Cari Blog Ini

Dihyah Al Kalbi radhiyallahu ‘anhu

Jibril Mendatangi Nabi dengan Rupa Beliau


Kali ini, figur kita adalah shahabat dari kalangan Anshar. Seorang shahabat senior yang sangat dikenal saat itu. Nama shahabat ini adalah Dihyah bin Khalifah bin Farwah bin Fadhalah bin Zaid bin Imriil Qais bin Al Khazraj bin Amir bin Bakr bin Amir Al Akbar bin Auf bin Bakr bin Auf bin Udzrah bin Zaid Al Laat Al Kalbi radhiyallahu ‘anhu. Termasuk dari shahabat yang masuk Islam sebelum Perang Badar. Namun begitu, beliau tidak sempat mengikuti perang Badar. Beliau mengikuti Perang Uhud dan peperangan-peperangan setelahnya. Istri beliau adalah Durrah bintu Abi Lahab, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dihyah Al Kalbi memiliki banyak kelebihan. Di antara kelebihan beliau adalah kemampuan mengenal secara mendalam peta geografi Negeri Syam dan Jazirah, sehingga beliau banyak memberikan masukan tentang Negeri Syam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, beliau juga termasuk seorang ahli perang, terbukti dengan ditunjuknya beliau menjadi salah satu komandan perang dalam perang Yarmuk.

Beliau juga termasuk shahabat nabi yang memiliki kedekatan hubungan dengan beliau, sehingga beliau termasuk orang-orang yang diperbolehkan menemui Nabi tanpa meminta izin terlebih dahulu, dan beliau termasuk shahabat Rasul yang sering duduk bersama nabi dalam waktu yang lama. Sehingga putri As Shiddiq, Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha merasa heran dengan keistimewaan ini. Beliau juga pernah menghadiahi Nabi sepasang Khuf dan beliaupun menerima hadiah tersebut.

Dari segi fisik, Dihyah bin Khalifah Al Kalbi adalah seorang yang memiliki paras yang sangat rupawan, beliau disebut sebagai dalam kitab tarikh sebagai seorang yang mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, sering kali malaikat Jibril menampakkan diri di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan rupa Dihyah. Diriwayatkan dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
كَانَ جِبۡرِيلُ عَلَيۡهِ السَّلَامُ يَأۡتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ فِي صُورَةِ دِحۡيَةَ
Dahulu Jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan rupa Dihyah.” [H.R. Ahmad dengan redaksi ini, sanadnya dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]

Selain kebaikan fisik beliau, Dihyah adalah salah satu ipar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menikahi salah seorang saudari beliau yang bernama Syaraaf bintu Khalifah bin Farwah. Bahkan sebelum menikahi saudarinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menikahi keponakan beliau yang bernama Khaulah binti Al Hudzail bin Qabishah bin Hubairah bin Al Haris bin Hubaib At Taghlabiyah. Ia adalah putri dari saudari Dihyah yang bernama Kharnaq bintu Khalifah Al Kalbiyah. Nabi menikahi Khaulah binti al Hudzail, namun wanita tersebut meninggal di perjalanan dari negeri Syam sebelum beliau sampai kepada Nabi. Dalam pernikahan dengan Syaraaf bintu Khalifah pun, sang wanita juga ditakdirkan meninggal dalam perjalanan menuju kepada Nabi.

Utusan dari Utusan Allah


Dihyah adalah salah seorang shahabat yang diutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Heraklius, Raja Romawi saat itu. Beliau diutus untuk mendakwahkan Islam di tahun ke enam hijriyyah, tepatnya setelah terjadi perjanjian Hudaibiyyah. Beliau ditemani oleh salah seorang shahabat, Hayyan bin Milh radhiyallahu ‘anhu. Saat itu, sebenarnya Heraklius telah membenarkan kenabian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ia enggan untuk masuk ke dalam Islam karena merasa takut dari gangguan pengikutnya dan takut hilangnya kekuasaan yang ada di tangannya. Heraklius pernah berkata kepada Dihyah bin Khalifah tatkala beliau membawa surat dari Rasulullah kepadanya, “Celaka, sungguh aku mengetahui bahwa temanmu itu (yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah nabi yang diutus, dan dialah yang kami tunggu-tunggu dan kami mendapatkan (beritanya) dalam kitab-kitab kami. Akan tetapi aku mengkhawatirkan diriku dari orang-orang Romawi. Seandainya bukan karena itu, sungguh aku akan mengikutinya. Pergilah engkau kepada Dhagathir Al Ashqaf Ar Rumi, ceritakanlah kepadanya tentang perkara temanmu ini!, Ia (kedudukannya) lebih agung dariku dan perkataannya lebih diterima di sisi orang-orang Romawi. Lihatlah apa yang akan dikatakannya.”

Maka Dihyah pun datang kepadanya dan mengabarkan dengan apa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dengannya. Setelah Dhagathir membaca isi surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu, ia pun berkata; “Temanmu ini demi Allah adalah nabi yang diutus, kami telah mengenalnya dengan sifat-sifatnya, dan kami dapatkan namanya dalam kitab-kitab kami.”

Maka ia pun melepaskan pakaian hitam yang dikenakannya dan menggantinya dengan pakaian yang berwarna putih. Kemudian ia mengambil tongkatnya dan keluar menemui orang-orang Romawi, sedang mereka saat itu sedang berada dalam tempat ibadah mereka. Ia pun berkata, “Wahai bangsa Romawi, telah datang kepada kita surat dari Ahmad, surat ini berisi ajakannya kepada Allah. Sungguh aku bersaksi laa ilaha illallah dan aku bersaksi bahwa Ahmad adalah utusan Allah.”

Maka orang-orang pun serentak menyerbunya. Mereka memukulinya dan membunuhnya. Setelah itu, Dihyah pun kembali menemui Heraklius dan mengabarkan kabar tersebut. Maka Heraklius berkata, “Sungguh aku telah mengatakan kepadamu, bahwa kami merasa takut atas diri-diri kami sedangkan Dhagathir demi Allah merupakan orang yang lebih agung di sisi orang Romawi.”

Saat terjadi pertempuran antara kaum muslimin dan bangsa Yahudi, lalu kaum muslimin memenangkan perang tersebut, banyak dari pasukan Yahudi terbunuh dan tersisalah ghanimah yang banyak berikut tawanan-tawanan perang yang menjadi hamba sahaya dari kalangan anak-anak dan wanita mereka yang dibagikan kepada muslimin. Di antara tawanan tersebut ada putri dari pemimpinnya, yaitu Shafiyah bintu Huyay. Semula Shafiyah jatuh dalam bagian kepemilikan Dihyah Al Kalbi. Namun melihat kepada kedudukan Shafiyah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membeli Shafiyah, beliau membebaskan dan kemudian menikahinya. Hal ini terjadi di tahun ke tujuh hijriyyah.

Dihyah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan beberapa hadis Nabi. Di antara yang mengambil riwayat dari beliau adalah Manshur bin Said Al Kalbi, Muhammad bin Kaab, Abdullah bin Syadad bin Had, Aamir As Sya’bi, Khalid bin Yazid bin Muawiyyah. Hidup hingga masa kepemimpinan Muawiyah. Beliau tinggal di Mizzah, sebuah daerah di dekat negeri Damaskus dan meninggal di sana. Tidak diketahui secara pasti waktu meninggalnya. Radhiyallah anhu – semoga Allah meridhai beliau. [Ustadz Hammam]


Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 74 vol. 7 1439 H/2018 M rubrik Figur.