Cari Blog Ini

Ma Hiya As-Salafiyyah? - Sebagian Karakteristik Manhaj Salaf (1)

Bab Keenam: Penyebutan Sebagian Ciri dan Karakteristik Manhaj Salaf atau Dakwah Salafiyyah 


Telah tetap pada pembahasan yang telah lalu bahwa ajaran salaf adalah jalan yang lurus. Siapa saja yang menempuhnya akan selamat dan siapa saja yang meninggalkannya akan sesat dan menyimpang. Kita berlindung kepada Allah. Karena itu, ini adalah manhaj/metode yang diberkahi. Dakwah yang diberkahi ini memiliki sangat banyak keistimewaan dan ciri yang menonjol. Ringkasnya adalah ciri dan karakteristik dakwah dan manhaj Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau sepeninggal beliau, bukan yang lain. 

Di antara ciri manhaj atau dakwah salafiyyah ini adalah: 
  1. mewujudkan peribadahan untuk Allah jalla wa ‘ala
  2. mewujudkan pemurnian sikap mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
  3. menetapi pemahaman salaf saleh radhiyallahu ‘anhum terhadap dalil-dalil syariat dan tidak keluar dari pemahaman mereka, 
  4. waspada dan memperingatkan dari bidah dan pengusungnya, 
  5. pertengahan antara sikap berlebih-lebihan dan kasar, 
  6. kokoh di atas kebenaran, 
  7. bersemangat untuk bersatu di atas kebenaran dan dengan cara yang benar, 
  8. meninggalkan perpecahan dan perselisihan, 
  9. bersemangat untuk menghasilkan ilmu yang bermanfaat, menyebarkannya di tengah manusia, mengajak mereka kepadanya, serta sabar terhadap gangguan dalam melakukan hal itu, 
  10. mengamalkan ilmu. 

Ciri-ciri ini—wahai saudara yang aku cintai—dalilnya banyak bagi siapa saja yang merenungi nas-nas Alquran dan Sunah serta perjalanan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara dalil yang mengumpulkan ciri-ciri tadi adalah sebuah hadis yang agung dan mulia. Yaitu hadis Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu—yang telah lewat bersama kita lebih dari sekali—dan dalam pengulangan hadis tersebut ada faedahnya. Al-‘Irbadh radhiyallahu ‘anhu berkata: 
وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ مَوۡعِظَةً وَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ، وَذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡعُيُونُ، فَقُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوۡعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوۡصِنَا، قَالَ: (أُوصِيكُمۡ بِتَقۡوَىٰ اللهِ، وَالسَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنۡ تَأَمَّرَ عَلَيۡكَ عَبۡدٌ؛ فَإِنَّهُ مَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ فَسَيَرَىٰ اخۡتِلَافًا كَثِيرًا؛ فَعَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ). 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi wejangan yang membuat hati bergetar dan air mata berlinang. 

Kami berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan. Berilah wasiat kepada kami.” 

Nabi bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meski yang memimpinmu adalah seorang budak. Karena siapa saja yang hidup di antara kalian, maka dia akan melihat banyak perselisihan. Sehingga wajib bagi kalian untuk memegang sunahku dan sunah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi-gigi geraham. Hati-hatilah kalian dari perkara agama yang diada-adakan karena setiap bidah adalah kesesatan.” 

Perhatikanlah bersamaku, semoga Allah memberkahimu, kandungan hadis ini berupa faedah-faedah yang menampakkan ciri-ciri manhaj salaf ini: 

Dalam hadis ini ada wasiat takwa kepada Allah azza wajalla. Dalam pelaksanaan wasiat ini akan mewujudkan penghambaan kepada Allah jalla wa ‘ala

Dalam hadis ini ada wasiat menetapi sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada pelaksanaan wasiat ini ada pemurnian sikap meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dalam hadis ini ada wasiat perintah untuk menetapi sunah para khalifah yang lurus. Pada pelaksanaan hal itu ada perwujudan sikap menetapi pemahaman salaf radhiyallahu ‘anhum sebagaimana telah berlalu. 

Dalam hadis ini ada peringatan berhati-hati dari bidah. Pada pelaksanaannya ada perwujudan waspada dari bidah dan berhati-hati dari bidah dan pengusungnya. 

Dalam hadis ini pula, bahwa siapa saja yang menetapi sunah dengan pemahaman salaf, maka dia mewujudkan sikap pertengahan yang sesuai syariat dan hakiki di antara sikap melampaui batas dan kasar. Hal itu juga merupakan sikap pertengahan dari dua sisi yang saling berlawanan. 

Dalam hadis ini pula ada peringatan agar menjauhi perpecahan dan perselisihan yang tercela berdasar sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Maka dia akan melihat banyak perselisihan.” Jadi siapa yang tetap bersama salaf, dia akan selamat dari perselisihan yang banyak. 

Ini adalah pengarahan kenabian yang mengandung nas dan kesimpulan berupa perintah untuk bersatu padu dengan cara yang benar, di atas kebenaran, dan untuk kebenaran berdasar sabda beliau, “Maka wajib bagi kalian untuk memegang sunahku… gigitlah.” 

Termasuk hal yang diketahui dengan jelas bahwa tidak mungkin menerapkan makna-makna ini dan menampakkannya kecuali dengan ilmu syariat yang bermanfaat. 

Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata, “Kebaikan, kebahagiaan, kelayakan, dan kesempurnaan terbatas pada dua jenis, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.”[1]


[1] Majmu’ Fatawa Syaikh Al-Islam (19/169).