الۡحَدِيثُ الۡخَامِسُ وَالۡعِشۡرُونَ
٢٥ – عَنۡ أُمِّ قَيۡسٍ بِنۡتِ مِحۡصَنٍ الۡأَسَدِيَّةِ أَنَّهَا أَتَتۡ بِابۡنٍ لَهَا صَغِيرٍ لَمۡ يَأۡكُلۡ الطَّعَامَ، إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَأَجۡلَسَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي حِجۡرِهِ، فَبَالَ عَلَى ثَوۡبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ عَلَى ثَوۡبِهِ وَلَمۡ يَغۡسِلۡهُ[1].
وَفِي حَدِيثِ عَائِشَةَ أُمِّ الۡمُؤۡمِنِينَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أُتِيَ بِصَبِيٍّ، فَبَالَ عَلَى ثَوۡبِهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتۡبَعَهُ إِيَّاهُ[2]. وَلِمُسۡلِمٍ (فَأَتۡبَعَهُ بَوۡلَهُ وَلَمۡ يَغۡسِلۡهُ).
25. Dari Ummu Qais binti Mihshan Al-Asadiyyah bahwa beliau datang membawa anak laki-lakinya yang masih kecil belum mengonsumsi makanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendudukkan anak itu di pangkuannya. Lalu anak itu kencing di baju beliau. Kemudian beliau minta dibawakan air, lalu beliau percikkan ke bajunya dan tidak mencucinya.
Dan di dalam hadits ‘Aisyah Ummul Mu`minin: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan seorang bayi. Lalu bayi itu kencing di baju beliau, maka beliau minta dibawakan air lalu beliau mengiringi kencing itu dengan air. Dalam riwayat Muslim, “Beliau mengiringi kencing itu dengan air dan tidak mencucinya.”
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي:
كَانَ الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ يَأۡتُونَ النَّبِيَّ ﷺ بَأَطۡفَالِهِمۡ. لِيَنَالُوا مِنۡ بَرَكَتِهِ وَبَرَكَةِ دُعَائِهِ لَهُمۡ. وَكَانَ ﷺ مِنۡ لَطَافَتِهِ، وَكرَمِ أَخۡلَاقِهِ، يَسۡتَقۡبِلُهُمۡ بِمَا جَبَلَهُ اللهُ عَلَيۡهِ، مِنَ الۡبِشۡرِ وَالسَّمَاحَةِ. فَجَاءَتۡ أُمُّ قَيۡسٍ بِابۡنٍ لَهَا صَغِيرٍ، يَتَقَوَّتُ بِاللَّبَنِ، وَلَمۡ يَصِلۡ إِلَى سِنِّ التَّقَوُّتِ بِغَيۡرِ اللَّبَنِ.
فَمِنۡ رَحۡمَتِهِ أَجۡلَسَهُ فِي حَجۡرِهِ الۡكَرِيمِ، فَبَالَ الصَّبِيُّ عَلَى ثَوۡبِ النَّبِيِّ ﷺ، فَطَلَبَ مَاءً فَرَشَّ مَكَانَ الۡبَوۡلِ مِنۡ ثَوۡبِهِ رَشًّا، وَلَمۡ يَغۡسِلۡهُ غُسۡلًا.
Makna secara umum:
Para shahabat radhiyallahu ‘anhum biasa membawa anak-anak mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan tujuan untuk mendapatkan berkah beliau dan berkah doa beliau untuk kebaikan anak-anak mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam -dengan sebab kelembutan dan kemuliaan akhlak beliau- menyambut mereka dengan sifat yang telah Allah ciptakan untuk beliau berupa wajah yang ceria dan pemuliaan. Suatu ketika Ummu Qais datang membawa anak laki-lakinya yang masih kecil yang masih mengonsumsi susu ibu saja, belum mencapai umur untuk mengonsumsi selain ASI.
Karena rasa sayangnya, beliau memangkunya di pangkuan beliau yang mulia. Lalu anak itu kencing di baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau meminta air dan beliau hanya memerciki tempat kencing di baju beliau. Beliau tidak mencucinya sama sekali.
اخۡتِلَافُ الۡعُلَمَاءِ:
يَرَى طَائِفَةٌ مِنَ الۡعُلَمَاءِ أَنَّ الذَّكَرَ وَالۡأُنۡثَى سَوَاءً فِي الۡإِكۡتِفَاءِ بِالنَّضۡحِ، قِيَاسًا لِلۡأُنۡثَى عَلَى الذَّكَرِ.
وَتَرَى طَائِفَةٌ أُخۡرَى: أَنَّهُمَا سَوَاءٌ فِي وُجُوبِ الۡغُسۡلِ وَعَدَمِ الۡإِكۡتِفَاءِ بِالنَّضۡحِ.
وَكِلَا الطَّائِفَتَيۡنِ لَمۡ تَسۡتَنِدَا إِلَى دَلِيلٍ.
وَ(النَّضۡحُ) لِلذَّكَرِ وَ(الۡغُسۡلُ) لِلۡأُنۡثَى، هُوَ الَّذِي تَدُلُّ عَلَيۡهِ الۡأَحَادِيثُ الصَّحِيحَةُ الصَّرِيحَةُ وَهُوَ مَذۡهَبُ الۡأَئِمَّةِ: (الشَّافِعِيِّ) وَ(أَحۡمَدَ) وَ(إِسۡحَاقَ) وَ(الۡأَوۡزَاعِيِّ) وَ(ابۡنِ حَزۡمٍ) وَ(ابۡنِ تَيۡمِيَّةَ) وَ(ابۡنِ الۡقَيِّمِ) وَاخۡتَارَهُ شَيۡخُنَا (ابۡنُ سَعۡدِي) وَكَثِيرٌ مِنَ الۡمُحَقِّقِينَ.
Perselisihan ulama:
Sekelompok ulama berpendapat bahwa anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama cukup diperciki karena meng-qiyas-kan anak perempuan kepada anak laki-laki.
Sekelompok lain berpendapat bahwa keduanya sama-sama wajib dicuci dan tidak cukup dengan diperciki saja.
Namun kedua kelompok tersebut tidak bersandar pada satu dalil pun.
Yang benar, memerciki khusus untuk anak laki-laki dan mencuci untuk anak perempuan. Inilah yang ditunjukkan oleh hadits-hadits yang shahih dan jelas. Dan ini merupakan madzhab para imam seperti Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Al-Auza’i, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, dan Ibnul Qayyim. Syaikh kami Ibnu Sa’di dan banyak dari ulama muhaqqiq memilih pendapat ini.
مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:
١ – نَجَاسَةُ بَوۡلِ الۡغُلَامِ وَإِنۡ لَمۡ يَأۡكُلِ الطَّعَامَ لِشَهۡوَةٍ.
٢ – كِفَايَةُ الرَّشِّ، الَّذِي لَا يَبۡلُغُ دَرَجَةَ الۡجُرۡيَانَ لِتَطۡهِيرِ بَوۡلِ الۡغُلَامِ.
٣ – أَخۡلَاقُ النَّبِيِّ ﷺ الۡكَرِيمَةُ، وَتَوَاضُعُهُ الۡجَمُّ.
Faidah hadits ini:
- Najisnya kencing anak laki-laki meski belum mengonsumsi makanan karena kemauannya sendiri.
- Cara mensucikan kencing anak laki-laki yang belum mengonsumsi makanan cukup dengan memerciki saja, tidak sampai mengalirinya dengan air.
- Akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sangat tawadhu`nya beliau.
فَائِدَةٌ: اخۡتَلَفَ الۡعُلَمَاءُ فِي السَّبَبِ الَّذِي أَوۡجَبَ التَّفۡرِيقَ بَيۡنَ بَوۡلِ الۡغُلَامِ وَبَوۡلِ الۡجَارِيَةِ، وَتَلَمَّسَ كُلٌّ مِنۡهُمۡ حِكۡمَةً، صَارَتۡ –فِي نَظَرِهِ- الۡفَارِقَةَ الۡمُنَاسِبَةَ.
وَأَحۡسَنُ هٰذِهِ التَّلَمُّسَاتِ، أَحَدُ أَمۡرَيۡنِ.
الۡأَوَّلُ: أنَّ الۡغُلَامَ عِنۡدَهُ حَرَارَةٌ غَرِيزِيَّةٌ زَائِدَةٌ عَلَى حَرَارَةِ الۡجَارِيَةِ، تَطۡبَخُ الطَّعَامَ وَتُلَطِّفُ الۡفَضۡلَاتِ الۡخَارِجَةَ. وَمَعَ هٰذِهِ الۡحَرَارَةِ الزَّائِدَةِ كَوۡنُ طَعَامِ الطِّفۡلِ لَطِيفًا، لِأَنَّهُ لَبَنٌ.
وَالۡجَارِيَةُ لَيۡسَ لَدَيۡهَا الۡحَرَارَةُ الۡمُلَطِّفَةِ، وَيُؤَيِّدُ هٰذَا تَقۡيِيدُ نَضۡحِ النَّجَاسَةِ بِعَدَمِ أَكۡلِ الطَّعَامِ، إِلَّا اللَّبَنِ.
وَالثَّانِي: أَنَّ الۡغُلَامَ –عَادَةً- أَرۡغَبُ إِلَى النَّاسِ مِنَ الۡجَارِيَةِ فَيُكۡثَرُ حَمۡلُهُ وَنَقۡلُهُ، وَتُبَاشَرُ نَجَاسَتُهُ، مِمَّا يُسَبِّبُ الۡمَشَقَّةَ وَالۡحَرَجَ، فَسُومِحَ بِتَخۡفِيفِ نَجَاسَتِهِ، وَيُؤَيِّدُهُ مَا يُعۡرَفُ عَنِ الشَّرِيعَةِ مِنَ السَّمَاحِ وَالتَّيۡسِيرِ.
وَالۡقَاعِدَةُ الۡعَامَّةُ تَقُولُ: (الۡمَشَقَّةُ تَجۡلِبُ التَّيۡسِيرَ).
عَلَى أَنَّ بَعۡضَ الۡعُلَمَاءِ جَعَلُوهُ مِنَ الۡمَسَائِلِ التَّعَبُّدِيَّةِ، الَّتِي لَا يُعۡقَلُ حِكۡمَتُهَا وَاللهُ أَعۡلَمُ بِمُرَادِهِ.
Faidah: Ulama berselisih tentang sebab sehingga dibedakan antara kencing anak laki-laki dengan kencing anak perempuan. Setiap mereka mencoba untuk mencari-cari hikmahnya. Dengan hikmah ini dapat menjadi alasan yang tepat untuk membedakan keduanya.
Kemungkinan yang paling bagus adalah salah satu dari dua perkara berikut.
Pertama: Bahwa anak laki-laki memiliki suhu tubuh alami yang lebih tinggi daripada suhu tubuh anak perempuan. Sehingga lebih dapat mencerna makanan dan melembutkan sisa makanan yang keluar. Terlebih lagi di samping suhu tubuh yang lebih ini, makanan yang dikonsumsi anak adalah makanan yang lembut, yaitu susu ibu.
Sedangkan anak perempuan tidak memiliki suhu tubuh yang dapat melembutkan sisa makanan. Hal yang memperkuat hikmah ini adalah pembatasan memerciki najis selama anak itu belum mengonsumsi makanan selain ASI.
Kedua: Bahwa anak laki-laki –secara adat kebiasaan- lebih disenangi orang daripada anak perempuan. Sehingga banyak digendong dan dibawa-bawa serta kontak langsung dengan najisnya. Hal ini menyebabkan keberatan dan kesulitan. Oleh karena itu, dimudahkan dengan meringankan kenajisannya. Hal yang memperkuat hikmah ini adalah apa yang telah diketahui dari syariat ini berupa aturan-aturan yang mempermudah.
Dan kaidah umum menyatakan bahwa sesuatu yang memberatkan itu mendatangkan aturan yang mempermudah.
Sebagian ulama menjadikan perkara ini termasuk dari persoalan ta’abbudiyyah yang tidak diketahui hikmahnya dan Allah lah yang lebih tahu dengan hikmah hadits ini.
[1] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٢٢٣) فِي الۡوُضُوءِ، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٧)، (١٠٤) فِي الطَّهَارَةِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا أَبُو دَاوُدَ (٣٧٤) فِي الطَّهَارَةِ، وَالتِّرۡمِذِيُّ (٧١) فِي الطَّهَارَةِ، وَالنَّسَائِيُّ (١/١٥٧) فِي الطَّهَارَةِ، وَالدَّارِمِيُّ (١/١٨٩) فِي الطَّهَارَةِ، وَابۡنُ مَاجَه (٥٢٢) فِي الطَّهَارَةِ، وَمَالِكٌ فِي (الۡمُوَطَّأِ) (١/٦٤) فِي الطَّهَارَةِ، وَأَحۡمَدُ فِي (الۡمُسۡنَدِ) (٦/٣٥٥).
[2] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٢٢٢) فِي الۡوُضُوءِ، (٥٤٦٨) فِي الۡأَطۡعِمَةِ، وَ(٦٠٠٢) فِي الۡأَدَبِ، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٦) فِي الطَّهَارَةِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا النَّسَائِيُّ (١/١٥٧) فِي الطَّهَارَةِ، وَابۡنُ مَاجَه (٥٢٣) فِي الطَّهَارَةِ، وَمَالِكٌ فِي (الۡمُوَطَّأِ) (١/٦٤) فِي الطَّهَارَةِ، وَأَحۡمَدُ فِي (الۡمُسۡنَدِ) (٦/٥٢).