Cari Blog Ini

Ad-Dararil Mudhiyyah - Sai

فَصۡلٌ

وَيَسۡعَى بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ سَبۡعَةَ أَشۡوَاطٍ دَاعِيًا بِالۡمَأۡثُورِ، وَإِذَا كَانَ مُتَمَتِّعًا صَارَ بَعۡدَ السَّعۡيِ حَلَالًا، حَتَّى إِذَا كَانَ يَوۡمُ التَّرۡوِيَةِ أَهَلَّ بِالۡحَجِّ.
Sai antara Shafa dengan Marwah sebanyak tujuh lintasan dalam keadaan berdoa dengan doa yang disyariatkan. Apabila seseorang haji tamatuk, maka setelah sai ia menjadi halal (sudah tidak ihram) sampai tiba hari tarwiah dia memulai talbiah untuk haji. 
أَقُولُ: أَخۡرَجَ أَحۡمَدُ وَالشَّافِعِيُّ مِنۡ حَدِيثِ حَبِيبَةَ بِنۡتِ أَبِي تجزأة؛ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (اسۡعَوۡا فَإِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيۡكُمُ السَّعۡيَ) وَفِي إِسۡنَادِهِ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡمُؤَمَّلِ وَهُوَ ضَعِيفٌ، وَلَهُ طَرِيقٌ أُخۡرَى فِي صَحِيحِ ابۡنِ خُزَيۡمَةَ وَالطَّبۡرَانِيِّ عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ. وَأَخۡرَجَ أَحۡمَدُ نَحۡوَهُ مِنۡ حَدِيثِ صَفِيَّةَ بِنۡتِ شَيۡبَةَ. وَأَخۡرَجَ مُسۡلِمٌ وَغَيۡرُهُ مِنۡ حَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ: (أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ لَمَّا فَرَغَ مِنۡ طَوَافِهِ أَتَى الصَّفَا فَعَلَا عَلَيۡهِ حَتَّى نَظَرَ الۡبَيۡتَ، وَرَفَعَ يَدَيۡهِ فَجَعَلَ يَحۡمَدُ اللهَ، وَيَدۡعُو مَا شَاءَ أَنۡ يَدۡعُوَ)، وَأَخۡرَجَ نَحۡوَهُ النَّسَائِيُّ مِنۡ حَدِيثِ جَابِرٍ. وَفِي صَحِيحِ مُسۡلِمٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى مِنۡ حَدِيثِ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَيۡضًا: (أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ لَمَّا دَنَا مِنَ الصَّفَا قَرَأَ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللهِ﴾ [البقرة: ١٥٨] أَبۡدُ بِمَا أَبۡدَأَ اللهُ بِهِ، فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقَى عَلَيۡهِ حَتَّى رَأَى الۡبَيۡتَ، فَاسۡتَقۡبَلَ الۡقِبۡلَةَ فَوَحَّدَ اللهَ وَكَبَّرَهُ، وَقَالَ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ وَلَهُ الۡحَمۡدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ، أَنۡجَزَ وَعۡدَهُ، وَنَصَرَ عَبۡدَهُ، وَهَزَمَ الۡأَحۡزَابَ وَحۡدَهُ. ثُمَّ دَعَا بَيۡنَ ذٰلِكَ فَقَالَ مِثۡلَ هَٰذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الۡمَرۡوَةِ حَتَّى انۡصَبَّتۡ قَدَمَاهُ فِي بَطۡنِ الۡوَادِي، حَتَّى إِذَا صَعِدَتَا مَشَى حَتَّى أَتَى الۡمَرۡوَةَ فَفَعَلَ عَلَى الۡمَرۡوَةِ مِثۡلَ مَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا). وَقَدۡ ذَهَبَ الۡجُمۡهُورُ إِلَى أَنَّ السَّعۡيَ فَرۡضٌ، وَعِنۡدَ الۡحَنَفِيَّةِ أَنَّهُ وَاجِبٌ يَجۡبُرُ بِالدَّمِ.
Ahmad dan Asy-Syafi’i[1] mengeluarkan riwayat dari hadis Habibah bintu Abu Tajzaah; Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sailah kalian karena Allah telah mewajibkan sai atas kalian.” Di dalam sanadnya ada ‘Abdullah ibnul Muammal dan dia lemah. Hadis ini memiliki jalan lain di dalam Shahih Ibnu Khuzaimah dan Thabrani dari Ibnu ‘Abbas. Ahmad telah mengeluarkan riwayat semisalnya dari hadis Shafiyyah bintu Syaibah. Muslim[2] dan selain beliau mengeluarkan riwayat dari hadis Abu Hurairah, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai dari tawafnya, beliau mendatangi Shafa dan naik ke atasnya sampai bisa melihat Kakbah. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan mulai menyanjung Allah dan berdoa dengan doa yang beliau kehendaki.” An-Nasa`i mengeluarkan hadis semisalnya dari hadis Jabir. Di dalam Shahih Muslim[3] rahimahullahu ta’ala dari hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu pula, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika telah dekat dengan Shafa beliau membaca, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” (QS. Al-Baqarah: 158). Aku memulai dengan yang dimulai oleh Allah. Maka, beliau memulai dari Shafa dan naik ke atasnya hingga bisa melihat Kakbah. Lalu beliau menghadap kiblat, mengucapkan kalimat tauhid, bertakbir kepada Allah, dan mengucapkan: Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata, tidak ada sekutu baginya. Hanya milikNyalah semua kerajaan dan sanjungan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata. Dia memenuhi janjiNya, menolong hambaNya, dan menghancurkan pasukan musuh sendirian. Kemudian beliau berdoa di antara itu. Beliau mengucapkan semisal itu sebanyak tiga kali. Kemudian beliau turun ke Marwah sampai kedua kakinya menapaki dasar lembah. Sampai ketika sudah mulai menanjak, beliau berjalan sampai tiba di Marwah. Beliau melakukan di atas Marwah semisal yang beliau lakukan di atas Shafa.” Mayoritas ulama berpendapat bahwa sai adalah fardu dan menurut Al-Hanafiyyah bahwa sai adalah wajib, bagi yang meninggalkannya harus membayar dam (dengan menyembelih hewan kurban).
وَأَمَّا كَوۡنُهُ يَصِيرُ الۡمُتَمَتِّعُ بَعۡدَ السَّعۡيِ حَلَالًا، فَلِقَوۡلِ عَائِشَةَ حَاكِيَةً لِحَجِّهِمۡ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ: (فَأَمَّا مَنۡ أَهَلَّ بِعُمۡرَةٍ فَأَحَلُّوا حِينَ طَافُوا بِالۡبَيۡتِ وَبِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ)، وَهُوَ فِي الصَّحِيحَيۡنِ وَغَيۡرِهِمَا. وَفِيهِمَا أَيۡضًا مِنۡ حَدِيثِ جَابِرٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: أَحِلُّوا مِنۡ إِحۡرَامِكُمۡ بِطَوَافِ الۡبَيۡتِ وَبَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ وَقَصَرُوا ثُمَّ أَقِيمُوا حَلَالًا حَتَّى إِذَا كَانَ يَوۡمَ التَّرۡوِيَةِ فَأَهِلُّوا بِالۡحَجِّ وَاجۡعَلُوا الَّتِي قَدِمۡتُمۡ بِهَا مُتۡعَةً). وَفِي لَفۡظٍ لِمُسۡلِمٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى مِنۡ حَدِيثِهِ أَيۡضًا قَالَ: (أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ لَمَّا أَحۡلَلۡنَا أَنۡ نُحۡرِمَ إِذَا تَوَجَّهۡنَا إِلَى مِنًى فَأَهۡلَلۡنَا مِنَ الۡأَبۡطَحِ).
Adapun orang yang haji tamatuk menjadi halal (tidak ihram) setelah sai, maka berdasar ucapan ‘Aisyah ketika mengisahkan haji mereka bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Adapun orang yang memulai ihram untuk umrah maka mereka tahalul ketika sudah tawaf di Kakbah dan sai antara Shafa dengan Marwah.” Ini juga terdapat di dalam dua kitab Shahih[4] dan selain keduanya. Di dalam dua kitab Shahih[5] pula dari hadis Jabir; Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahalullah kalian dari ihram kalian dengan tawaf di Kakbah dan sai antara Shafa dan Marwah dan memangkas pendek rambut. Kemudian kalian tetaplah dalam keadaan halal sampai hari tarwiah tiba. Mulailah ihram untuk haji dan jadikan yang telah kalian lalui sebagai haji tamatuk.” Di dalam lafal Muslim[6] rahimahullahu ta’ala dari hadis Jabir pula, beliau bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami ketika kami telah tahalul untuk berihram apabila kami akan menuju Mina. Maka kami memulai ihram dari Abthah.” 

[1] HR. Ahmad (6/421) dan Asy-Syafi’i di dalam Al-Musnad sebagaimana di dalam Tartib beliau nomor 907. 
[6] Nomor 1214.

Simak audio pembahasan sai oleh Al-Ustadz Qomar Su'aidi hafizhahullah.