Cari Blog Ini

Syarh Al-Ushulus Sittah - Pondasi Kelima (1)

الۡأَصۡلُ الۡخَامِسُ: بَيَانُ اللهِ سُبۡحَانَهُ لِأَوۡلِيَاءِ اللهِ، وَتَفۡرِيقُهُ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ الۡمُتَشَبِّهِينَ بِهِمۡ مِنۡ أَعۡدَاءِ اللهِ وَالۡمُنَافِقِينَ وَالۡفُجَّارِ.
Pondasi kelima: Penjelasan Allah subhanahu wa ta’ala tentang wali-wali Allah dan pembedaan Allah antara mereka dengan orang-orang yang menyerupai mereka dari kalangan musuh-musuh Allah, orang-orang munafik, dan orang-orang fajir.[1]
وَيَكۡفِي فِي هٰذَا آيَةٌ مِنۡ سُورَةِ آلِ عِمۡرَانَ (٣١) هِيَ قَوۡلُهُ: ﴿قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ اللهُ﴾.
Dan mencukupi dalam masalah ini, satu ayat dari surah Ali ‘Imran ayat 31, yaitu firman Allah yang artinya, “Katakanlah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.”[2]

[1] نَعَمۡ، هَٰذَا أَصۡلٌ عَظِيمٌ، وَهُوَ التَّفۡرِيقُ بَيۡنَ أَوۡلِيَاءِ اللهِ وَأَوۡلِيَاءِ الشَّيۡطَانِ؛ لِأَنَّ أَهۡلَ الۡبَاطِلِ صَارُوا يُسَمُّونَ أَوۡلِيَاءَ الشَّيۡطَانِ أَوۡلِيَاءَ اللهِ، حَتَّى إِنَّ هَٰذَا الۡأَمۡرَ الۡتَبَسَ عَلَى النَّاسِ؛ وَلِذٰلِكَ صَنَّفَ شَيۡخُ الۡإِسۡلَامِ ابۡنُ تَيۡمِيَّةِ رَحِمَهُ اللهُ كِتَابًا نَافِعًا مُفِيدًا سَمَّاهُ: (الۡفُرۡقَانُ بَيۡنَ أَوۡلِيَاءِ الرَّحۡمَٰنِ وَأَوۡلِيَاءِ الشَّيۡطَانِ) قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿ألَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ اللهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ۝٦٢﴾ [يونس: ٦٢]. 
Benar, ini adalah pondasi yang agung. Yaitu pemisahan antara wali Allah dengan wali setan. Karena ahlul bathil menamakan wali setan dengan wali Allah sehingga perkara ini menjadi samar bagi manusia. Karena hal inilah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyusun sebuah kitab yang bermanfaat lagi berfaidah, beliau beri judul Al-Furqan baina Auliyair Rahman wa Auliyaisy Syaithan (Perbedaan antara Wali Allah dengan Wali Setan). Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62).
ثُمَّ بَيَّنَهُمۡ بِقَوۡلِهِ: ﴿الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ۝٦٣﴾ [يونس: ٦٣]. هَٰؤُلَاءِ هُمۡ أَوۡلِيَاءُ اللهِ، جَمَعُوا بَيۡنَ الۡإِيمَانِ وَبَيۡنَ التَّقۡوَى، بَيۡنَ الۡعِلۡمِ النَّافِعِ وَالۡعَمَلِ الصَّالِحِ، هَٰؤُلَاءِ هُمۡ أَوۡلِيَاءُ اللهِ، لَيۡسَ أَوۡلِيَاءُ اللهِ مَنۡ خَرَجَ عَلَى شَرۡعِ اللهِ وَغَيَّرَ دِينَ اللهِ، وَدَعَا إِلَى عِبَادَةِ الۡقُبُورِ وَالۡأَضۡرِحَةِ، هَٰذَا وَلِيُّ الشَّيۡطَانِ، وَلَيۡسَ الۡوَلِيُّ هُوَ السَّاحِرُ وَالۡكَاهِنُ وَالۡخُرَافِيُّ الَّذِي يُظۡهِرُ لِلنَّاسِ مَخَارِيقَ سِحۡرِيَّةً، وَيَقُولُ: هَٰذِهِ كَرَامَاتٌ!! وَهِيَ فِي الۡحَقِيقَةِ مَخَارِيقُ شَيۡطَانِيَّةٌ. 
Kemudian Allah menjelaskan tentang wali Allah dengan firmanNya yang artinya, “Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa.” (QS. Yunus: 63). Mereka itulah wali-wali Allah. Mereka mengumpulkan antara sifat iman dengan ketakwaan, antara ilmu yang bermanfaat dengan amal shalih. Mereka itulah wali-wali Allah. Wali-wali Allah bukanlah orang yang keluar dari syariat Allah dan mengubah agama Allah. Bukan orang yang mengajak untuk menyembah kuburan. Mereka ini justru wali setan. Bukan pula yang termasuk wali Allah yaitu tukang sihir, dukun, dan ahli khurafat yang mereka itu menampakkan keluarbiasaan sihir dan mengatakan: Ini adalah karamah! Padahal hakikatnya itu adalah kejadian luar biasa dengan bantuan setan. 
[2] مَحَبَّةُ اللهِ هِيَ أَعۡظَمُ أَنۡوَاعِ الۡعِبَادَةِ، وَعَلَامَةُ مَحَبَّةِ اللهِ: اتِّبَاعُ الرَّسُولِ ﷺ، فَالَّذِي لَا يَتَّبِعُ الرَّسُولَ لَيۡسَ وَلِيًّا لِلهِ، وَلَا يُحِبُّ اللهَ، وَهَٰؤُلَاءِ الۡمُخَرِّفُونَ يَقُولُونَ: لَا يَكُونُ وَلِيًّا لِلهِ إِلَّا إِذَا خَرَجَ عَنِ طَاعَةِ الرَّسُولِ ﷺ، فَهُمۡ عِنۡدَهُمۡ الۡوِلَايَةُ فِي الۡخُرُوجِ عَنۡ سُنَّةِ الرَّسُولِ ﷺ وَالۡاعۡتِمَادِ عَلَى الۡخُرَافَاتِ وَالۡبِدَعِ، هَٰذِهِ هِيَ الۡوِلَايَةُ عِنۡدَهُمۡ!! 
هُمۡ يَقُولُونَ: نَحۡنُ نَعۡبُدُ اللهَ لِأَنَّنَا نُحِبُّهُ، لَا نَعۡبُدُهُ خَوۡفًا مِنۡ نَارِهِ وَلَا طَمۡعًا فِي جَنَّتِهِ، وَإِنَّمَا نَعۡبُدُهُ لِأَنَّنَا نُحِبُّهُ. 
فَيُقَالُ لَهُمۡ: تُحِبُّونَهُ عَلَى طَرِيقَةِ مَنۡ؟ هَلۡ تُحِبُّونَهُ عَلَى طَرِيقَةِ الرَّسُولِ ﷺ، أَوۡ عَلَى طَرِيقَةِ غَيۡرِهِ؟ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ اللهُ إِلَّا مَنۡ اتَّبَعَ الرَّسُولَ ﷺ، هَٰذَا هُوَ الۡفَاصِلُ بَيۡنَ أَوۡلِيَاءِ الرَّحۡمٰنِ وَأَوۡلِيَاءِ الشَّيۡطَانِ. 
Cinta kepada Allah adalah jenis ibadah yang paling agung. Dan tanda cinta kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, orang yang tidak mengikuti Rasulullah bukanlah wali Allah dan ia tidak mencintai Allah. Orang-orang yang menyimpang itu mengatakan: Tidaklah seseorang menjadi wali Allah kecuali jika ia keluar dari ketaatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, menurut mereka, kewalian itu adalah keluar dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersandar kepada khurafat dan bid’ah. 
Mereka mengatakan: Kami menyembah Allah karena kami mencintaiNya. Kami tidak menyembahNya karena takut dari nerakaNya dan mendambakan surgaNya. Kami menyembahnya hanya karena kami mencintaiNya. 
Maka, dikatakan kepada mereka: Kalian mencintai Allah di atas jalan siapa? Apakah kalian mencintaiNya di atas jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau di selain jalan beliau? Sesungguhnya Allah tidak mencintai kecuali orang-orang yang mengikuti Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah pemisah antara wali Ar-Rahman dengan wali setan.