Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4251

٤٥ - بَابُ عُمۡرَةِ الۡقَضَاءِ
45. Bab umrah al-qadha`

ذَكَرَهُ أَنَسٌ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.
Hal itu disebutkan oleh Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
٤٢٥١ - حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ مُوسَى، عَنۡ إِسۡرَائِيلَ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ، عَنِ الۡبَرَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا اعۡتَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ فِي ذِي الۡقَعۡدَةِ، فَأَبَى أَهۡلُ مَكَّةَ أَنۡ يَدَعُوهُ يَدۡخُلُ مَكَّةَ، حَتَّى قَاضَاهُمۡ عَلَى أَنۡ يُقِيمَ بِهَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، فَلَمَّا كَتَبُوا الۡكِتَابَ، كَتَبُوا: هَٰذَا مَا قَاضَى عَلَيۡهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ، قَالُوا: لَا نُقِرُّ بِهَٰذَا، لَوۡ نَعۡلَمُ أَنَّكَ رَسُولُ اللهِ مَا مَنَعۡنَاكَ شَيۡئًا، وَلَٰكِنۡ أَنۡتَ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ. فَقَالَ: (أَنَا رَسُولُ اللهِ، وَأَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ). ثُمَّ قَالَ لِعَلِيِّ (امۡحُ رَسُولَ اللهِ). قَالَ عَلِيٌّ: لَا وَاللهِ لَا أَمۡحُوكَ أَبَدًا، فَأَخَذَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الۡكِتَابَ وَلَيۡسَ يُحۡسِنُ يَكۡتُبُ، فَكَتَبَ: هَٰذَا مَا قَاضَى عَلَيۡهِ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ، لَا يُدۡخِلُ مَكَّةَ السِّلَاحَ إِلَّا السَّيۡفَ فِي الۡقِرَابِ، وَأَنۡ لَا يَخۡرُجَ مِنۡ أَهۡلِهَا بِأَحَدٍ إِنۡ أَرَادَ أَنۡ يَتۡبَعَهُ، وَأَنۡ لَا يَمۡنَعَ مِنۡ أَصۡحَابِهِ أَحَدًا إِنۡ أَرَادَ أَنۡ يُقِيمَ بِهَا.
4251. ‘Ubaidullah bin Musa telah menceritakan kepadaku dari Isra`il, dari Abu Ishaq, dari Al-Bara` radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan umrah di bulan Zulkaidah, penduduk (kafir) Makkah tidak mau membiarkan beliau untuk masuk Makkah. Sehingga Nabi membuat perjanjian dengan mereka bahwa (tahun depan) beliau bisa masuk dan tinggal di Makkah selama tiga hari.
Ketika mereka (kaum muslimin) menulis tulisan (perjanjian), mereka menulis: Ini perjanjian yang dibuat oleh Muhammad Rasulullah. Mereka (orang-orang kafir) berkata, “Kami tidak mengakuinya. Kalau kami mengetahui bahwa engkau adalah rasul Allah, niscaya kami tidak akan menghalangimu sedikit pun. Akan tetapi (tulislah) bahwa engkau Muhammad bin ‘Abdullah.”
Nabi bersabda, “Aku adalah Rasulullah dan aku adalah Muhammad bin ‘Abdullah.” Kemudian beliau berkata kepada ‘Ali, “Hapuslah (tulisan) Rasulullah!”
‘Ali berkata, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan menghapus engkau selama-lamanya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil tulisan itu namun beliau tidak pandai baca tulis. Lalu beliau menulis: Ini adalah perjanjian yang dibuat oleh Muhammad bin ‘Abdullah. Yaitu tidak boleh membawa senjata masuk ke Makkah kecuali sebilah pedang di dalam sarungnya; tidak boleh seorang pun membawa anggota keluarganya (yang laki-laki) yang ingin mengikutinya keluar (Makkah); dan tidak boleh menghalangi seorang pun dari sahabatnya jika dia ingin tetap tinggal di Makkah.
فَلَمَّا دَخَلَهَا وَمَضَى الۡأَجَلُ أَتَوۡا عَلِيًّا، فَقَالُوا: قُلۡ لِصَاحِبِكَ: اخۡرُجۡ عَنَّا، فَقَدۡ مَضَى الۡأَجَلُ. فَخَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ، فَتَبِعَتۡهُ ابۡنَةُ حَمۡزَةَ، تُنَادِي: يَا عَمِّ يَا عَمِّ، فَتَنَاوَلَهَا عَلِيٌّ فَأَخَذَ بِيَدِهَا، وَقَالَ لِفَاطِمَةَ عَلَيۡهَا السَّلَامُ: دُونَكِ ابۡنَةَ عَمِّكِ؛ حَمَلَتۡهَا، فَاخۡتَصَمَ فِيهَا عَلِيٌّ وَزَيۡدٌ وَجَعۡفَرٌ، قَالَ عَلِيٌّ: أَنَا أَخَذۡتُهَا، وَهِيَ بِنۡتُ عَمِّي. وَقَالَ جَعۡفَرٌ: ابۡنَةُ عَمِّي وَخَالَتُهَا تَحۡتِي. وَقَالَ زَيۡدٌ: ابۡنَةُ أَخِي، فَقَضَى بِهَا النَّبِيُّ ﷺ لِخَالَتِهَا، وَقَالَ: (الۡخَالَةُ بِمَنۡزِلَةِ الۡأُمِّ). وَقَالَ لِعَلِيٍّ: (أَنۡتَ مِنِّي وَأَنَا مِنۡكَ). وَقَالَ لِجَعۡفَرٍ: (أَشۡبَهۡتَ خَلۡقِي وَخُلُقِي). وَقَالَ لِزَيۡدٍ: (أَنۡتَ أَخُونَا وَمَوۡلَانَا). وَقَالَ عَلِيٌّ: أَلَا تَتَزَوَّجُ بِنۡتَ حَمۡزَةَ؟ قَالَ: (إِنَّهَا ابۡنَةُ أَخِي مِنَ الرَّضَاعَةِ). [طرفه في: ٤٢٥١].
(Setahun setelah itu) ketika beliau telah masuk Makkah dan masa tinggal telah habis, mereka (orang-orang kafir) datang kepada ‘Ali. Mereka berkata, “Katakan kepada sahabatmu: Keluar dari tempat kami karena masa tinggal telah habis.” 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar Makkah, namun putri Hamzah mengikutinya seraya memanggil, “Wahai paman, wahai paman.” 
‘Ali pun menggandeng dan memegang tangannya. Beliau berkata kepada Fathimah ‘alaihas salam, “Ambillah putri pamanmu!” Fathimah pun menggendongnya. 
Lalu ‘Ali, Zaid, dan Ja’far bertikai dalam masalah pengasuhan putri Hamzah. ‘Ali berkata, “Aku yang mengambilnya dan dia adalah putri pamanku.” 
Ja’far berkata, “Dia putri pamanku dan bibinya dari garis ibu (saudara perempuan ibu) adalah istriku.” 
Zaid berkata, “Dia putri saudaraku.” 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan pengasuhan putri Hamzah untuk bibinya dari garis ibu dan bersabda, “Bibi (saudara perempuan ibu) berkedudukan seperti ibu.” 
Nabi bersabda kepada ‘Ali, “Engkau dariku dan aku darimu.” 
Nabi bersabda kepada Ja’far, “Engkau menyerupai fisik dan perangaiku.” 
Nabi bersabda kepada Zaid, “Engkau saudara dan maula kami.” 
‘Ali bertanya, “Tidakkah engkau menikahi putri Hamzah?” 
Nabi menjawab, “Sesungguhnya dia adalah putri saudara sesusuanku.”