡفِكَ بِهَا دَمًا، وَلَا يَعۡضِدَ بِهَا شَجَرَةً، فَإِنۡ أَحَدٌ تَرَخَّصَ بِقِتَالِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِيهَا، فَقُولُوا: إنَّ اللهَ قَدۡ أَذِنَ لِرَسُولِهِ، وَلَمۡ يَأۡذَنۡ لَكُمۡ. وَإِنَّمَا أُذِنَ لِرَسُولِهِ سَاعَةً مِنۡ نَهَارٍ، وَقَدۡ عَادَتۡ حُرۡمَتُهَا الۡيَوۡمَ كَحُرۡمَتِهَا بِالۡأَمۡسِ، فَلۡيُبَلِّغۡ الشَّاهِدُ الۡغَائِبَ) فَقِيلَ لأَبِي شُرَيۡحٍ: مَا قَالَ لَكَ عَمۡرٌو؟ قَالَ: أَنَا أَعۡلَمُ بِذٰلِكَ مِنۡكَ يَا أَبَا شُرَيۡحٍ، إنَّ الۡحَرَمَ لا يُعِيذُ عَاصِيًا، وَلَا فَارَّاً بِدَمٍ، وَلَا فَارًّا بِخَرۡبَةٍ.
الۡخَرۡبَةُ: بِالۡخَاءِ الۡمُعۡجَمَةِ وَالرَّاءِ الۡمُهۡمَلَةِ، قِيلَ: الۡخِيَانَةُ، وَقِيلَ الۡبَلِيَّةُ، وَقِيلَ: التُّهۡمَةُ. وَأَصۡلُهَا فِي سُرۡقَةِ الۡإِبِلِ، قَالَ الشَّاعِرُ: (وَالۡخَارِبُ اللِّصُّ يُحِبُّ الۡخَارِبَا).
225. Dari Abu Syuraih Khuwailid bin ‘Amr Al-Khuza’i Al-‘Adawi radhiyallahu ‘anhu: Bahwa beliau berkata kepada ‘Amr bin Sa’id bin Al-‘Ash–beliau adalah orang yang mengirimkan pasukan ke Makkah-: Izinkan aku, wahai amir, untuk menceritakan kepadamu suatu ucapan yang pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan pada pagi hari Fathu Makkah. Kedua telingaku mendengarnya, hatiku menghafalnya, dan kedua mataku melihatnya ketika beliau mengucapkannya. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bersabda, “Sesungguhnya Makkah telah Allah sucikan pada hari Allah menciptakan langit-langit dan bumi, dan bukan manusia yang menjadikannya kota suci. Maka, tidak halal bagi seorang pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menumpahkan darah di sana dan memotong pohon di sana. Jika ada seseorang yang menganggap bolehnya dengan alasan peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sana, maka katakanlah: Sesungguhnya Allah telah mengizinkan untuk Rasul-Nya dan tidak mengizinkan untuk kalian. Allah hanya mengizinkan untukku sesaat di siang hari, kemudian kesuciannya telah kembali pada hari ini seperti kesuciannya kemarin. Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.”
Ada yang bertanya kepada Abu Syuraih: Apa yang dikatakan ‘Amr kepadamu? Beliau berkata: Aku lebih tahu daripada engkau wahai Abu Syuraih. (Kesucian Makkah) tidak melindungi orang yang bermaksiat, tidak pula orang yang kabur karena membunuh, dan tidak pula orang yang kabur karena mencuri.[1]
Kharbah dengan huruf kha dengan titik dan huruf ra tanpa titik. Ada yang berkata artinya adalah pengkhianatan dan ada yang berkata artinya adalah cobaan. Ada pula yang berkata bahwa artinya adalah tuduhan. Asalnya pada pencurian unta. Seorang penyair berkata: وَالۡخَارِبُ اللِّصُّ يُحِبُّ الۡخَارِبَا.
٢٢٦ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ - يَوۡمَ فَتۡحِ مَكَّةَ: (لَا هِجۡرَةَ بَعۡدَ الۡفَتۡحِ وَلَكِنۡ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ. وَإِذَا اُسۡتُنۡفِرۡتُمۡ فَانۡفِرُوا)، وَقَالَ يَوۡمَ فَتۡحِ مَكَّةَ: (إنَّ هَٰذَا الۡبَلَدَ حَرَّمَهُ اللهُ يَوۡمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالۡأَرۡضَ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرۡمَةِ اللهِ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ لَمۡ يَحِلَّ الۡقِتَالُ فِيهِ لِأَحَدٍ قَبۡلِي، وَلَمۡ يَحِلَّ لِي إِلَّا سَاعَةً مِنۡ نَهَارٍ – وَهِيَ سَاعَتِي هَٰذِهِ - فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرۡمَةِ اللهِ إلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، لَا يُعۡضَدُ شَوۡكُهُ، وَلَا يُنَفَّرُ صَيۡدُهُ، وَلَا يَلۡتَقِطُ لُقَطَتَهُ إِلَّا مَنۡ عَرَّفَهَا، وَلَا يُخۡتَلَى خَلَاهُ) فَقَالَ الۡعَبَّاسُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِلَّا الۡإِذۡخِرَ، فَإِنَّهُ لِقَيۡنِهِمۡ وَبُيُوتِهِمۡ، فَقَالَ: (إِلَّا الۡإِذۡخِرَ).
الۡقَيۡنُ: الۡحَدَّادُ.
226. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada hari Fathu Makkah, “Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah ini, akan tetapi (yang tetap ada adalah) jihad dan niat. Apabila kalian diminta untuk pergi berjihad (oleh penguasa), maka berangkatlah.”
Beliau juga bersabda pada hari Fathu Makkah, “Sesungguhnya kota ini telah Allah sucikan pada hari Allah ciptakan langit-langit dan bumi. Maka, kota ini suci karena kesucian yang Allah berikan sampai hari kiamat. Di dalam kota ini, peperangan tidak halal bagi seorang pun sebelumku. Juga tidak dihalalkan untukku kecuali hanya sesaat di siang hari. Yaitu saat ini. Maka, kota ini suci karena kesucian yang Allah berikan sampai hari kiamat. Durinya tidak boleh dipatahkan, binatang buruannya tidak boleh diusir, barang tercecernya tidak boleh diambil kecuali bagi yang mengumumkannya, dan rerumputannya tidak boleh dicabut.”
Al-‘Abbas mengatakan: Wahai Rasulullah, kecuali idzkhir, karena itu dibutuhkan untuk pandai besi dan rumah-rumah mereka. Beliau bersabda, “Kecuali idzkhir.”[2]
Al-qain adalah pandai besi.
[1] HR. Al-Bukhari nomor 104, 1832, 4295, dan Muslim nomor 1354.