الۡحَدِيثُ الۡحَادِي وَالثَّلَاثُونَ
٣١ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ أَنَّ عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَيَرۡقُدُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ؟ قَالَ: (نَعَمۡ) إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمۡ فَلۡيَرۡقُدۡ.
31. Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu bertanya: Wahai Rasulullah, apakah boleh salah seorang kami tidur dalam keadaan junub? Beliau menjawab, "Iya boleh. Jika salah seorang kalian sudah berwudhu`, maka tidurlah."[1]
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي:
كَانَ الۡحَدَثُ مِنَ الۡجَنَابَةِ عِنۡدَهُمۡ كَبِيرًا، لِذَا أَشۡكَلَ عَلَيۡهِمۡ: هَلۡ يَجُوزُ النَّوۡمُ بَعۡدَهُ أَوۡ لَا؟ فَسَأَلَ عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ النَّبِيَّ ﷺ: إِذَا أَصَابَتۡ أَحَدَهُمُ الۡجَنَابَةُ مِنۡ أَوَّلِ اللَّيۡلِ، فَهَلۡ يَرۡقُدُ وَهُوَ جُنُبٌ؟
فَأَذِنَ لَهُمۡ ﷺ بِذٰلِكَ، عَلَى أَنۡ يُخَفِّفُوا هٰذَا الۡحَدَثَ الۡأكۡبَرَ بِالۡوُضُوءِ الشَّرۡعِيِّ، وَحِينَئِذٍ لَا بَأۡسَ مِنَ النَّوۡمِ مَعَ الۡجَنَابَةِ.
Makna secara umum:
Hadats karena junub menurut para shahabat adalah sesuatu yang besar sehingga menjadi persoalan bagi mereka: Apakah boleh tidur setelahnya atau tidak? Maka 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Jika salah seorang mereka mengalami junub di awal malam, apakah boleh tidur dalam keadaan junub?
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan mereka untuk melakukannya dengan syarat agar mereka memperingan hadats besar ini dengan wudhu` yang syar'i. Setelah itu, maka tidak mengapa tidur dalam keadaan junub.
Hadats karena junub menurut para shahabat adalah sesuatu yang besar sehingga menjadi persoalan bagi mereka: Apakah boleh tidur setelahnya atau tidak? Maka 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Jika salah seorang mereka mengalami junub di awal malam, apakah boleh tidur dalam keadaan junub?
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan mereka untuk melakukannya dengan syarat agar mereka memperingan hadats besar ini dengan wudhu` yang syar'i. Setelah itu, maka tidak mengapa tidur dalam keadaan junub.
مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:
١ - جَوَازُ نَوۡمِ الۡجُنُبِ قَبۡلَ الۡغُسۡلِ إِذَا تَوَضَّأَ.
٢ - أَنَّ الۡكَمَالَ أَنۡ لَا يَنَامُ الۡجُنُبُ حَتَّى يَغۡتَسِلَ، لِأَنَّ الۡاكۡتِفَاءَ بِالۡوُضُوءِ رُخۡصَةٌ.
٣ - مَشۡرُوعِيَّةُ الۡوُضُوءِ قَبۡلَ النَّوۡمِ لِلۡجُنُبِ، إِذۡ لَمۡ يَغۡتَسِلۡ.
٤ - كَرَاهَةُ نَوۡمِ الۡجُنُبِ بِلَا غُسۡلٍ وَلَا وُضُوءٍ.
Faidah hadits:
- Orang yang junub boleh tidur sebelum mandi, jika sudah wudhu`.
- Bahwa yang sempurna adalah orang junub tidak tidur sampai mandi dahulu, karena mencukupkan dengan wudhu` adalah keringanan.
- Disyariatkan wudhu` sebelum tidur bagi orang yang junub, jika ia tidak langsung mandi.
- Makruh orang yang junub tidur tanpa mandi dan tanpa wudhu`.
(١) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٢٨٧) فِي الۡغُسۡلِ، وَمُسۡلِمٌ (٣٠٦) فِي الۡحَيۡضِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا النَّسَائِيُّ (١/١٣٩) فِي الطَّهَارَةِ، وَابۡنُ مَاجَهۡ (٥٨٥) فِي الطَّهَارَةِ، وَأَحۡمَدُ فِي الۡمُسۡنَدِ (٢/١٠٢).