Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6522 dan 6523

٤٥ - بَابٌ كَيۡفَ الۡحَشۡرُ
45. Bab Cara Penggiringan


٦٥٢٢ - حَدَّثَنَا مُعَلَّى بۡنُ أَسَدٍ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ، عَنِ ابۡنِ طَاوُسٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (يُحۡشَرُ النَّاسُ عَلَى ثَلَاثِ طَرَائِقَ: رَاغِبِينَ رَاهِبِينَ، وَاثۡنَانِ عَلَى بَعِيرٍ، وَثَلَاثَةٌ عَلَى بَعِيرٍ، وَأَرۡبَعَةٌ عَلَى بَعِيرٍ، وَعَشَرَةٌ عَلَى بَعِيرٍ، وَيَحۡشُرُ بَقِيَّتَهُمُ النَّارُ، تَقِيلُ مَعَهُمۡ حَيۡثُ قَالُوا، وَتَبِيتُ مَعَهُمۡ حَيۡثُ بَاتُوا، وَتُصۡبِحُ مَعَهُمۡ حَيۡثُ أَصۡبَحُوا، وَتُمۡسِي مَعَهُمۡ حَيۡثُ أَمۡسَوۡا).

6522. Mu’alla bin Asad telah menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Manusia akan digiring dengan tiga cara. Ada yang dalam keadaan sangat mendambakan (rahmat Allah) dan takut (dari azab Allah). Ada yang berdua di atas seekor unta, bertiga di atas seekor unta, berempat di atas seekor unta, dan bersepuluh di atas seekor unta. Sisanya digiring oleh api. Api itu ikut istirahat siang bersama mereka di tempat mereka istirahat dan api itu ikut bermalam bersama mereka di tempat mereka bermalam. Api itu ikut berjalan di pagi hari bersama mereka dan berjalan di sore hari bersama mereka.”

٦٥٢٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بۡنُ مُحَمَّدٍ الۡبَغۡدَادِيُّ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ قَتَادَةَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ، كَيۡفَ يُحۡشَرُ الۡكَافِرُ عَلَى وَجۡهِهِ؟ قَالَ: (أَلَيۡسَ الَّذِي أَمۡشَاهُ عَلَى الرِّجۡلَيۡنِ فِي الدُّنۡيَا قَادِرًا عَلَى أَنۡ يُمۡشِيَهُ عَلَى وَجۡهِهِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟) قَالَ قَتَادَةُ: بَلَى وَعِزَّةِ رَبِّنَا. [طرفه في: ٤٧٦٠].

6523. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Yunus bin Muhammad Al-Baghdadi menceritakan kepada kami: Syaiban menceritakan kepada kami dari Qatadah: Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami:

Seseorang bertanya, “Wahai Nabi, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas wajahnya?”

Nabi menjawab, “Bukankah yang telah membuatnya berjalan dengan dua kaki di dunia mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?”

Qatadah berkata, “Tentu, demi kemuliaan Tuhan kami.”

Shahih Muslim hadis nomor 181

٢٩٧ - (١٨١) - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ بۡنِ مَيۡسَرَةَ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ بۡنُ مَهۡدِيٍّ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ، عَنۡ ثَابِتٍ الۡبُنَانِيِّ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبِي لَيۡلَىٰ، عَنۡ صُهَيۡبٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِذَا دَخَلَ أَهۡلُ الۡجَنَّةِ الۡجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيۡئًا أَزِيدُكُمۡ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمۡ تُبَيِّضۡ وُجُوهَنَا؟ أَلَمۡ تُدۡخِلۡنَا الۡجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكۡشِفُ الۡحِجَابَ فَمَا أُعۡطُوا شَيۡئًا أَحَبَّ إِلَيۡهِمۡ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمۡ عَزَّ وَجَلَّ).

297. (181). ‘Ubaidullah bin ‘Umar bin Maisarah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepadaku: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Tsabit Al-Bunani, dari ‘Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau berkata:

Apabila penghuni janah telah masuk janah, Allah—tabaraka wa ta’ala—berkata, “Apakah kalian ingin Aku tambahi sesuatu?”

Penghuni janah bertanya, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam janah dan telah menyelamatkan kami dari neraka?”

Lalu Allah menyingkap hijab. Tidaklah mereka diberi sesuatu yang lebih mereka cintai daripada memandang Tuhan mereka—‘azza wa jalla.

٢٩٨ - (...) - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ هَارُونَ، عَنۡ حَمَّادِ بۡنِ سَلَمَةَ، بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ. وَزَادَ: ثُمَّ تَلَا هٰذِهِ الۡآيَةَ: ﴿لِّلَّذِينَ أَحۡسَنُوا۟ ٱلۡحُسۡنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ﴾ [يونس: ٢٦].

298. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Harun menceritakan kepada kami dari Hammad bin Salamah melalui sanad ini. Beliau menambahkan: Kemudian Nabi membaca ayat ini, “Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (janah) dan tambahannya.” (QS Yunus: 26).

Sunan At-Tirmidzi hadis nomor 1504

١٥٠٤ - (ضعيف) حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدَةُ، عَنۡ سَعِيدٍ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ جُرَيِّ بۡنِ كُلَيۡبٍ السَّدُوسِيِّ، عَنۡ عَلِيٍّ، قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنۡ يُضَحَّى بِأَعۡضَبِ الۡقَرۡنِ وَالۡأُذُنِ. قَالَ قَتَادَةُ: فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لِسَعِيدِ بۡنِ الۡمُسَيَّبِ فَقَالَ: الۡعَضۡبُ مَا بَلَغَ النِّصۡفَ فَمَا فَوۡقَ ذٰلِكَ. هٰذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. [(ابن ماجه)(٣١٤٥)].

1504. [Daif] Hannad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdah menceritakan kepada kami dari Sa’id, dari Qatadah, dari Jurai bin Kulaib As-Sadusi, dari ‘Ali. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang berkurban dengan hewan yang terpotong sebagian besar tanduk dan telinganya.

Qatadah berkata: Aku menyebutkan itu kepada Sa’id bin Al-Musayyab, lalu beliau berkata: Al-‘Adhb adalah yang mencapai setengah atau lebih.

Ini adalah hadis hasan sahih.

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 3145

٣١٤٥ - (ضعيف) حَدَّثَنَا حُمَيۡدُ بۡنُ مَسۡعَدَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِدُ بۡنُ الۡحَارِثِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنۡ قَتَادَةَ؛ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّهُ سَمِعَ جُرَيَّ بۡنَ كُلَيۡبٍ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا يُحَدِّثُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَى أَنۡ يُضَحَّى بِأَعۡضَبِ الۡقَرۡنِ وَالۡأُذُنِ. [(الإرواء)(١١٤٩)، (المشكاة)(١٤٦٤)، (التعليق على صحيح ابن خزيمة)(٢٩١٣)، (تخريج الۡأحاديث المختارة)(٣٨٣)].

3145. [Daif] Humaid bin Mas’adah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Khalid bin Al-Harits menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah: Beliau menyebutkan bahwa beliau mendengar Jurai bin Kulaib menceritakan bahwa dia mendengar ‘Ali bercerita: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang berkurban dengan hewan yang terpotong sebagian besar tanduk dan telinganya.

Sunan Abu Dawud hadis nomor 2805 dan 2806

٢٨٠٥ - (ضعيف) حَدَّثَنَا مُسۡلِمُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، قَالَ: نا هِشَامُ [بۡنُ أَبِي عَبۡدِ اللهِ الدَّسۡتَوَائِيُّ وَيُقَالُ لَهُ هِشَامُ بۡنُ سَنۡبَرٍ]، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ جُرَيِّ بۡنِ كُلَيۡبٍ، عَنۡ عَلِيٍّ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى أَنۡ يُضَحَّى بِعَضۡبَاءِ الۡأُذُنِ وَالۡقَرۡنِ. قَالَ أَبُو دَاوُدَ: جُرَيٌّ سَدُوسِيٌّ بَصۡرِيٌّ، لَمۡ يُحَدِّثۡ عَنۡهُ إِلَّا قَتَادَةُ.

2805. [Daif] Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hisyam bin Abu ‘Abdullah Ad-Dustawa`i—atau beliau disebut pula Hisyam bin Sanbar—menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Jurai bin Kulaib, dari ‘Ali: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang berkurban dengan hewan yang terpotong sebagian besar telinga atau tanduknya.

Abu Dawud berkata: Jurai adalah seorang dari kabilah Sadus, tinggal di Bashrah. Hanya Qatadah yang meriwayatkan hadis darinya.

٢٨٠٦ - (مقطوع صحيح) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: نا يَحۡيَى، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنۡ قَتَادَةَ، قَالَ: قُلۡتُ -يَعۡنِي- لِسَعِيدِ بۡنِ الۡمُسَيَّبِ: مَا الۡأَعۡضَبُ؟ قَالَ: النِّصۡفُ فَمَا فَوۡقَهُ.

2806. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami dari Qatadah. Beliau berkata:

Aku bertanya kepada Sa’id bin Al-Musayyab, “Apa arti al-a’dhab?”

Beliau menjawab, “Separuh atau lebih.”

Musnad Ahmad hadis nomor 633

٦٣٣ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنۡ جُرَيِّ بۡنِ كُلَيۡبٍ، عَنۡ عَلِيٍّ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنۡ يُضَحَّى بِعَضۡبَاءِ الۡقَرۡنِ وَالۡأُذُنِ. [صححه ابن خزيمة: (٢٩١٣). قال الۡألباني: ضعيف (أبو داود: ٢٨٠٥، ابن ماجه: ٣١٤٥، الترمذي: ١٥٠٤). قال شعيب: إسناده حسن]. [انظر: ٧٩١، ١٠٤٨، ١٠٦٦، ١١٥٧، ١١٥٨، ١٢٩٣، ١٢٩٤].

633. Yahya telah menceritakan kepada kami dari Hisyam: Qatadah menceritakan kepada kami dari Jurai bin Kulaib, dari ‘Ali. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang berkurban dengan hewan yang terpotong sebagian besar tanduk atau telinganya.

Janah dan Neraka

Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din berkata,

ومن الإيمان باليوم الآخر الإيمانُ بالجنَّة والنار، وأنَّهما موجودتان الآن، وأنَّهما باقيتان إلى غير نهاية، فقد أعدَّ اللهُ الجنَّةَ لأوليائه، وأعدَّ النَّارَ لأعدائه، فمن الآيات التي فيها إعداد الجنَّة لأوليائه قوله تعالى: ﴿وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوا۟ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ﴾، وقوله: ﴿وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ﴾، وقوله: ﴿سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ﴾.

Termasuk keimanan kepada hari akhir adalah mengimani janah dan neraka. Keduanya sudah ada sekarang. Keduanya akan terus ada tanpa ada akhirnya. Allah telah menyiapkan janah untuk para wali-Nya dan menyiapkan neraka untuk para musuh-Nya. Di antara ayat yang menyebutkan penyiapan janah untuk para wali-Nya adalah firman Allah taala, “Orang-orang yang telah mendahului lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan muhajirin dan ansar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridai mereka dan mereka rida kepada-Nya. Allah telah menyiapkan janah-janah yang di bawahnya dialiri sungai-sungai untuk mereka. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itu adalah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah: 100).

Dan firman Allah, “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan janah seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 133).

Dan firman Allah, “Berlomba-lombalah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan janah yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.” (QS Al-Hadid: 21).

ومن الآيات التي فيها إعداد النار لأعدائه قوله تعالى: ﴿وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ ٱلظَّآنِّينَ بِٱللَّهِ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِ ۚ عَلَيۡهِمۡ دَآئِرَةُ ٱلسَّوۡءِ ۖ وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ وَلَعَنَهُمۡ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا﴾، وقوله: ﴿وَٱتَّقُوا۟ ٱلنَّارَ ٱلَّتِىٓ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ﴾، وقوله: ﴿فَٱتَّقُوا۟ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ﴾، ويدلُّ من السُّنَّة لكون الجنَّة والنَّار موجودتَين الآن حديث ابن عباس رضي الله عنهما في صلاة الكسوف، وفيه: (قالوا: يا رسول الله! رأيناك تناولتَ شيئاً في مقامك، ثم رأيناك كَعۡكَعۡتَ، قال ﷺ: إنِّي رأيتُ الجنَّةَ، فتناولتُ عنقوداً، ولو أصبته لأكلتُم منه ما بقيت الدنيا، وأُريتُ النار، فلَم أرَ منظَراً كاليوم قطُّ أفظع، ورأيتُ أكثرَ أهلها النساء...) الحديث، رواه البخاري (١٠٥٢)، ومسلم (٩٠٧).

Di antara ayat-ayat yang menyebutkan telah disediakannya neraka untuk musuh-musuh Allah adalah firman Allah taala, “supaya Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan wanita, orang-orang musyrik laki-laki dan wanita, yang berprasangka buruk kepada Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk. Allah memurkai mereka, melaknat mereka, dan menyediakan neraka Jahannam untuk mereka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS Al-Fath: 6).

Dan firman Allah, “Takutlah kalian dari neraka yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafir!” (QS Ali Imran: 131).

Dan firman Allah, “Takutlah kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang sudah disediakan untuk orang-orang yang kafir!” (QS Al-Baqarah: 24).

Dalil dari sunah yang menunjukkan bahwa janah dan neraka sudah ada sekarang adalah hadis Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—tentang salat Kusuf. Dalam hadis itu disebutkan:

Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami melihatmu meraih sesuatu di tempat berdirimu kemudian kami melihatmu mundur.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya aku tadi melihat janah, lalu aku mencoba mengambil satu ranting (anggur). Andai aku mendapatkannya niscaya kalian bisa makan darinya selama dunia masih ada. Lalu neraka diperlihatkan kepadaku. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan yang lebih mengerikan seperti hari ini. Aku melihat paling banyak penghuninya adalah para wanita...” (HR Al-Bukhari nomor 1052 dan Muslim nomor 907).

وأمَّا ما جاء عن بعض المبتدعة كالمعتزلة من أنَّهما لا تُخلقان إلَاّ يوم القيامة؛ لأنَّ خلقَهما قبل ذلك عبثٌ، حيث إنَّهما تبقيان مدَّة طويلة دون أن ينتفع بالجنَّة أحدٌ ودون أن يتضرَّر بالنَّار أحد، فذلك قولٌ باطل، ويدلُّ لبطلانه وجوه:

Sebagian ahli bidah seperti Mu’tazilah berpendapat bahwa janah dan neraka belum diciptakan kecuali nanti pada hari kiamat dengan alasan penciptaan keduanya sebelum itu merupakan suatu perkara yang sia-sia. Yaitu karena keduanya sudah ada dalam jangka waktu yang lama tanpa ada seorang pun yang mendapat manfaat dari janah dan belum ada seorang pun yang mendapat mudarat dari neraka. Pendapat ini adalah pendapat yang batil. Sisi-sisi yang menunjukkan kebatilannya:

الۡأول: ما جاء في الآيات والۡأحاديث الدَّالة على خَلۡقِهما ووجودِهما قبل يوم القيامة، ومن ذلك ما تقدَّم قريباً.

الثاني: أنَّ وجودَ الجنَّة فيه ترغيبٌ بها وتشويقٌ إليها، ووجودَ النار فيه تحذيرٌ منها وتخويف.

الثالث: أنَّه قد جاء في نصوص الكتاب والسُّنَّة ما يدلُّ على حصول الانتفاع بنعيم الجنَّة قبل يوم القيامة، وما يدلُّ على التضرُّر بعذاب النار قبل يوم القيامة، وقد مرَّ عند ذكر نعيم القبر وعذابه بعض النصوص الدَّالة على ذلك.

Pertama: Ayat-ayat dan hadis-hadis yang diriwayatkan menunjukkan bahwa janah dan neraka telah diciptakan dan sudah ada sebelum hari kiamat. Sebagiannya baru saja disebutkan.

Kedua: Keberadaan janah memberikan motivasi dan kerinduan terhadapnya. Adapun keberadaan neraka menjadi peringatan dan memunculkan rasa takut terhadapnya.

Ketiga: Disebutkan dalam nas-nas Al-Qur’an dan sunah, dalil yang menunjukkan adanya pemanfaatan kenikmatan janah sebelum hari kiamat. Begitu pula dalil yang menunjukkan adanya yang mendapat mudarat dari azab neraka sebelum hari kiamat. Sebagian nas yang menunjukkan hal itu sudah berlalu (di risalah ini) ketika menyebutkan kenikmatan dan azab kubur.

وفي الجنَّة التي أُهبط منها آدم أقوال ثلاثة:

الۡأول: أنَّها جنَّة الخُلد، وهو أظهرها.

والقول الثاني: أنَّها جنَّة في مكان عالٍ من الۡأرض.

والقول الثالث: التوقُّف.

Tentang janah yang Adam diturunkan darinya ada tiga pendapat:

Pertama: Itu adalah janah yang kekal. Ini pendapat paling kuat.

Kedua: Itu adalah janah di suatu tempat yang tinggi di bumi.

Ketiga: Abstain.

وقد ذكر ابن القيم الخلافَ وأدلَّةَ أصحاب القول الۡأول والثاني، وإجابةَ كلٍّ منهما عمَّا استدلَّ به الآخر، ولَم يُرجِّح شيئاً، وذلك في كتابه حادي الۡأرواح (ص: ١٦-٣٢)، وفي قصيدته الميمية ما يدلُّ على ترجيحه القولَ الۡأول، حيث قال:

فحيَّ عل جنَّات عدن فإنَّها منازلك الۡأولَى وفيها المخيَّم

ولكنَّنا سَبي العدو فهل ترى نعود إلى أوطاننا ونسلَّم

Ibnu Al-Qayyim telah menyebutkan perselisihan ini dan dalil-dalil pihak pertama dan kedua, serta jawaban masing-masing pihak terhadap dalil pihak lain. Beliau tidak menguatkan pendapat yang manapun. Keterangan itu ada di dalam kitab beliau yang berjudul Hadi Al-Arwah halaman 16-32. Namun, di dalam kasidah Al-Mimiyyah beliau, ada bait yang menunjukkan beliau menguatkan pendapat pertama, yaitu beliau berkata, “Mari menuju ke janah ‘Adn karena itulah tempat tinggalmu pertama dan kelak di situlah tempat memasang kemah. Akan tetapi kita adalah tawanan musuh. Apakah pendapatmu kita dapat kembali ke negeri kita dan kita hanya menyerah?”

الجنَّة والنَّارُ باقيتان لا تفنيان ولا تبيدان، وأهل الجنَّة منَعَّمون فيها إلى غير نهاية، والكفَّار مُعذَّبون في النار إلى غير نهاية، ومن الآيات التي جاءت في بقاء الجنَّة وخلودِ أهلها فيها قول الله عزَّ وجلَّ: ﴿وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ﴾، وقوله: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا ۝١٠٧ خَٰلِدِينَ فِيهَا لَا يَبۡغُونَ عَنۡهَا حِوَلًا﴾، وقوله: ﴿إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ ۝٤٥ ٱدۡخُلُوهَا بِسَلَٰمٍ ءَامِنِينَ ۝٤٦ وَنَزَعۡنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنۡ غِلٍّ إِخۡوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ ۝٤٧ لَا يَمَسُّهُمۡ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنۡهَا بِمُخۡرَجِينَ﴾، وقوله: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمۡ خَيۡرُ ٱلۡبَرِيَّةِ ۝٧ جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوا۟ عَنۡهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنۡ خَشِىَ رَبَّهُۥ﴾.

Janah dan neraka tetap ada, tidak fana dan tidak akan musnah. Penduduk janah akan mendapat nikmat di dalamnya tiada akhir dan orang-orang kafir diazab di dalam neraka sampai tiada batas waktunya.

Di antara ayat-ayat yang menyebutkan terus adanya janah dan kekalnya penduduknya di dalamnya adalah firman Allah—'azza wa jalla—, “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa bagi mereka janah-janah yang dialiri oleh sungai-sungai di bawahnya. Setiap kali mereka diberi rezeki darinya berupa buah-buahan, mereka berkata, ‘Ini adalah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Bagi mereka ada istri-istri yang disucikan dan mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah: 25).

Dan firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, janah-janah Firdaus untuk mereka sebagai tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya. Mereka tidak ingin pindah dari situ.” (QS Al-Kahfi: 107-108).

Dan firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam janah dan mata air. Masuklah kalian dengan keselamatan dan aman! Kami telah mencabut segala rasa dendam yang berada dalam dada mereka sehingga mereka seperti saudara. Di atas ranjang, mereka saling berhadapan. Kelelahan tidak menimpa mereka di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.” (QS Al-Hijr: 45-48).

Dan firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah janah ‘Adn yang dialiri oleh sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah meridai mereka dan mereka rida kepada-Nya. Balasan itu bagi siapa saja yang takut kepada Tuhannya.” (QS Al-Bayyinah: 7-8).

ومن الآيات التي جاءت في بقاء النار وخلود الكفار فيها قول الله عزَّ وجلَّ: ﴿وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَكَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَآ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ﴾، وقوله: ﴿وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ﴾، وقوله: ﴿يُرِيدُونَ أَن يَخۡرُجُوا۟ مِنَ ٱلنَّارِ وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنۡهَا ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ مُّقِيمٌ﴾، وقوله: ﴿فَمَا تَنفَعُهُمۡ شَفَٰعَةُ ٱلشَّٰفِعِينَ﴾، وقوله: ﴿وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَهُمۡ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقۡضَىٰ عَلَيۡهِمۡ فَيَمُوتُوا۟ وَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُم مِّنۡ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجۡزِى كُلَّ كَفُورٍ﴾، وقوله: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَظَلَمُوا۟ لَمۡ يَكُنِ ٱللَّهُ لِيَغۡفِرَ لَهُمۡ وَلَا لِيَهۡدِيَهُمۡ طَرِيقًا ۝١٦٨ إِلَّا طَرِيقَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا﴾، وقوله: ﴿وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَإِنَّ لَهُۥ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا﴾، وقوله: ﴿إِنَّ ٱللَّهَ لَعَنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمۡ سَعِيرًا ۝٦٤ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ لَّا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا﴾، وقوله: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمۡ شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ﴾.

Ayat-ayat yang menyebutkan langgengnya neraka dan kekalnya orang-orang kafir di dalamnya adalah firman Allah—‘azza wa jalla—, “Orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah: 39).

Firman Allah, “Sekali-kali mereka tidak keluar dari neraka.” (QS Al-Baqarah: 167).

Firman Allah, “Mereka ingin keluar dari neraka, namun mereka sekali-kali tidak bisa keluar darinya dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS Al-Maidah: 37).

Firman Allah, “Syafaat para pemberi syafaat tidak bisa memberi manfaat kepada mereka.” (QS Al-Muddassir: 48).

Firman Allah, “Orang-orang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan hingga mati dan azab tidak diringankan dari mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada setiap orang yang sangat ingkar.” (QS Fathir: 36).

Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan zalim, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni mereka dan tidak pula menunjukkan jalan kepada mereka kecuali jalan ke neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS An-Nisa’: 168-169).

Firman Allah, “Barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Dia kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS Al-Jinn: 23).

Firman Allah, “Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir dan menyediakan neraka yang apinya menyala-nyala untuk mereka. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka tidak mendapatkan seorang pembela dan penolong pun.” (QS Al-Ahzab: 64-65).

Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan) berada di dalam neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah sejelek-jelek makhluk.” (QS Al-Bayyinah: 6).

وبقاءُ الجنَّة والنَّار وخلودُ أهلهما فيهما إلى غير نهاية لا يُنافي كون الله عزَّ وجلَّ الآخرَ الذي ليس بعده شيء؛ لأنَّ بقاءَ الله عزَّ وجلَّ لازمٌ لذاته، وبقاءَ الجنَّة والنار وأهلهِما فيهما حصل بإبقاء الله لهما، وليس لهما إلَاّ الفناء لولا إبقاء الله لهما، ويجب الإيمانُ بكلِّ ما ورد في الكتاب والسنَّة من صفات الجنَّة والنار، وما يحصلُ في الجنَّة من النعيم، وما يحصل في النار من العذاب.

Kelanggengan janah dan neraka, serta kekekalan penghuninya di dalamnya sampai tiada akhirnya tidaklah menafikan kenyataan bahwa Allah—‘azza wa jalla—adalah Al-Akhir (Yang Maha Akhir) yang tidak ada sesuatu pun setelah-Nya, karena kelanggengan Allah—‘azza wa jalla—merupakan sifat yang melekat pada Zat-Nya, sedangkan kelanggengan janah dan neraka, serta penghuni keduanya terjadi karena Allah yang membuat keduanya langgeng. Keduanya pasti akan fana kalau Allah tidak membuat keduanya langgeng. Wajib untuk mengimani segala sesuatu yang disebutkan di dalam Al-Qur'an dan sunah tentang sifat janah dan neraka, kenikmatan yang ada di dalam janah, serta azab yang ada di dalam neraka.

Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat ke-46

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا ۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيۡرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Syekh 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di (wafat 1376 H) rahimahullah berkata di dalam Taisir Al-Karim Ar-Rahman:

أن المال والبنين زينة الحياة الدنيا، أي: ليس وراء ذلك شيء، وأن الذي يبقى للإنسان وينفعه ويسره، الباقيات الصالحات. وهذا يشمل جميع الطاعات الواجبة والمستحبة: من حقوق الله، وحقوق عباده، من صلاة، وزكاة، وصدقة، وحج، وعمرة، وتسبيح، وتحميد، وتهليل، وتكبير، وقراءة، وطلب علم نافع، وأمر بمعروف، ونهي عن منكر، وصلة رحم، وبر والدين، وقيام بحق الزوجات والمماليك والبهائم، وجميع وجوه الإحسان إلى الخلق، كل هذا من الباقيات الصالحات، فهذه خير عند الله ثوابًا وخير أملًا، فثوابها يبقى، ويتضاعف على الآباد، ويؤمل أجرها وبرها ونفعها عند الحاجة، فهذه التي ينبغي أن يتنافس بها المتنافسون، ويستبق إليها العاملون، ويجد في تحصيلها المجتهدون.

Harta dan anak merupakan perhiasan kehidupan dunia, artinya: tidak ada kelanjutan setelahnya. Yang tetap ada pada diri seseorang, yang akan bermanfaat, dan yang akan membahagiakannya adalah amal saleh yang kekal.

Ini mencakup semua ketaatan yang wajib dan sunah dari hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya, seperti: salat, zakat, sedekah, haji, umrah, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, qiraah Al-Qur’an, mencari ilmu yang bermanfaat, amar makruf nahi mungkar, menyambung silaturahmi, berbakti kepada kedua orang tua, memenuhi hak-hak pasangan, budak, dan hewan; serta semua bentuk kebaikan terhadap makhluk.

Semua itu termasuk amal saleh yang kekal. Semua itu lebih baik pahalanya di sisi Allah dan lebih baik untuk menjadi harapan. Pahalanya kekal dan berlipat ganda untuk selamanya. Pahala, kebaikan, dan manfaatnya diharapkan pada saat hal itu dibutuhkan. Itulah yang harus diperebutkan oleh orang-orang yang berlomba. Hendaknya orang yang beramal berlomba-lomba untuk mendapatkannya dan hendaknya orang yang giat berupaya untuk mendapatkannya.

وتأمل، كيف لما ضرب الله مثل الدنيا وحالها واضمحلالها، ذكر أن الذي فيها نوعان:
نوع من زينتها، يتمتع به قليلًا، ثم يزول بلا فائدة تعود لصاحبه، بل ربما لحقته مضرته، وهو المال والبنون.
ونوع يبقى وينفع صاحبه على الدوام، وهي الباقيات الصالحات.

Perhatikanlah bagaimana Allah taala memberikan perumpamaan tentang dunia, keadaannya, dan kerapuhannya. Allah taala menyebutkan bahwa apa yang ada di dalamnya ada dua macam:
  • Pertama, perhiasan yang dinikmati sesaat, kemudian lenyap tanpa manfaat bagi pemiliknya, bahkan bisa jadi mendatangkan mudarat kepadanya, seperti harta dan anak-anak.
  • Kedua, sesuatu yang kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya selama-lamanya, itulah amal-amal saleh yang kekal.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6519 dan 6520

٤٤ - بَابٌ يَقۡبِضُ اللهُ الۡأَرۡضَ
44. Bab Allah Menggenggam Bumi


رَوَاهُ نَافِعٌ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Nafi’ meriwayatkannya dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

٦٥١٩ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ مُقَاتِلٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (يَقۡبِضُ اللهُ الۡأَرۡضَ، وَيَطۡوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الۡمَلِكُ، أَيۡنَ مُلُوكُ الۡأَرۡضِ). [طرفه في: ٤٨١٢].

6519. Muhammad bin Muqatil telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri: Sa’id bin Al-Musayyab menceritakan kepadaku dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Allah akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Allah berkata, ‘Aku adalah raja. Mana raja-raja bumi?’”

٦٥٢٠ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ خَالِدٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ أَسۡلَمَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَكُونُ الۡأَرۡضُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ خُبۡزَةً وَاحِدَةً، يَتَكَفَّؤُهَا الۡجَبَّارُ بِيَدِهِ، كَمَا يَكۡفَأُ أَحَدُكُمۡ خُبۡزَتَهُ فِي السَّفَرِ، نُزُلًا لِأَهۡلِ الۡجَنَّةِ). فَأَتَى رَجُلٌ مِنَ الۡيَهُودِ فَقَالَ: بَارَكَ الرَّحۡمٰنُ عَلَيۡكَ يَا أَبَا الۡقَاسِمِ، أَلَا أُخۡبِرُكَ بِنُزُلِ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ قَالَ: (بَلَى). قَالَ: تَكُونُ الۡأَرۡضُ خُبۡزَةً وَاحِدَةً - كَمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ - فَنَظَرَ النَّبِيُّ ﷺ إِلَيۡنَا ثُمَّ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتۡ نَوَاجِذُهُ، ثُمَّ قَالَ: أَلَا أُخۡبِرُكَ بِإِدَامِهِمۡ؟ قَالَ: إِدَامُهُمۡ بَالآمٌ وَنُونٌ، قَالُوا: وَمَا هٰذَا؟ قَالَ: ثَوۡرٌ وَنُونٌ، يَأۡكُلُ مِنۡ زَائِدَةِ كَبِدِهِمَا سَبۡعُونَ أَلۡفًا.

6520. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Khalid, dari Sa’id bin Abu Hilal, dari Zaid bin Aslam, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri. Beliau berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Bumi pada hari kiamat akan menjadi sepotong roti yang akan dibolak-balikkan oleh Allah Al-Jabbar dengan tangan-Nya, sebagaimana salah seorang kalian membalik rotinya ketika safar. Roti itu adalah hidangan (pembuka) untuk penghuni janah.”

Seorang pria Yahudi datang seraya berkata, “Semoga Ar-Rahman memberkahi Anda, wahai Abu Al-Qasim. Maukah aku kabarkan kepadamu tentang hidangan (pembuka) penghuni janah pada hari kiamat?”

Nabi berkata, “Tentu.”

Dia berkata, “Bumi akan menjadi sepotong roti.” Sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memandang kepada kami kemudian tertawa sampai gigi geraham depannya tampak.

Kemudian orang Yahudi itu bertanya, “Maukah aku kabarkan makanan pendampingnya kepada Anda?”

Dia berkata melanjutkan, “Makanan pendampingnya adalah balam dan nun.”

Mereka bertanya, “Apakah itu?”

Dia berkata, “Daging lembu dan ikan paus. Tujuh puluh ribu orang bisa makan sekerat hatinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6517 dan 6518

٤٣ - بَابُ نَفۡخِ الصُّورِ
43. Bab Peniupan Sangkakala


قَالَ مُجَاهِدٌ: الصُّورُ كَهَيۡئَةِ الۡبُوقِ، ﴿زَجۡرَةٌ﴾ [الصافات: ١٩] صَيۡحَةٌ.

وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: ﴿النَّاقُورُ﴾ [المدثر: ٨] الصُّورُ، ﴿الرَّاجِفَةُ﴾ [النازعات: ٦] النَّفۡخَةُ الۡأُولَى، وَ ﴿الرَّادِفَةُ﴾ [النازعات: ٧] النَّفۡخَةُ الثَّانِيَةُ.

Mujahid berkata: bentuk sangkakala seperti trompet. Zajrah (QS Ash-Shaffat: 19) artinya teriakan.

Ibnu ‘Abbas berkata: An-Nāqūr (QS Al-Muddassir: 8) adalah sangkakala. Ar-Rājifah (QS An-Naziat: 6) adalah tiupan pertama dan ar-rādifah (QS An-Naziat: 7) adalah tiupan kedua.

٦٥١٧ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ وَ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ الۡأَعۡرَجِ أَنَّهُمَا حَدَّثَاهُ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ قَالَ: اسۡتَبَّ رَجُلَانِ: رَجُلٌ مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ وَرَجُلٌ مِنَ الۡيَهُودِ، فَقَالَ الۡمُسۡلِمُ: وَالَّذِي اصۡطَفَى مُحَمَّدًا عَلَى الۡعَالَمِينَ، فَقَالَ الۡيَهُودِيُّ: وَالَّذِي اصۡطَفَى مُوسَى عَلَى الۡعَالَمِينَ، قَالَ: فَغَضِبَ الۡمُسۡلِمُ عِنۡدَ ذٰلِكَ فَلَطَمَ وَجۡهَ الۡيَهُودِيِّ، فَذَهَبَ الۡيَهُودِيُّ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَأَخۡبَرَهُ بِمَا كَانَ مِنۡ أَمۡرِهِ وَأَمۡرِ الۡمُسۡلِمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تُخَيِّرُونِي عَلَى مُوسَى، فَإِنَّ النَّاسَ يَصۡعَقُونَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، فَأَكُونُ فِي أَوَّلِ مَنۡ يُفِيقُ، فَإِذَا مُوسَى بَاطِشٌ بِجَانِبِ الۡعَرۡشِ، فَلَا أَدۡرِي أَكَانَ مُوسَى فِيمَنۡ صَعِقَ فَأَفَاقَ قَبۡلِي، أَوۡ كَانَ مِمَّنِ اسۡتَثۡنَى اللهُ).

6517. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dan ‘Abdurrahman Al-A’raj: Keduanya menceritakan kepadanya: Abu Hurairah berkata:

Ada dua pria saling mencela. Seorang pria dari kaum muslimin dan seorang pria dari kaum Yahudi. Si muslim berkata, “Demi Yang telah memilih Muhammad atas alam semesta.”

Orang Yahudi berkata, “Demi Yang telah memilih Musa atas alam semesta.”

Abu Hurairah berkata:

Mendengar itu, si muslim marah lalu menampar wajah orang Yahudi. Lalu orang Yahudi itu pergi menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu menceritakan kejadian yang terjadi antara dirinya dengan si muslim itu. Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janganlah kalian mengunggulkan aku di atas Musa! Karena pada hari kiamat nanti, manusia pingsan. Lalu aku termasuk orang-orang yang pertama siuman. Ternyata Musa sedang memegang sisi arasy dengan kuat. Aku tidak tahu apakah Musa termasuk orang yang pingsan lalu siuman sebelumku ataukah beliau termasuk orang yang Allah kecualikan.”

٦٥١٨ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ: حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (يَصۡعَقُ النَّاسُ حِينَ يَصۡعَقُونَ، فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنۡ قَامَ، فَإِذَا مُوسَى آخِذٌ بِالۡعَرۡشِ، فَمَا أَدۡرِي أَكَانَ فِيمَنۡ صَعِقَ). رَوَاهُ أَبُو سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٢٤١١].

6518. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami: Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Manusia pingsan ketika mereka pingsan. Lalu aku adalah orang pertama yang berdiri. Ternyata Musa sedang memegang arasy. Aku tidak tahu apakah beliau termasuk orang yang pingsan.”

Abu Sa’id meriwayatkannya dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6514, 6515, dan 6516

٦٥١٤ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي بَكۡرِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ حَزۡمٍ: سَمِعَ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهُ ﷺ: (يَتۡبَعُ الۡمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ، فَيَرۡجِعُ اثۡنَانِ وَيَبۡقَى مَعَهُ وَاحِدٌ: يَتۡبَعُهُ أَهۡلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرۡجِعُ أَهۡلُهُ وَمَالُهُ وَيَبۡقَى عَمَلُهُ).

6514. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Abu Bakr bin ‘Amr bin Hazm menceritakan kepada kami: Beliau mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tiga hal yang akan mengikuti mayit. Yang dua akan pulang dan yang satu akan tetap tinggal bersamanya. Keluarga, harta, dan amalannya akan mengikutinya lalu keluarga dan hartanya akan kembali dan amalannya akan tinggal.”

٦٥١٥ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمۡ عُرِضَ عَلَيۡهِ مَقۡعَدُهُ غُدۡوَةً وَعَشِيًّا، إِمَّا النَّارُ وَإِمَّا الۡجَنَّةُ، فَيُقَالُ: هٰذَا مَقۡعَدُكَ حَتَّى تُبۡعَثَ). [طرفه في: ١٣٧٩].

6515. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila salah seorang kalian meninggal, tempat tinggalnya akan diperlihatkan kepadanya di pagi dan sore hari. Bisa jadi neraka dan bisa jadi janah. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini adalah tempat tinggalmu sampai engkau dibangkitkan.’”

٦٥١٦ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ الۡجَعۡدِ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ مُجَاهِدٍ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَسُبُّوا الۡأَمۡوَاتَ، فَإِنَّهُمۡ قَدۡ أَفۡضَوۡا إِلَى مَا قَدَّمُوا).

6516. ‘Ali bin Al-Ja’d telah menceritakan kepada kami: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Al-A’masy, dari Mujahid, dari ‘Aisyah. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janganlah kalian mencela orang-orang yang sudah mati karena mereka telah sampai kepada balasan amalan yang telah mereka kerjakan.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6511, 6512, dan 6513

٦٥١١ - حَدَّثَنِي صَدَقَةُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدَةُ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: كَانَ رِجَالٌ مِنَ الۡأَعۡرَابِ جُفَاةً، يَأۡتُونَ النَّبِيَّ ﷺ فَيَسۡأَلُونَهُ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَكَانَ يَنۡظُرُ إِلَى أَصۡغَرِهِمۡ فَيَقُولُ: (إِنۡ يَعِشۡ هٰذَا لَا يُدۡرِكۡهُ الۡهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ عَلَيۡكُمۡ سَاعَتُكُمۡ). قَالَ هِشَامٌ: يَعۡنِي مَوۡتَهُمۡ.

6511. Shadaqah telah menceritakan kepadaku: ‘Abdah mengabarkan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan:

Dahulu orang-orang dari badui Arab bersifat kasar. Mereka datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu bertanya kepadanya, “Kapankah saat (hari kiamat) itu?”

Saat itu beliau memandang kepada orang yang paling muda dari mereka lalu berkata, “Jika orang ini masih hidup, tidaklah dia mencapai usia tua sampai waktu saat (kiamat) kalian telah terjadi.”

Hisyam berkata: Yakni kematian mereka.

٦٥١٢ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ حَلۡحَلَةَ، عَنۡ مَعۡبَدِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ مَالِكٍ، عَنۡ أَبِي قَتَادَةَ بۡنِ رِبۡعِيٍّ الۡأَنۡصَارِيِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ مُرَّ عَلَيۡهِ بِجِنَازَةٍ، فَقَالَ: (مُسۡتَرِيحٌ وَمُسۡتَرَاحٌ مِنۡهُ). قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الۡمُسۡتَرِيحُ وَالۡمُسۡتَرَاحُ مِنۡهُ؟ قَالَ: (الۡعَبۡدُ الۡمُؤۡمِنُ يَسۡتَرِيحُ مِنۡ نَصَبِ الدُّنۡيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحۡمَةِ اللهِ، وَالۡعَبۡدُ الۡفَاجِرُ يَسۡتَرِيحُ مِنۡهُ الۡعِبَادُ وَالۡبِلَادُ، وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ).

[الحديث ٦٥١٢ - طرفه في: ٦٥١٣].

6512. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Muhammad bin ‘Amr bin Halhalah, dari Ma’bad bin Ka’b bin Malik, dari Abu Qatadah bin Rib’i Al-Anshari: Beliau pernah bercerita:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah dilewati rombongan yang membawa jenazah lalu beliau bersabda, “Mustarih atau mustarah minhu.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah al-mustarih dan al-mustarah minhu itu?”

Beliau menjawab, “Hamba yang beriman (yang meninggal) akan beristirahat dari keletihan dan gangguan di dunia menuju rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat (yang meninggal), maka hamba-hamba, negeri-negeri, pohon-pohon, dan binatang-binatang akan istirahat darinya.”

٦٥١٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عَبۡدِ رَبِّهِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ حَلۡحَلَةَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ كَعۡبٍ، عَنۡ أَبِي قَتَادَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مُسۡتَرِيحٌ وَمُسۡتَرَاحٌ مِنۡهُ، الۡمُؤۡمِنُ يَسۡتَرِيحُ). [طرفه في: ٦٥١٢].

6513. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Abdu Rabbih bin Sa’id, dari Muhammad bin ‘Amr bin Halhalah: Ibnu Ka’b menceritakan kepadaku dari Abu Qatadah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau berkata, “Mustarih (orang yang beristirahat) dan mustarah minhu (pihak lain teristirahatkan darinya). Orang mukmin (yang meninggal) akan beristirahat.”

Shahih Muslim hadis nomor 2867

٦٧ - (٢٨٦٧) - حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ أَيُّوبَ وَأَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ. جَمِيعًا عَنِ ابۡنِ عُلَيَّةَ. قَالَ ابۡنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ عُلَيَّةَ. قَالَ: وَأَخۡبَرَنَا سَعِيدٌ الۡجُرَيۡرِيُّ، عَنۡ أَبِي نَضۡرَةَ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ. قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: وَلَمۡ أَشۡهَدۡهُ مِنَ النَّبِيِّ ﷺ. وَلَٰكِنۡ حَدَّثَنِيهِ زَيۡدُ بۡنُ ثَابِتٍ قَالَ: بَيۡنَمَا النَّبِيُّ ﷺ فِي حَائِطٍ لِبَنِي النَّجَّارِ، عَلَىٰ بَغۡلَةٍ لَهُ، وَنَحۡنُ مَعَهُ، إِذۡ حَادَتۡ بِهِ فَكَادَتۡ تُلۡقِيهِ. وَإِذَا أَقۡبُرٌ سِتَّةٌ أَوۡ خَمۡسَةٌ أَوۡ أَرۡبَعَةٌ. قَالَ: كَذَا كَانَ يَقُولُ الۡجُرَيۡرِيُّ. فَقَالَ: (مَنۡ يَعۡرِفُ أَصۡحَابَ هٰذِهِ الۡأَقۡبُرِ)؟ فَقَالَ رَجُلٌ: أَنَا. قَالَ: (فَمَتَىٰ مَاتَ هَؤُلَاءِ؟) قَالَ: مَاتُوا فِي الۡإِشۡرَاكِ. فَقَالَ: (إِنَّ هٰذِهِ الۡأُمَّةَ تُبۡتَلَىٰ فِي قُبُورِهَا، فَلَوۡلَا أَنۡ لَا تَدَافَنُوا، لَدَعَوۡتُ اللهَ أَنۡ يُسۡمِعَكُمۡ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ الَّذِي أَسۡمَعُ مِنۡهُ)، ثُمَّ أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا بِوَجۡهِهِ، فَقَالَ: (تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنۡ عَذَابِ النَّارِ). قَالُوا: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡ عَذَابِ النَّارِ. فَقَالَ: (تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ). قَالُوا: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ. قَالَ: (تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنَ الۡفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ). قَالُوا: نَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الۡفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ. قَالَ: (تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنۡ فِتۡنَةِ الدَّجَّالِ) قَالُوا: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡ فِتۡنَةِ الدَّجَّالِ.

67. (2867). Yahya bin Ayyub dan Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Semua dari Ibnu ‘Ulayyah. Ibnu Ayyub berkata: Ibnu ‘Ulayyah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sa’id Al-Jurairi mengabarkan kepada kami dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Zaid bin Tsabit. Abu Sa’id berkata: Aku tidak mendengar langsung dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, akan tetapi Zaid bin Tsabit menceritakannya kepadaku. Beliau berkata:

Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berada di suatu kebun bani An-Najjar dengan mengendarai bagalnya dan kami bersama beliau, tiba-tiba bagalnya menyeleweng sampai hampir memelantingkan beliau. Ternyata ada kuburan sebanyak enam atau lima atau empat. Ibnu ‘Ulayyah berkata: Demikianlah yang dikatakan oleh Al-Jurairi.

Nabi bertanya, “Siapa yang tahu penghuni kuburan-kuburan ini?”

Seseorang menjawab, “Saya.”

Nabi bertanya, “Kapan mereka meninggal?”

Orang itu menjawab, “Mereka meninggal dalam kemusyrikan.”

Nabi berkata, “Sesungguhnya umat ini akan diuji di kuburnya. Kalau bukan karena kalian saling menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah agar memperdengarkan azab kubur yang kudengar kepada kalian.”

Kemudian beliau menghadap dengan wajahnya kepada kami lalu berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari azab neraka!”

Para sahabat berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari azab neraka.”

Nabi berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari azab kubur!”

Para sahabat berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari azab kubur.”

Nabi berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi!”

Para sahabat berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.”

Nabi berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari fitnah Dajjal!”

Para sahabat berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal.”

Syafaat

Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--di dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din menyebutkan,

ومن الإيمان باليوم الآخر الإيمان بالشَّفاعات التي وردت في الكتاب والسنَّة، منها الشفاعة العظمى الخاصَّة بنبيِّنا ﷺ في تخليص أهل الموقف مِمَّا هم فيه، وهي المقام المحمود الذي يحمده عليه الۡأوَّلون والآخرون، من لَدن آدم عليه السلام إلى الذين قامت عليهم الساعة، وقد مرَّت الإشارةُ إليها قريباً في كلام الإمام ابن كثير رحمه الله.

Termasuk keimanan kepada hari akhir adalah mengimani syafaat-syafaat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunah. Di antaranya adalah syafaat teragung yang dikhususkan untuk Nabi kita—shallallahu ‘alaihi wa sallam—supaya melepaskan makhluk-makhluk di padang Mahsyar dari keadaan yang mereka alami. Ini adalah kedudukan terpuji (al-maqam al-mahmud) yang dipuji oleh orang-orang sejak awal sampai akhir. Sejak Adam—‘alaihis salam—sampai orang-orang yang mengalami hari kiamat. Isyarat tentangnya baru saja disebutkan dalam ucapan Imam Ibnu Katsir—rahimahullah.

ومنها الشفاعة فيمَن استحقَّ النارَ ألَاّ يدخلها، ويدلُّ لذلك قول النَّبيِّ ﷺ وغيره من الۡأنبياء على الصراط: (اللَّهمَّ سلِّم سلِّم!)، وقد مرَّ الحديثان في ذلك قريباً عند المرور على الصراط.

Di antara syafaat itu adalah syafaat bagi siapa saja yang pantas masuk neraka untuk tidak memasukinya. Yang menunjukkan syafaat ini adalah ucapan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan nabi-nabi selain beliau di atas sirat, “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.” Dua hadis tentang ini baru saja disebutkan ketika membahas peristiwa penyeberangan di atas sirat.

ومنها الشفاعة في رفع درجات مَن يدخل الجنَّة فيها فوق ما كان يقتضيه ثواب أعمالهم، ويدلُّ لذلك قوله تعالى: ﴿وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَىۡءٍ ۚ﴾، ومنه رفع درجات زوجاته ﷺ إلى درجته.

Termasuk syafaat adalah diangkatnya derajat siapa saja yang masuk janah melebihi derajat yang sesuai dengan balasan amalan mereka. Yang menunjukkan jenis syafaat ini adalah firman Allah taala, “Orang-orang yang beriman dan diikuti oleh keturunan mereka dalam keimanan, Kami akan gabungkan keturunan mereka dengan mereka dan Kami tidak mengurangi sedikit pun amalan mereka.” Termasuk dalilnya adalah diangkatnya derajat-derajat istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kepada derajat beliau.

ومنها الشفاعة لدخول الجنَّة بغير حساب، ويدلُّ له دعاؤه ﷺ لعكاشة بن محصن ليكون من السبعين ألفاً الذين يدخلون الجنَّة بغير حساب، رواه البخاري (٥٨١١) ومسلم (٢١٦).

Termasuk syafaat adalah syafaat untuk masuk janah tanpa hisab. Yang menunjukkan syafaat ini adalah doa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk ‘Ukkasyah bin Mihshan agar termasuk tujuh puluh ribu yang masuk janah tanpa hisab. (HR Al-Bukhari nomor 5811 dan Muslim nomor 216)

ومنها شفاعته ﷺ في تخفيف العذاب عن عمِّه أبي طالب حتى جُعل في ضحضاح من نار يغلي منه دماغه، أخرجه البخاري (٣٨٨٣) ومسلم (٢٠٩)، وهذا التخفيف مخصِّصٌ لقول الله عزَّ وجلَّ: ﴿وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَهُمۡ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقۡضَىٰ عَلَيۡهِمۡ فَيَمُوتُوا۟ وَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُم مِّنۡ عَذَابِهَا ۚ﴾.

Termasuk syafaat adalah syafaat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk meringankan azab pamannya, yaitu Abu Thalib, sehingga dia diletakkan di dangkalan neraka namun menyebabkan otaknya mendidih. (HR Al-Bukhari nomor 3883 dan Muslim nomor 209).

Pemberian keringanan ini mengkhususkan firman Allah—‘azza wa jalla—, “Orang-orang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan hingga mati dan mereka tidak diringankan azabnya.”

ومنها شفاعته ﷺ في دخول الجنَّة، ويدلُّ له قوله ﷺ: (أنا أوَّل الناس يشفع في الجنة، وأنا أكثرُ الۡأنبياء تَبَعاً) رواه مسلم (١٩٦)، وفي لفظ له: (أنا أكثر الۡأنبياء تَبَعاً يوم القيامة، وأنا أوَّلُ مَن يقرعُ بابَ الجنَّة)، وقوله ﷺ: (آتي باب الجنَّة يوم القيامة فأستفتح، فيقول الخازن: مَن أنت؟ فأقول: محمد، فيقول: بك أُمرتُ لا أفتح لأحد قبلك) رواه مسلم (١٩٧).

Termasuk syafaat adalah syafaat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk masuk janah. Yang menunjukkan syafaat ini adalah sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku adalah manusia pertama yang memberi syafaat di dalam janah dan aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya.” (HR Muslim nomor 196).

Dalam lafaz lain milik beliau,”Aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat dan akulah orang pertama yang mengetuk pintu janah.”

Sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—:

Aku akan mendatangi pintu janah pada hari kiamat lalu aku minta agar dibukakan. Penjaga pintu bertanya, “Siapa engkau?”

Aku menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu berkata, “Hanya untukmu, aku diperintah (membukanya). Aku tidak membukanya untuk seorang pun sebelum engkau.” (HR Muslim nomor 197).

ومنها الشفاعة في إخراج أهل الكبائر من النار، وقد تواترت بذلك الۡأحاديث عن رسول الله ﷺ، كما ذكره شارح الطحاوية (ص:٢٩٠)، ومنها حديث أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ: (لكلِّ نبيٍّ دعوةٌ مستجابةٌ، فتعجَّل كلُّ نبيٍّ دعوتَه، وإنِّي اختبأتُ دعوتي شفاعة لأمَّتي يوم القيامة، فهي نائلةٌ إن شاء الله مَن مات من أمَّتي لا يشركُ بالله شيئاً) رواه البخاري (٦٣٠٤) ومسلم (١٩٩)، واللفظ لمسلم.

Termasuk syafaat adalah syafaat untuk mengeluarkan pelaku dosa besar dari neraka. Terdapat banyak hadis yang menyebutkan itu dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebagaimana disebutkan oleh pensyarah kitab Ath-Thahawiyah (halaman 290). Di antaranya adalah hadis Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Setiap nabi memiliki doa yang pasti dikabulkan. Seluruh nabi telah mendahulukan doanya, sementara aku menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku pada hari kiamat. Insyaallah doaku akan menjangkau siapa saja yang meninggal dari umatku yang tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah.” (HR Al-Bukhari nomor 6304 dan Muslim nomor 199. Lafaz hadis ini milik Muslim).

وهذه الشفاعة تحصلُ من الملائكة والنَّبيِّين والمؤمنين؛ لقوله ﷺ في حديث أبي سعيد في صحيح مسلم (١٨٣): (فيقول الله عزَّ وجلَّ: شفعت الملائكة، وشفع النَّبيُّون، وشفع المؤمنون، ولَم يبق إلَّا أرحمُ الرَّاحمين...) الحديث.

Syafaat jenis ini bisa diberikan oleh malaikat, para nabi, dan kaum mukminin berdasar sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam hadis Abu Sa’id dalam Shahih Muslim nomor 183, “Allah—‘azza wa jalla—berkata: para malaikat telah memberi syafaat, para nabi telah memberi syafaat, kaum mukminin telah memberi syafaat. Yang belum memberi syafaat tinggal Allah Yang Maha Pemurah...”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6507, 6508, dan 6509

٤١ – بَابٌ مَنۡ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ
41. Bab Barang Siapa Senang Berjumpa Allah, Niscaya Allah Senang Berjumpa dengannya


٦٥٠٧ - حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنۡ أَنَسٍ، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنۡ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ). قَالَتۡ عَائِشَةُ أَوۡ بَعۡضُ أَزۡوَاجِهِ: إِنَّا لَنَكۡرَهُ الۡمَوۡتَ! قَالَ: (لَيۡسَ ذَاكِ، وَلَكِنَّ الۡمُؤۡمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الۡمَوۡتُ بُشِّرَ بِرُضۡوَانِ اللهِ وَكَرَامَتِهِ، فَلَيۡسَ شَيۡءٌ أَحَبَّ إِلَيۡهِ مِمَّا أَمَامَهُ، فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ وَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الۡكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَعُقُوبَتِهِ، فَلَيۡسَ شَيۡءٌ أَكۡرَهَ إِلَيۡهِ مِمَّا أَمَامَهُ، كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ). اخۡتَصَرَهُ أَبُو دَاوُدَ وَعَمۡرٌو عَنۡ شُعۡبَةَ. وَقَالَ سَعِيدٌ: عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ زُرَارَةَ، عَنۡ سَعۡدٍ، عَنۡ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

6507. Hajjaj telah menceritakan kepada kami: Hammam menceritakan kepada kami: Qatadah menceritakan kepada kami dari Anas, dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Barang siapa senang berjumpa dengan Allah, niscaya Allah senang berjumpa dengannya. Barang siapa benci bertemu dengan Allah, niscaya Allah akan benci bertemu dengannya.”

‘Aisyah atau salah seorang istri Nabi berkata, “Sesungguhnya kami tidak menyukai kematian.”

Nabi berkata, “Bukan begitu. Akan tetapi apabila seorang mukmin yang sedang didatangi oleh kematian, dia akan diberi kabar gembira dengan keridaan dan kemurahan Allah. Tidak ada sesuatu pun yang lebih dia cintai daripada apa yang ada di hadapannya. Lalu dia mencintai perjumpaan dengan Allah dan Allah mencintai perjumpaan dengannya. Sedangkan orang kafir yang sedang didatangi oleh kematian, dia diberi kabar gembira dengan azab dan hukuman Allah, sehingga tidak ada sesuatu pun yang lebih dibencinya daripada yang ada di hadapannya. Dia benci berjumpa dengan Allah dan Allah benci berjumpa dengannya.”

Abu Dawud dan ‘Amr meringkas hadis ini dari Syu’bah. Sa’id berkata: Dari Qatadah, dari Zurarah, dari Sa’d, dari ‘Aisyah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

٦٥٠٨ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدٍ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنۡ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ).

6508. Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepadaku: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Barang siapa senang berjumpa dengan Allah, niscaya Allah akan senang berjumpa dengannya. Barang siapa benci berjumpa dengan Allah, niscaya Allah akan benci berjumpa dengannya.”

٦٥٠٩ - حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ، وَعُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ فِي رِجَالٍ مِنۡ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَتۡ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَقُولُ وَهُوَ صَحِيحٌ: (إِنَّهُ لَمۡ يُقۡبَضۡ نَبِيٌّ قَطُّ حَتَّى يَرَى مَقۡعَدَهُ مِنَ الۡجَنَّةِ، ثُمَّ يُخَيَّرُ). فَلَمَّا نَزَلَ بِهِ - وَرَأۡسُهُ عَلَى فَخِذِي - غُشِيَ عَلَيۡهِ سَاعَةً، ثُمَّ أَفَاقَ فَأَشۡخَصَ بَصَرَهُ إِلَى السَّقۡفِ، ثُمَّ قَالَ: (اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الۡأَعۡلَى). قُلۡتُ: إِذًا لَا يَخۡتَارُنَا، وَعَرَفۡتُ أَنَّهُ الۡحَدِيثُ الَّذِي كَانَ يُحَدِّثُنَا بِهِ، قَالَتۡ: فَكَانَتۡ تِلۡكَ آخِرَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بِهَا النَّبِيُّ ﷺ قَوۡلُهُ: (اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الۡأَعۡلَى). [طرفه في: ٤٤٣٥].

6509. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepadaku: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab: Sa’id bin Al-Musayyab dan ‘Urwah bin Az-Zubair bersama beberapa orang alim mengabarkan kepadaku: ‘Aisyah, istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, berkata:

Dahulu, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di masa sehat pernah berkata, “Sesungguhnya tidaklah seorang nabi pun meninggal sampai dia melihat tempat duduknya di dalam janah kemudian dia diberi pilihan.”

Ketika kematian menghampiri beliau dalam keadaan kepala beliau di atas pahaku, beliau pingsan sebentar. Kemudian beliau siuman lalu mengangkat pandangan ke arah atap, kemudian berkata, “Ya Allah, (aku memilih) teman yang paling tinggi.”

Aku berkata: Berarti, beliau tidak memilih kami dan aku mengerti bahwa kejadian itulah yang dahulu beliau ceritakan kepada kami.

‘Aisyah berkata: Maka, itulah kalimat terakhir yang Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ucapkan. Yaitu: Ya Allah, (aku memilih) teman yang paling tinggi.

Shahih Muslim hadis nomor 197

٣٣٣ - (١٩٧) - وَحَدَّثَنِي عَمۡرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بۡنُ الۡقَاسِمِ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ الۡمُغِيرَةِ عَنۡ ثَابِتٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (آتِي بَابَ الۡجَنَّةِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، فَأَسۡتَفۡتِحُ، فَيَقُولُ الۡخَازِنُ: مَنۡ أَنۡتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرۡتُ لَا أَفۡتَحُ لِأَحَدٍ قَبۡلَكَ).

333. (197). ‘Amr An-Naqid dan Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku. Keduanya berkata: Hasyim bin Al-Qasim menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Al-Mughirah menceritakan kepada kami dari Tsabit, dari Anas bin Malik. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata:

Aku akan mendatangi pintu janah pada hari kiamat lalu aku meminta agar dibukakan.

Penjaga pintu bertanya, “Siapa engkau?”

Aku menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu berkata, “Hanya untukmu aku diperintah (untuk membukanya). Aku tidak membuka (pintu ini) untuk seorang pun sebelum engkau.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6503, 6504, dan 6505

٣٩ - بَابُ قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (بُعِثۡتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيۡنِ)
39. Bab Sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku diutus dalam keadaan aku dan hari kiamat seperti dua ini.”


﴿وَمَا أَمۡرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمۡحِ الۡبَصَرِ أَوۡ هُوَ أَقۡرَبُ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ﴾ [النحل: ٧٧].

“Tidaklah kejadian hari kiamat kecuali seperti sekejap mata atau lebih cepat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS An-Nahl: 77).

٦٥٠٣ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ: حَدَّثَنَا أَبُو حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (بُعِثۡتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ هَكَذَا). وَيُشِيرُ بِإِصۡبَعَيۡهِ فَيَمُدُّ بِهِمَا.

6503. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Abu Ghassan menceritakan kepada kami: Abu Hazim menceritakan kepada kami dari Sahl. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku diutus dalam keadaan aku dan hari kiamat seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan meluruskan kedua jarinya.

٦٥٠٤ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا وَهۡبُ بۡنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ قَتَادَةَ وَأَبِي التَّيَّاحِ: عَنۡ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (بُعِثۡتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيۡنِ).

6504. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: Wahb bin Jarir menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Qatadah dan Abu At-Tayyah, dari Anas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Aku diutus dalam keadaan aku dan hari kiamat seperti dua ini.”

٦٥٠٥ - حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو بَكۡرٍ، عَنۡ أَبِي حَصِينٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (بُعِثۡتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيۡنِ). يَعۡنِي إِصۡبَعَيۡنِ‏.‏ تَابَعَهُ إِسۡرَائِيلُ، عَنۡ أَبِي حَصِينٍ.

6505. Yahya bin Yusuf telah menceritakan kepadaku: Abu Bakr mengabarkan kepada kami dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Aku diutus dalam keadaan aku dan hari kiamat seperti dua ini.” Yakni dua jari.

Isra`il mengiringi Abu Bakr dari Abu Hashin.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6501

٣٨ - بَابُ التَّوَاضُعِ
38. Bab Tawaduk


٦٥٠١ - حَدَّثَنَا مَالِكُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا زُهَيۡرٌ: حَدَّثَنَا حُمَيۡدٌ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ لِلنَّبِيِّ ﷺ نَاقَةٌ. قَالَ: وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ: أَخۡبَرَنَا الۡفَزَارِيُّ وَأَبُو خَالِدٍ الۡأَحۡمَرُ، عَنۡ حُمَيۡدٍ الطَّوِيلِ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: كَانَتۡ نَاقَةٌ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ تُسَمَّى الۡعَضۡبَاءَ، وَكَانَتۡ لَا تُسۡبَقُ، فَجَاءَ أَعۡرَابِيٌّ عَلَى قَعُودٍ لَهُ فَسَبَقَهَا، فَاشۡتَدَّ ذٰلِكَ عَلَى الۡمُسۡلِمِينَ، وَقَالُوا: سُبِقَتِ الۡعَضۡبَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنۡ لَا يَرۡفَعَ شَيۡئًا مِنَ الدُّنۡيَا إِلَّا وَضَعَهُ).

6501. Malik bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Zuhair menceritakan kepada kami: Humaid menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memiliki seekor unta betina. Al-Bukhari berkata: Muhammad telah menceritakan kepadaku: Al-Fazari dan Abu Khalid Al-Ahmar mengabarkan kepada kami dari Humaid Ath-Thawil, dari Anas. Beliau berkata:

Dahulu unta betina milik Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dinamai Al-‘Adhba`. Unta itu tidak bisa disalip. Lalu seorang badui Arab datang mengendarai untanya lalu menyalip unta Nabi. Hal itu membuat berat hati kaum muslimin. Mereka berkata, “Al-‘Adhba` disalip.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya sudah menjadi ketetapan Allah bahwa tidaklah Dia mengangkat sesuatu dari dunia kecuali Dia akan merendahkannya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6499

٣٦ - بَابُ الرِّيَاءِ وَالسُّمۡعَةِ
36. Bab Ria dan Sumah


٦٤٩٩ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ سُفۡيَانَ: حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بۡنُ كُهَيۡلٍ (ح). وَحَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ سَلَمَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ جُنۡدَبًا يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، وَلَمۡ أَسۡمَعۡ أَحَدًا يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ غَيۡرَهُ، فَدَنَوۡتُ مِنۡهُ، فَسَمِعۡتُهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَنۡ سَمِعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنۡ يُرَائِي يُرَائِي اللهُ بِهِ). [الحديث ٦٤٩٩ - طرفه في: ٧١٥٢].

6499. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Sufyan: Salamah bin Kuhail menceritakan kepadaku. (Dalam riwayat lain) Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Salamah. Beliau berkata: Aku mendengar Jundab berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata…

Salamah berkata: Aku belum mendengar seorang pun mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda; selain Jundub. Aku pun mendekat kepadanya, lalu aku mendengarnya berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang berbuat sumah, Allah akan memperdengarkan niat buruknya (di hari kiamat). Siapa saja yang berbuat ria, Allah akan memperlihatkan niat buruknya (di hari kiamat).”

Shahih Muslim hadis nomor 196

٨٥ - بَابٌ فِي قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ يَشۡفَعُ فِي الۡجَنَّةِ، وَأَنَا أَكۡثَرُ الۡأَنۡبِيَاءِ تَبَعًا)
85. Bab tentang Sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku adalah orang pertama yang memberi syafaat di dalam janah dan aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya.”


٣٣٠ - (١٩٦) - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ وَإِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، قَالَ قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الۡمُخۡتَارِ بۡنِ فُلۡفُلٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ يَشۡفَعُ فِي الۡجَنَّةِ، وَأَنَا أَكۡثَرُ الۡأَنۡبِيَاءِ تَبَعًا).

330. (196). Qutaibah bin Sa’id dan Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Qutaibah berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Al-Mukhtar bin Fulful, dari Anas bin Malik. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah orang pertama yang memberi syafaat di dalam janah dan aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya.”

٣٣١ - (...) - وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيۡبٍ مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بۡنُ هِشَامٍ، عَنۡ سُفۡيَانَ، عَنۡ مُخۡتَارِ بۡنِ فُلۡفُلٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَنَا أَكۡثَرُ الۡأَنۡبِيَاءِ تَبَعًا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، وَأَنَا أَوَّلُ مَنۡ يَقۡرَعُ بَابَ الۡجَنَّةِ).

331. Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami: Mu’awiyah bin Hisyam menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Mukhtar bin Fulful, dari Anas bin Malik. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat dan akulah yang pertama mengetuk pintu janah.”

٣٣٢ - (...) - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا حُسَيۡنُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ زَائِدَةَ، عَنِ الۡمُخۡتَارِ بۡنِ فُلۡفُلٍ قَالَ: قَالَ أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَنَا أَوَّلُ شَفِيعٍ فِي الۡجَنَّةِ. لَمۡ يُصَدَّقۡ نَبِيٌّ مِنَ الۡأَنۡبِيَاءِ مَا صُدِّقۡتُ. وَإِنَّ مِنَ الۡأَنۡبِيَاءِ نَبِيًّا مَا يُصَدِّقُهُ مِنۡ أُمَّتِهِ إِلَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ).

332. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Husain bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari Za`idah, dari Al-Mukhtar bin Fulful. Beliau berkata: Anas bin Malik berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku pemberi syafaat pertama di janah. Tidak ada seorang nabi pun yang diimani seperti aku. Sesungguhnya di antara para nabi ada yang tidak diimani oleh umatnya kecuali oleh satu orang saja.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6497 dan 6498

٦٤٩٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ وَهۡبٍ: حَدَّثَنَا حُذَيۡفَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ حَدِيثَيۡنِ، رَأَيۡتُ أَحَدَهُمَا وَأَنَا أَنۡتَظِرُ الۡآخَرَ: حَدَّثَنَا: (أَنَّ الۡأَمَانَةَ نَزَلَتۡ فِي جَذۡرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ الۡقُرۡآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ). وَحَدَّثَنَا عَنۡ رَفۡعِهَا قَالَ: (يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوۡمَةَ، فَتُقۡبَضُ الۡأَمَانَةُ مِنۡ قَلۡبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثۡلَ أَثَرِ الۡوَكۡتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوۡمَةَ فَتُقۡبَضُ فَيَبۡقَى أَثَرُهَا مِثۡلَ الۡمَجۡلِ، كَجَمۡرٍ دَحۡرَجۡتَهُ عَلَى رِجۡلِكَ فَنَفِطَ، فَتَرَاهُ مُنۡتَبِرًا وَلَيۡسَ فِيهِ شَيۡءٌ، فَيُصۡبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الۡأَمَانَةَ، فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا، وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ: مَا أَعۡقَلَهُ وَمَا أَظۡرَفَهُ وَمَا أَجۡلَدَهُ، وَمَا فِي قَلۡبِهِ مِثۡقَالُ حَبَّةِ خَرۡدَلٍ مِنۡ إِيمَانٍ). وَلَقَدۡ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا أُبَالِي أَيَّكُمۡ بَايَعۡتُ، لَئِنۡ كَانَ مُسۡلِمًا رَدَّهُ الۡإِسۡلَامُ، وَإِنۡ كَانَ نَصۡرَانِيًّا رَدَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ، فَأَمَّا الۡيَوۡمَ: فَمَا كُنۡتُ أُبَايِعُ إِلَّا فُلَانًا وَفُلَانًا.

6497. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami dari Zaid bin Wahb: Hudzaifah menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menceritakan dua peristiwa yang akan terjadi. Aku telah melihat salah satu dari keduanya dan aku menunggu yang satu lagi. Beliau menceritakan kepada kami, “Sesungguhnya amanah turun ke dalam akar kalbu manusia, kemudian mereka mempelajarinya dari Al-Qur’an, kemudian mempelajarinya dari sunah.”

Beliau menceritakan kepada kami tentang diangkatnya amanah. Beliau berkata, “Seseorang tidur malam lalu (sebagian) amanah dicabut dari kalbunya, sehingga bekasnya seperti bekas bercak. Kemudian dia tidur malam, lalu (sisa) amanah dicabut sehingga bekasnya tinggal seperti kapal, seperti bara yang engkau gelindingkan di atas kaki sehingga melepuh lalu engkau melihatnya membengkak padahal tidak ada isinya. Di saat itu, manusia saling berjual beli, namun hampir tidak ada seorang pun yang menunaikan amanah. Lalu ada yang berkata: Sesungguhnya di bani Polan ada seorang yang amanah. Nanti juga dikatakan kepada seseorang: Alangkah pandainya dia, alangkah cerdiknya dia, alangkah kuatnya dia; padahal tidak ada iman seberat biji sawi di dalam kalbunya.”

Sungguh suatu zaman telah aku lalui dalam keadaan aku tidak peduli dengan siapa aku berjual beli. Jika dia seorang muslim, keislamannya akan membuatnya mengembalikan hakku. Jika dia seorang nasrani, pemerintah (muslim) akan mencegahnya bertindak khianat. Adapun hari ini, aku tidak mau berjual beli kecuali dengan si Polan dan si Polan.

٦٤٩٨ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَالِمُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (إِنَّمَا النَّاسُ كَالۡإِبِلِ الۡمِائَةُ، لَا تَكَادُ تَجِدُ فِيهَا رَاحِلَةً).

6498. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Salim bin ‘Abdullah mengabarkan kepadaku: ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Manusia itu bagaikan seratus unta. Engkau hampir tidak bisa mendapati seekor unta yang layak untuk tunggangan darinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5811

٥٨١١ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (يَدۡخُلُ الۡجَنَّةَ مِنۡ أُمَّتِي زُمۡرَةٌ هِيَ سَبۡعُونَ أَلۡفًا، تُضِيءُ وُجُوهُهُمۡ إِضَاءَةَ الۡقَمَرِ). فَقَامَ عُكَّاشَةُ بۡنُ مِحۡصَنٍ الۡأَسَدِيُّ، يَرۡفَعُ نَمِرَةً عَلَيۡهِ، قَالَ: ادۡعُ اللهَ لِي يَا رَسُولَ اللهِ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ اجۡعَلۡهُ مِنۡهُمۡ). ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: (سَبَقَكَ عُكَّاشَةُ). [الحديث ٥٨١١ - طرفه في: ٦٥٤٢].

5811. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab menceritakan kepadaku: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—berkata:

Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Serombongan umatku akan masuk janah sebanyak tujuh puluh ribu. Wajah mereka bersinar seperti cahaya bulan.”

‘Ukkasyah bin Mihshan Al-Asadi berdiri sambil mengangkat pakaian namirah (pakaian dari wol yang bermotif garis berwarna putih, hitam, dan merah) yang dipakainya. Beliau berkata, “Berdoalah kepada Allah, wahai Rasulullah, agar menjadikan aku termasuk mereka.”

Rasulullah berdoa, “Ya Allah, jadikan dia termasuk mereka.”

Kemudian seorang pria ansar berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk mereka.”

Rasulullah berkata, “‘Ukkasyah telah mendahuluimu.”

Keterangan Ulama tentang Pentingnya Hadis Jibril

Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--di dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din menyebutkan,

وقد جاء عن جماعة من أهل العلم بيان عظم شأن هذا الحديث، قال القاضي عياض كما في شرح النووي على صحيح مسلم (١/١٥٨): (وهذا الحديث قد اشتمل على شرح جميع وظائف العبادات الظاهرة والباطنة، من عقود الإيمان وأعمال الجوارح وإخلاص السرائر والتحفظ من آفات الأعمال، حتى إنَّ علومَ الشريعة كلَّها راجعةٌ إليه ومتشعِّبةٌ منه، قال: وعلى هذا الحديث وأقسامه الثلاثة ألَّفنا كتابنا الذي سمَّيناه بالمقاصد الحسان فيما يلزم الإنسان؛ إذ لا يشذ شيءٌ من الواجبات والسنن والرغائب والمحظورات والمكروهات عن أقسامه الثلاثة، والله أعلم).

Keterangan tentang keagungan hadis ini telah disebutkan dari beberapa ulama. Al-Qadhi ‘Iyadh mengatakan sebagaimana di dalam syarah An-Nawawi terhadap Shahih Muslim (1/158):

“Sungguh hadis ini meliputi penjelasan seluruh tugas ibadah yang lahir dan yang batin berupa prinsip iman, amalan anggota badan, memurnikan niat dan melindungi dari berbagai perusak amalan. Sampai seluruh ilmu syariat kembali kepada hadis tersebut dan bercabang darinya. Beliau mengatakan: Berdasar hadis ini dan tiga bagiannya, kami menyusun kitab kami yang kami beri judul Al-Maqashid Al-Hisan fi Ma Yalzamu Al-Insan. Karena tidak ada sesuatu pun dari perkara wajib, sunah, anjuran, larangan, makruh yang keluar dari tiga bagian ini. Wallahualam.”

وقال النووي (١/١٦٠): (واعلم أنَّ هذا الحديث يجمع أنواعاً من العلوم والمعارف والآداب واللطائف، بل هو أصل الإسلام، كما حكيناه عن القاضي عياض).

An-Nawawi berkata (1/160), “Ketahuilah! Hadis ini mengumpulkan berbagai jenis ilmu, pengetahuan, adab, dan seluk-beluk agama Islam. Bahkan hadis ini adalah pokok agama Islam sebagaimana dihikayatkan kepada kita dari Al-Qadhi ‘Iyadh.”

وقال القرطبي كما في الفتح (١/١٢٥): (هذا الحديث يصلح أن يُقال له أم السنَّة؛ لِمَا تضمَّنه من جُمل علم السنَّة).

Al-Qurthubi berkata sebagaimana dalam Al-Fath (1/125), “Hadis ini bisa disebut sebagai induk sunah karena menghimpun berbagai ilmu sunah.”

وقال ابن دقيق العيد في شرح الۡأربعين: (فهو كالۡأمِّ للسنَّة، كما سُمِّيت الفاتحة أم القرآن؛ لِمَا تضمَّنته من جمعها معاني القرآن).

Ibnu Daqiq Al-‘Id berkata dalam Syarh Al-Arba’in, “Hadis ini bagaikan induk sunah sebagaimana surah Al-Fatihah dinamakan induk Al-Qur’an karena menghimpun keseluruhan makna-makna Al-Qur’an."

وقال ابن رجب في جامع العلوم والحكم (١/٩٧) : (وهو حديث عظيم يشتمل على شرح الدِّين كلِّه، ولهذا قال النَّبيُّ ﷺ في آخره: (هذا جبريل أتاكم يعلِّمكم دينكم)، بعد أن شرح درجة الإسلام ودرجة الإيمان ودرجة الإحسان، فجعل ذلك كلَّه ديناً).

Ibnu Rajab berkata dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam (1/97), “Ini adalah hadis yang agung yang mencakup penjelasan seluruh agama Islam. Oleh karenanya, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata di akhir hadis, ‘Ini adalah Jibril yang mendatangi kalian untuk mengajari agama kepada kalian.’ Setelah beliau menjelaskan tingkatan Islam, tingkatan iman, dan tingkatan ihsan, lalu beliau menyebut itu semua dengan istilah agama.”