Cari Blog Ini

Syarh Al-Ushulus Sittah - Pertanyaan

الۡأَسۡئِلَةُ

أَثَابَكُمُ اللهُ فَضِيلَةَ الشَّيۡخِ، مَا رَأۡيُكُمۡ فِيمَنۡ يَقُولُ: إِنَّ الۡمَقۡصُودَ بِأُولِي الۡأَمۡرِ الَّذِينَ ذُكِرُوا فِي الۡآيَةِ هُمُ الۡعُلَمَاءُ وَلَيۡسُوا الۡأُمَرَاءُ؟
Semoga Allah membalas engkau dengan pahala wahai Syaikh yang mulia. Apa pendapatmu terhadap orang yang mengatakan: Sesungguhnya ulil amri yang disebutkan di dalam ayat maksudnya adalah ulama, bukan para pemimpin negara?
هَٰذَا غَلَطٌ، لِأَنَّ الۡآيَةَ شَامِلَةٌ تَشۡمُلُ الۡعُلَمَاءَ وَالۡأُمَرَاءَ، هَٰذَا هُوَ الصَّحِيحُ، أَنَّهَا فِي الۡأُمَرَاءِ وَفِي الۡعُلَمَاءِ، كُلُّهُمۡ يُقَالُ لَهُمۡ: أُولِي الۡأَمۡرِ.
Ini keliru, karena ayat ini meliputi ulama dan umara (pemimpin). Inilah yang benar. 
أَحۡسَنَ اللهُ إِلَيۡكُمۡ، هَلۡ الَّذِينَ يَذۡهَبُونَ لِلۡكُهَّانِ وَالۡعَرَّافِينَ يَكۡفُرُونَ كُفۡرًا أَكۡبَرَ، وَيُعَامَلُونَ مُعَامَلَةَ الۡمُرۡتَدِّينَ؟
Semoga Allah memberi kebaikan kepada Anda. Apakah orang yang pergi ke dukun-dukun dan tukang-tukang ramal kafir kufur akbar dan apakah mereka diperlakukan dengan perlakuan terhadap orang murtad?
نَحۡنُ نَقُولُ مَا قَالَهُ الرَّسُولُ ﷺ: (مَنۡ أَتَى عَرَّافًا أَوۡ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ فِيمَا يَقُولُ فَقَدۡ كَفَرَ بِمَا أُنۡزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ)[1].
Kita katakan ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu ia membenarkan ucapannya, maka sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
أَثَابَكُمُ اللهُ، سُؤَالٌ يَقُولُ: مَا رَدُّكُمۡ عَلَى هَٰذَا الۡتَعۡبِيرِ الَّذِي يُدَرَّسُ فِي الۡمَدَارِسِ: (أَنَّ الۡمَادَّةَ لَا تَفۡنَى وَلَا تُسۡتَحۡدَثُ مِنَ الۡعَدَمِ، مَعَ أَنَّ اللهَ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ)؟
Semoga Allah membalas engkau dengan pahala. Ada pertanyaan: Apa bantahan Anda terhadap ungkapan yang dipelajari di sekolah-sekolah bahwa massa itu tidak bisa hilang dan tidak bisa diciptakan dari tidak ada, sedangkan Allah adalah yang menciptakan langit-langit dan bumi?
هَٰذَا كَلَامُ أَهۡلِ الطَّبِيعَةِ، الَّذِينَ يَقُولُونَ بِالطَّبِيعَةِ وَلَا يُقِرُّونَ بِالۡخَالِقِ، وَالۡحَقُّ أَنَّ كُلَّ شَيۡءٍ يُوجَدُ مِنۡ عَدَمٍ وَيَفۡنَى بَعۡدَ وُجُودِهِ إِلَّا اللهَ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى، فَإِنَّهُ لَا بِدَايَةَ وَلَا نِهَايَةَ: ﴿كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٍ ۝٢٦ وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو الۡجَلَٰلِ وَالۡإِكۡرَامِ ۝٢٧﴾ [الرحمن: ٢٦-٢٧].
Ini adalah perkataan ahli ilmu alam, yang mereka mengatakan dalam perkara alam dan mereka tidak menetapkannya untuk sang pencipta. Dan yang benar adalah bahwa segala sesuatu diciptakan dari tidak ada dan akan musnah setelah keberadaannya kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Karena Dia tidak ada permulaan dan akhirnya. “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27).
فَضِيلَةَ الشَّيۡخِ، هُنَاكَ بَعۡضُ الۡإِخۡوَةِ يَنۡتَسِبُونَ إِلَى جَمَاعَةِ التَّبۡلِيغِ، وَيَدۡعُونَنَا كَثِيرًا لِلۡخُرُوجِ مَعَهُمۡ، وَيَسۡتَدِلُّونَ عَلَى كَوۡنِهِمۡ عَلَى الۡحَقِّ بِكَثۡرَةِ مَنۡ يَهۡتَدُونَ عَلَى أَيۡدِيهِمۡ مِنَ الۡكُفَّارِ وَغَيۡرِهِمۡ فِي أَنۡحَاءِ الۡعَالَمِ، فَكَيۡفَ نَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ؟
Wahai Syaikh yang mulia, di sana ada sebagian saudara kita yang mengikuti Jama’ah Tabligh, mereka sering mengajak kami untuk ikut keluar bersama mereka. Mereka menganggap diri mereka di atas kebenaran dengan alasan banyaknya orang yang mendapat hidayah melalui perantaraan mereka dari kalangan orang-orang kafir dan selain mereka di berbagai penjuru dunia. Lalu, bagaimana kita membantah mereka?
نَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ أَنۡ نَقُولَ: مَنِ الَّذِي اهۡتَدَى عَلَى أَيۡدِيهِمۡ فِي التَّوۡحِيدِ؟ هَلۡ هُوَ وَاحِدٌ مِنَ الۡكُفَّارِ أَوۡ مِنَ الۡمُبۡتَدِعَةِ أَوۡ مِنَ الۡقُبُورِيِّينَ اهۡتَدَى عَلَى يَدِ جَمَاعَةِ التَّبۡلِيغِ وَتَرَكَ الشِّرۡكَ، وَتَابَ إِلَى اللهِ مِنَ الشِّرۡكِ، وَعَرَفَ التَّوۡحِيدَ أَوۡ لَا؟ إِنَّمَا هُمۡ يُتَوِّبُونَ النَّاسَ مِنَ الذُّنُوبِ، لَكِنَّ الشِّرۡكَ لَا يَتَعَرَّضُونَ لَهُ قَطُّ وَلَا يُحَذِّرُونَ مِنۡهُ، وَلِذٰلِكَ تَكۡثُرُ فِي بِلَادِهِمۡ عِبَادَةُ الۡأَضۡرِحَةِ وَالۡقُبُورِ وَلَا يَتَعَرَّضُونَ لَهَا، فَمَا مَعۡنَى هَٰذَا؟! وَأَيُّ دَعۡوَةٍ هَٰذِهِ؟! ثُمَّ إِنَّهُمۡ يُتَوِّبُونَ النَّاسَ مِنَ الۡمَعَاصِي وَيُدۡخِلُونَهُمۡ فِي الۡبِدَعِ الَّتِي يَسِيرُونَ عَلَيۡهَا فِي مَنۡهَجِهِمۡ الۡمَعۡرُوفِ.
Kita bantah mereka dengan mengatakan: Siapakah yang mendapat hidayah kepada tauhid melalui perantaraan mereka? Adakah satu orang saja dari orang-orang kafir, ahli bid’ah, para penyembah kubur yang mendapat hidayah melalui Jama’ah Tabligh, kemudian meninggalkan syirik, bertaubat kepada Allah dari syirik, dan mengenali tauhid? Mereka hanyalah menjadi sebab manusia bertaubat dari dosa-dosa. Akan tetapi mereka sama sekali tidak menghalangi dari perbuatan syirik dan memperingatkan darinya. Oleh karena itu, banyak di negeri-negeri mereka penyembahan kuburan dalam keadaan mereka tidak berupaya menghalanginya. Kalau demikian, lalu apa artinya?! Dakwah apa ini?! Selain itu pula, mereka membuat manusia bertaubat dari maksiat lalu menjerumuskan mereka ke dalam bid’ah yang mereka tempuh di dalam metode dakwah mereka yang sudah dikenal.
أَثَابَكُمُ اللهُ، مَا حُكۡمُ صَلَاةِ التَّسۡبِيحِ؟
لَمۡ تَثۡبُتۡ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، وَالنَّبِيُّ ﷺ يَقُولُ: (مَنۡ عَمِلَ عَمَلًا لَيۡسَ عَلَيۡهِ أَمۡرُنَا فَهُوَ رَدٌّ)[2]، وَمَا دَامَتۡ لَمۡ تَثۡبُتۡ، فَلَا يَجُوزُ الۡعَمَلُ بِهَا، وَأَيۡضًا فِيهَا غَرَابَةٌ مِنۡ نَاحِيَةِ صِفَتِهَا، فَالنَّبِيُّ ﷺ نَهَى عَنۡ قِرَاءَةِ الۡقُرۡآنِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، وَهِيَ فِيهَا قِرَاءَةٌ لِلۡقُرۡآنِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، وَفِيهَا صِفَاتٌ مُخَالِفَةٌ لِلصَّلَوَاتِ الۡمَشۡرُوعَةِ، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهَا لَيۡسَ لَهَا أَصۡلٌ.
فَالَّذِي يُرِيدُ الۡخَيۡرَ فَهُوَ مَوۡجُودٌ فِي الصَّلَوَاتِ الۡمَشۡرُوعَةِ، صَلِّ يَا أَخِي صَلَاةَ الضُّحَى، صَلِّ صَلَاةَ اللَّيۡلِ، وَالۡوِتۡرِ، وَالرَّوَاتِبِ مَعَ الۡفَرَائِضِ، الۡبَابُ مَفۡتُوحٌ.
Semoga Allah membalas Anda dengan pahala, apa hukum shalat tasbih?
Shalat tasbih ini tidak tetap datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Siapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada contoh dari kami, maka ia tertolak.” Dan setiap amalan yang tidak tetap dari Nabi, maka tidak boleh mengamalkannya. Selain itu pula, ada keanehan dari sisi tata caranya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang membaca Al-Qur`an ketika ruku’ dan sujud, sedangkan dalam shalat tasbih ada bacaan Al-Qur`an ketika ruku’ dan sujud. Dan di dalam shalat tersebut juga ada tata cara yang berbeda dengan shalat-shalat yang disyariatkan. Keanehan-keanehan ini termasuk yang menandakan bahwa shalat ini tidak ada asal dalilnya.
Sehingga, bagi yang menginginkan kebaikan, maka itu sudah terdapat di dalam shalat-shalat yang disyariatkan. Shalatlah wahai saudaraku dengan shalat Dhuha, shalatlah shalat malam, witir, rawatib yang mengiringi shalat fardhu. Pintu ibadah shalat yang syar’i ini terbuka lebar.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحۡبِهِ وَسَلَّمَ.
Semoga Allah curahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para shahabatnya. 

[1] سُنَنُ التِّرۡمِذِي (١٣٥)، وَسُنَنُ أَبِي دَاوُدَ (٣٩٠٤)، وَسُنَنُ ابۡنِ مَاجَهۡ (٦٣٩)، وَمُسۡنَدُ أَحۡمَدَ (٩٠٣٥)، وَسُنَنُ الدَّارِمِيِّ (١١٣٦). 
Sunan At-Tirmidzi (135), Sunan Abu Dawud (3904), Sunan Ibnu Majah (639), Musnad Ahmad (9035), dan Sunan Ad-Darimi (1136). 
[2] صَحِيحُ الۡبُخَارِيِّ (٢٦٩٧)، وَصَحِيحُ مُسۡلِمٍ (١٧١٨)، وَسُنَنُ أَبِي دَاوُدَ (٤٦٠٦)، وَسُنَنُ ابۡنِ مَاجَهۡ (١٤)، وَمُسۡنَدُ أَحۡمَدَ (٢٣٩٢٩).