Cari Blog Ini

Ayat Kursi Akhir Hidupnya

Dahulu kala negeri Syam sangat produktif melahirkan ulama-ulama besar. Di antara sekian banyak ulama terdahulu dari negeri ini lahir di kota Halab. Adapun sekarang kota ini lebih dikenal dengan nama Kota Aleppo. Aleppo adalah sebuah kota kuno besar dan merupakan salah satu kota tertua di dunia. Di kota inilah dahulu terlahir seorang ulama pakar hadis yang bernama Al Mizzi Yusuf bin Abdurrahman bin Yusuf Abul Hajjaj Jamaluddin Al Kalbi Al Mizzi rahimahullah. Ulama yang populer dengan sebutan Al Mizzi ini lahir pada 10 Rabiul Awwal tahun 654 di Kota Halab. Namun beliau tumbuh dan berkembang di Kota Mizzah dekat Damaskus hingga beliau dinisbatkan kepada kota tersebut. 

PERJALANAN MENUNTUT ILMU 


Sejak kecil Al Mizzi sudah hafal Al Quran dengan hafalan yang baik lagi kuat. Pengalaman pertama kali belajar beliau jalani pada tahun 675 H dan banyak mengambil ilmu dari Ahmad bin Abil Khair Ad Dimasyqi Al Hambali. Sejak saat itulah Al Mizzi memiliki antusias yang menjulang tinggi untuk mendalami ilmu hadis. Selain itu beliau juga belajar kepada Al Muslim bin ‘Alan, Al Fahr bin Al Bukhar, Muhyiddin An Nawawi, dan yang lainnya. Yang menakjubkan adalah beliau meriwayatkan hadis sendiri dari para ulama. 

Kemudian setelahnya belajar kitab-kitab induk seperti As Sunnah, Al Musnad, Al Mu’jamul Kabir, Tarikhul Khatib, An Nasab karya Az Zubair, Al Mustakhraj ala Muslim, Al Hilyah, Ad Dalail, Muwatha dan masih banyak yang lainnya. Al Mizzi sempat melakukan perjalanan panjang dalam periwayatan hadis seperti ulama salaf pada umumnya. Berbagai negeri Islam pernah dijelajahi seperti Haramain, Mesir, Halab, Iskandariyah, Himsh, Ba’labak, Bilbis, dan selainnya. Di sana beliau menguatkan ilmu-ilmu dasar seperti bahasa, tashrif, atau yang semisalnya. Oleh karenanya beliau sangat ahli dalam ilmu bahasa, hadis, dan para perawinya. 

Jika ditotal jumlah guru beliau kurang lebih seribu ulama dari berbagai penjuru negeri. Seperti Abul Abbas bin Salamah, Ismail bin Al Asqalani, Ibnu Abi Umar, Ibnu Alan, Al ‘Izz Al Harani, Ibnu Ad Darji, An Nawawi, Az Zawawi, Dimyathi, Ibnu Daqiqil Ied, Ibnu Nafis, Ibnu Taimiyah, dan masih banyak yang lainnya. Sebagaimana muncul pula nama-nama besar yang pernah berguru kepadanya seperti Al Barzali, Ibnul Fahr, Al ‘Alai, Ibnu Katsir, Ibnu Athar, Al Jumaizi, Ibnul Ja’bari, dan selainnya. 

Pada masa mudanya sempat bermajelis kepada Afif At Tilmisani. Namun Al Mizzi rahimahullah meninggalkannya tatkala mengetahui kesesatannya. Afif At Tilmisani adalah seorang penyair sesat dan menyimpang. 

Al Mizzi sendiri mempunyai seorang istri yang shalihah pengajar Al Quran yang sangat handal. Sang istri dialah Aisyah bintu Ibrahim bin Shadiq, seorang penghafal Al Quran. Hingga sekian banyak wanita bisa menghatamkan Al Quran atas jasanya. Putrinya yang bernama AmaturRahim Zainab adalah istri Al Hafidz Ibnu Katsir Ad Dimasyqi. Ibnu Katsir merupakan salah satu murid Al Mizzi yang sangat terkenal. Sangat jarang wanita saat itu yang berkarakter istri Al Mizzi. Seorang wanita yang dikenal sebagai ahli ibadah, penghafal Al Quran, zuhud, dan fasih bahasanya. Sang istri meninggal sembilan bulan sebelum kematian suaminya dalam usia delapan puluh tahun. Al Mizzi sangat mencintai dan memuliakan istrinya tersebut. Bahkan Al Mizzi hampir-hampir tidak pernah menyelisihinya dalam suatu perkara. Hal ini karena besarnya kecintaan dan penghormatan Al Mizzi terhadapnya.

AKHLAKNYA 


Keindahan akhlak menghiasi kehidupan Al Mizzi rahimahullah dalam berinteraksi dengan sesama. Berpredikat sebagai ahli hadis dan ulama besar tidak membuatnya lupa diri. Cukup banyak perangai terpuji yang melekat pada dirinya sebagai pribadi yang baik. Di antaranya adalah sifat malu, sabar, qana’ah, rendah hati, berkasih sayang dengan sesama, sangat sedikit bicara kecuali apabila ditanya maka beliau pun menjawab dengan jawaban sangat baik, tidak pernah melakukan ghibah yang terlarang terhadap siapa pun, zuhud, hidup dalam kemiskinan, dan kesederhanaan. 

Beliau adalah figur ulama yang komitmen dalam mengamalkan dan membela kebenaran. Hingga pernah dipenjara karena menyuarakan al haq bersama Ibnu Taimiyah. Sebagai ulama yang berakidah Ahlus Sunnah, Al Mizzi banyak mendapatkan penentangan dari manusia. Puncaknya terjadi pada tahun 705 H ketika mengajarkan Kitab Khalqu Af’alil Ibad karya Imam Al Bukhari rahimahullah. Saat itu beliau membacakan sebuah pasal dalam kitab tersebut yang membantah ideologi orang-orang Jahmiyah. Mendengar hal itu maka marahlah sebagian hadirin dan mereka merasa tersinggung seraya mengatakan, “Kitalah yang sedang dia bicarakan.” Mereka pun melaporkannya kepada Qadhi Ibnu Shasra, dia adalah salah satu musuh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang bermadzhab syafi’iyah. Sehingga dia memerintahkan agar Al Mizzi dipenjara, maka akhirnya beliau dipenjara. Tatkala mendengar hal itu, Ibnu Taimiyah bergegas menuju penjara dan membebaskannya. 

Satu hal yang menarik pada diri beliau adalah perhatian yang besar terhadap keluarganya dalam ilmu agama. Beliau senantiasa membawa keluarga dan handai taulan ke majelis-majelis periwayatan hadis. Bahkan beliau pun membawa budak-budak perempuannya ke berbagai majelis ilmu. 

Beliau adalah figur ulama yang lembut, tenang, dan sabar dalam menghadapi orang-orang yang menggibahi atau menyakitinya. Sebagaimana gangguan yang pernah dilakukan oleh Abul Hasan Ibnul Athar. Namun Al Mizzi tidak pernah membicarakan dan mencelanya. Beliau sedikit berbicara kecuali jika ditanya maka beliaupun menjawab dan memberikan faedah.

KITAB-KITABNYA 


Karya tulisnya cukup banyak, di antaranya yang sangat populer adalah Tahdzibul Kamal fi Asmair Rijal yang terdiri dari 12 jilid dan Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf yang terdiri dari 8 jilid. Ibnu Thulun mengatakan tentang kedua kitab tersebut, “Telah diketahui bahwa para ahli hadis sepeninggal Al Mizzi sangat membutuhkan kedua kitab ini. Karya beliau yang lain adalah Al Muntaqa minal Ahadis dan Al Kuna. Nama Al Mizzi melambung dalam dunia hadis lewat dua karya monumentalnya. Yaitu Tahdzibul Kamal dan Tuhfatul Asyraf bima’rifatil Athraf

Al Hafidz Abu Abdillah Adz Dzahabi rahimahullah mengatakan, “Aku pernah melihat manusia dengan hafalan yang sangat kuat, mereka adalah; Ibnu Daqiqil Ied, Ad Dimyathi, Ibnu Taimiyah, dan Al Mizzi. Adapun Ibnu Daqiqil Ied adala yang paham tentang hadis, Ad Dimyathi adalah yang paling berilmu tentang nasab, sementara Ibnu Taimiyah adalah yang paling hafal berbagai matan, dan Al Mizzi yang paling mengetahui tentang perawi-perawi hadis.” Adz Dzahabi juga menyatakan, “Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih kuat hafalannya dalam ilmu hadis daripada Al Mizzi.” Adz Dzahabi memberikan sanjungan yang sangat tinggi dalam kitabnya Tadzkiratul Huffazh, “Al Mizzi belajar ilmu bahasa dan menjadi pakar dalam bidang ilmu tersebut. Adapun berkenaan dengan pengetahuannya tentang para perawi hadis, maka dia adalah pembawa bendera ilmu Rijal. Tidak akan dijumpai ulama dengan kapasitas keilmuan seperti dia.” At Taaj As Subki mengatakan, “Al Mizzi adalah syaikh kami, ustadz kami, suri tauladan bagi kami, beliaulah Jamaluddin Abul Hajjaj Al Mizzi, penghafal andal di zaman kami, pembawa bendera Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.” 

Al Mizzi meninggal pada hari Sabtu sebelum tiba waktu Ashar pada tanggal 12 Shafar tahun 742 H. Beliau sakitselama beberapa hari karena penyakit thaun sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Katsir. Akhirnya beliau meninggal dalam keadaan membaca ayat kursi. Jenazah beliau disalati pada hari Ahad pagi dan dimakamkan di pemakaman Shufiyah tepat di samping makam Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada beliau. Allahu A’lam


Sumber: Majalah Qudwah edisi 72 vol.07 1441 H rubrik Biografi. Pemateri: Al-Ustadz Abu Hafy Abdullah.