Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6290

٤٧ - بَابٌ إِذَا كَانُوا أَكۡثَرَ مِنۡ ثَلَاثَةٍ فَلَا بَأۡسَ بِالۡمُسَارَّةِ وَالۡمُنَاجَاةِ
47. Bab Apabila Mereka Lebih dari Tiga Orang, Tidak Mengapa Berbisik-Bisik dan Berbicara Rahasia


٦٢٩٠ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِذَا كُنۡتُمۡ ثَلَاثَةً، فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الۡآخَرِ حَتَّى تَخۡتَلِطُوا بِالنَّاسِ، أَجۡلَ أَنۡ يُحۡزِنَهُ).

6290. ‘Utsman telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Abu Wa`il, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Jika kalian hanya tiga orang, janganlah dua orang berbicara rahasia tanpa orang yang ketiga sampai kalian sudah berkumpul dengan orang-orang, karena hal itu dapat membuatnya sedih.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5470

٥٤٧٠ - حَدَّثَنَا مَطَرُ بۡنُ الۡفَضۡلِ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ هَارُونَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَوۡنٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ سِيرِينَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ ابۡنٌ لِأَبِي طَلۡحَةَ يَشۡتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلۡحَةَ، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ، فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلۡحَةَ قَالَ: مَا فَعَلَ ابۡنِي؟ قَالَتۡ أُمُّ سُلَيۡمٍ: هُوَ أَسۡكَنُ مَا كَانَ، فَقَرَّبَتۡ إِلَيۡهِ الۡعَشَاءَ فَتَعَشَّى، ثُمَّ أَصَابَ مِنۡهَا، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتۡ: وَارِ الصَّبِيَّ. فَلَمَّا أَصۡبَحَ أَبُو طَلۡحَةَ أَتَى رَسُولَ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرَهُ، فَقَالَ: (أَعۡرَسۡتُمُ اللَّيۡلَةَ؟). قَالَ: نَعَمۡ، قَالَ: (اللّٰهُمَّ بَارِكۡ لَهُمَا). فَوَلَدَتۡ غُلَامًا. قَالَ لِي أَبُو طَلۡحَةَ: احۡفَظۡهُ حَتَّى تَأۡتِيَ بِهِ النَّبِيَّ ﷺ، فَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ ﷺ وَأَرۡسَلَتۡ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ، فَأَخَذَهُ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (أَمَعَهُ شَيۡءٌ؟). قَالُوا: نَعَمۡ تَمَرَاتٌ، فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ ﷺ فَمَضَغَهَا، ثُمَّ أَخَذَ مِنۡ فِيهِ، فَجَعَلَهَا فِي فِي الصَّبِيِّ وَحَنَّكَهُ بِهِ، وَسَمَّاهُ عَبۡدَ اللهِ.

5470. Mathar bin Al-Fadhl telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Harun menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin ‘Aun mengabarkan kepada kami dari Anas bin Sirin, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: Dahulu, seorang putra Abu Thalhah sakit, lalu Abu Thalhah keluar pergi. Anak itu meninggal. Ketika Abu Thalhah kembali, dia bertanya, “Apa yang sedang dilakukan anakku?”

Umu Sulaim menjawab, “Dia lebih tenang daripada sebelumnya.”

Umu Sulaim menghidangkan makan malam kepada Abu Thalhah lalu dia menyantapnya. Kemudian dia menggaulinya. Ketika selesai, Umu Sulaim berkata, “Kuburkan anak itu.”

Keesokan harinya, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu mengabari beliau. Rasulullah bertanya, “Apakah kalian berhubungan suami istri tadi malam?”

Abu Thalhah menjawab, “Iya.”

Rasulullah bersabda, “Ya Allah, berkahilah mereka berdua.”

Di kemudian hari, Umu Sulaim melahirkan seorang anak. Abu Thalhah berkata kepadaku (Anas), “Jagalah dia sampai engkau membawanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.”

Dia pun membawa anak itu kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan Umu Sulaim mengirim beberapa butir kurma bersamanya. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengambil anak itu lalu bertanya, “Apakah ada sesuatu bersamanya?”

Mereka menjawab, “Iya ada beberapa butir kurma.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengambilnya lalu mengunyahnya kemudian mengambil dari mulutnya. Beliau meletakkannya ke dalam mulut anak itu dan menahniknya. Beliau menamainya ‘Abdullah.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنِ ابۡنِ عَوۡنٍ، عَنۡ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أَنَسٍ، وَسَاقَ الۡحَدِيثَ. [طرفه في: ١٣٠١].

Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abu ‘Adi menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Aun, dari Muhammad, dari Anas. Beliau menyebutkan hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4263

٤٢٦٣ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ قَالَ: سَمِعۡتُ يَحۡيَى بۡنَ سَعِيدٍ قَالَ: أَخۡبَرَتۡنِي عَمۡرَةُ قَالَتۡ: سَمِعۡتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا تَقُولُ: لَمَّا جَاءَ قَتۡلُ ابۡنِ حَارِثَةَ، وَجَعۡفَرِ بۡنِ أَبِي طَالِبٍ، وَعَبۡدِ اللهِ بۡنِ رَوَاحَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ، جَلَسَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُعۡرَفُ فِيهِ الۡحُزۡنُ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: وَأَنَا أَطَّلِعُ مِنۡ صَائِرِ الۡبَابِ - تَعۡنِي مِنۡ شَقِّ الۡبَابِ - فَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: أَيۡ رَسُولَ اللهِ إِنَّ نِسَاءَ جَعۡفَرٍ، قَالَ: وَذَكَرَ بُكَاءَهُنَّ، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَنۡهَاهُنَّ، قَالَ: فَذَهَبَ الرَّجُلُ ثُمَّ أَتَى، فَقَالَ: قَدۡ نَهَيۡتُهُنَّ، وَذَكَرَ أَنَّهُ لَمۡ يُطِعۡنَهُ، قَالَ: فَأَمَرَ أَيۡضًا، فَذَهَبَ ثُمَّ أَتَى فَقَالَ: وَاللهِ لَقَدۡ غَلَبۡنَنَا، فَزَعَمَتۡ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (فَاحۡثُ فِي أَفۡوَاهِهِنَّ مِنَ التُّرَابِ)، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ أَرۡغَمَ اللهُ أَنۡفَكَ، فَوَاللهِ مَا أَنۡتَ تَفۡعَلُ، وَمَا تَرَكۡتَ رَسُولَ اللهِ ﷺ مِنَ الۡعَنَاءِ. [طرفه في: ١٢٩٩].

4263. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahhab menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Yahya bin Sa’id berkata: ‘Amrah mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan: Ketika kabar meninggalnya Ibnu Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan ‘Abdullah bin Rawahah—radhiyallahu ‘anhum—datang, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—duduk, terlihat kesedihan pada diri beliau.

‘Aisyah berkata: Dan aku memandang dari sisi pintu, yaitu dari celah pintu. Lalu ada seorang pria mendatangi beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istri Ja’far ...” Dia menyebutkan perihal tangisan mereka. Nabi memerintahkan dia agar melarang mereka.

Perawi berkata: Pria itu pergi kemudian datang kembali dan berkata, “Aku telah melarang mereka.” Dia menyebutkan bahwa mereka tidak menurutinya.

Perawi berkata: Nabi kembali memerintahnya lalu dia pergi kemudian datang kembali lalu berkata, “Demi Allah, kami sudah kewalahan.”

‘Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata (kepada pria itu), “Hamburkan debu ke mulut mereka!”

‘Aisyah berkata: Aku berkata (kepada pria itu), “Semoga Allah mempermalukanmu. Demi Allah, engkau tidak melaksanakan (perintah) dan engkau tidak melepaskan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dari kerepotan ini.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3520

٣٥٢٠ - حَدَّثَنِي ثَابِتُ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مُرَّةَ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. وَعَنۡ سُفۡيَانَ، عَنۡ زُبَيۡدٍ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (لَيۡسَ مِنَّا مَنۡ ضَرَبَ الۡخُدُودَ، وَشَقَّ الۡجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعۡوَى الۡجَاهِلِيَّةِ). [طرفه في: ١٢٩٤].

3520. Tsabit bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: Sufyan menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari ‘Abdullah bin Murrah, dari Masruq, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Dan dari Sufyan, dari Zubaid, dari Ibrahim, dari Masruq, dari ‘Abdullah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau berkata, “Bukanlah dari golongan (yang mengikuti sunah) kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan meratap dengan ratapan jahiliah (ketika tertimpa musibah).”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3978 dan 3979

٣٩٧٨، ٣٩٧٩ - حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: ذُكِرَ عِنۡدَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَنَّ ابۡنَ عُمَرَ رَفَعَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ: (إِنَّ الۡمَيِّتَ يُعَذَّبُ فِي قَبۡرِهِ بِبُكَاءِ أَهۡلِهِ). فَقَالَتۡ: إِنَّمَا قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّهُ لَيُعَذَّبُ بِخَطِيئَتِهِ وَذَنۡبِهِ، وَإِنَّ أَهۡلَهُ لَيَبۡكُونَ عَلَيۡهِ الۡآنَ). [طرفه في: ١٢٨٨].

3978, 3979. ‘Ubaid bin Isma’il telah menceritakan kepadaku: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya. Beliau berkata:

Disebutkan di dekat ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—bahwa Ibnu 'Umar menyandarkan perkataan berikut kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Sesungguhnya orang yang mati akan diazab di dalam kuburnya dengan sebab tangisan keluarganya.”

‘Aisyah berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebenarnya mengatakan, “Sesungguhnya dia pasti diazab dengan sebab kesalahan dan dosanya sementara keluarganya sedang menangisinya sekarang.”

قَالَتۡ: وَذَاكَ مِثۡلُ قَوۡلِهِ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَامَ عَلَى الۡقَلِيبِ وَفِيهِ قَتۡلَى بَدۡرٍ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ، فَقَالَ لَهُمۡ مَا قَالَ: (إِنَّهُمۡ لَيَسۡمَعُونَ مَا أَقُولُ). إِنَّمَا قَالَ: (إِنَّهُمُ الۡآنَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّ مَا كُنۡتُ أَقُولُ لَهُمۡ حَقٌّ). ثُمَّ قَرَأَتۡ: ﴿إِنَّكَ لَا تُسۡمِعُ الۡمَوۡتَى﴾ ‏[النمل: ٨٠]، ﴿وَمَا أَنۡتَ بِمُسۡمِعٍ مَنۡ فِي الۡقُبُورِ﴾ [فاطر: ٢٢]. تَقُولُ: حِينَ تَبَوَّؤُوا مَقَاعِدَهُمۡ مِنَ النَّارِ. [طرفه في: ١٣٧١].

‘Aisyah berkata: Itu seperti perkataan Ibnu ‘Umar: Sesungguhnya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di tepi sumur dan di dalamnya ada orang-orang musyrikin korban perang Badr. Rasulullah mengucapkan perkataan kepada mereka, “Sungguh mereka sedang mendengarkan ucapan yang kukatakan.” Sebenarnya beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka sekarang benar-benar mengetahui bahwa yang dulu kukatakan kepada mereka adalah kebenaran.”

Kemudian ‘Aisyah berkata, “Sesungguhnya engkau tidak bisa membuat orang yang mati bisa mendengar.” (QS An-Naml: 80). “Engkau tidak bisa membuat orang yang di dalam kubur mendengar.” (QS Fathir: 22).

‘Aisyah berkata: ketika mereka telah menempati tempat duduk mereka dari neraka.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3757

٢٧ - بَابُ مَنَاقِبِ خَالِدِ بۡنِ الۡوَلِيدِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ
25. Bab Keutamaan Khalid bin Al-Walid—radhiyallahu ‘anhu


٣٧٥٧ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ وَاقِدٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ حُمَيۡدِ بۡنِ هِلَالٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَعَى زَيۡدًا وَجَعۡفَرًا وَابۡنَ رَوَاحَةَ لِلنَّاسِ قَبۡلَ أَنۡ يَأۡتِيَهُمۡ خَبَرُهُمۡ، فَقَالَ: (أَخَذَ الرَّايَةَ زَيۡدٌ فَأُصِيبَ، ثُمَّ أَخَذَ جَعۡفَرٌ فَأُصِيبَ، ثُمَّ أَخَذَ ابۡنُ رَوَاحَةَ فَأُصِيبَ) وَعَيۡنَاهُ تَذۡرِفَانِ (حَتَّى أَخَذَ سَيۡفٌ مِنۡ سُيُوفِ اللهِ، حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيۡهِمۡ). [طرفه في: ١٢٤٦].

3757. Ahmad bin Waqid telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Humaid bin Hilal, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengumumkan kematian Zaid, Ja’far, dan Ibnu Rawahah kepada orang-orang sebelum kabar mereka datang. Lalu Nabi berkata, “Zaid mengambil panji lalu dia terbunuh. Kemudian Ja’far mengambilnya lalu terbunuh. Kemudian Ibnu Rawahah mengambilnya lalu terbunuh,” kedua mata Nabi berlinang-linang, “hingga salah satu pedang Allah mengambilnya sampai Allah memberi kemenangan kepada mereka.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3630

٣٦٣٠ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ حُمَيۡدِ بۡنِ هِلَالٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَعَى جَعۡفَرًا وَزَيۡدًا قَبۡلَ أَنۡ يَجِيءَ خَبَرُهُمۡ، وَعَيۡنَاهُ تَذۡرِفَانِ. [طرفه في: ١٢٤٦].

3630. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Humaid bin Hilal, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengumumkan kematian Ja’far dan Zaid sebelum kabar mereka datang dalam keadaan kedua mata beliau berlinang-linang.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1289 dan 1290

١٢٨٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي بَكۡرٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَمۡرَةَ بِنۡتِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ أَنَّهَا أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّهَا سَمِعَتۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَتۡ: إِنَّمَا مَرَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى يَهُودِيَّةٍ يَبۡكِي عَلَيۡهَا أَهۡلُهَا، فَقَالَ: (إِنَّهُمۡ لَيَبۡكُونَ عَلَيۡهَا، وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبۡرِهَا) [طرفه في: ١٢٨٨].

1289. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Abu Bakr, dari ayahnya, dari ‘Amrah binti ‘Abdurrahman. Beliau mengabarkan kepadanya: Beliau mendengar ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—, istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melewati kuburan seorang wanita Yahudi yang ditangisi oleh keluarganya. Beliau bersabda, “Sungguh mereka menangisinya dan sungguh dia sedang diazab di dalam kuburnya.”

١٢٩٠ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ خَلِيلٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ، وَهُوَ الشَّيۡبَانِيُّ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا أُصِيبَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، جَعَلَ صُهَيۡبٌ يَقُولُ: وَاأَخَاهُ، فَقَالَ عُمَرُ: أَمَا عَلِمۡتَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (إِنَّ الۡمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الۡحَيِّ)؟ [طرفه في: ١٢٨٧].

1290. Isma’il bin Khalil telah menceritakan kepada kami: ‘Ali bin Mushir menceritakan kepada kami: Abu Ishaq Asy-Syaibani menceritakan kepada kami dari Abu Burdah, dari ayahnya. Beliau berkata:

Ketika ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—ditusuk, Shuhaib berkata, “Malangnya saudaraku!”

‘Umar berkata, “Tidakkah engkau tahu bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, ‘Sesungguhnya mayat diazab dengan sebab tangisan orang yang masih hidup’?”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3880 dan 3881

٣٨٨٠ - حَدَّثَنَا زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ وَابۡنُ الۡمُسَيَّبِ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَخۡبَرَهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَعَى لَهُمُ النَّجَاشِيَّ، صَاحِبَ الۡحَبَشَةِ، فِي الۡيَوۡمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، وَقَالَ: (اسۡتَغۡفِرُوا لِأَخِيكُمۡ). [طرفه في: ١٢٤٥].

3880. Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dan Ibnu Al-Musayyab menceritakan kepadaku: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengabarkan kepada mereka berdua:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengumumkan kematian An-Najasyi penguasa Habasyah kepada mereka pada hari meninggalnya dan beliau berkata, “Mintakanlah ampun untuk saudara kalian!”

٣٨٨١ - وَعَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَخۡبَرَهُمۡ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَفَّ بِهِمۡ فِي الۡمُصَلَّى، فَصَلَّى عَلَيۡهِ، وَكَبَّرَ أَرۡبَعًا. [طرفه في: ١٢٤٥].

3881. Dan dari Shalih, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab menceritakan kepadaku: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengabarkan kepada mereka bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membariskan mereka di lapangan tempat salat lalu melakukan salat (gaib) untuk An-Najasyi dan bertakbir empat kali.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4079 dan 4080

٤٠٧٩ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ مَالِكٍ: أَنَّ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا أَخۡبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يَجۡمَعُ بَيۡنَ الرَّجُلَيۡنِ مِنۡ قَتۡلَى أُحُدٍ فِي ثَوۡبٍ وَاحِدٍ، ثُمَّ يَقُولُ: (أَيُّهُمۡ أَكۡثَرُ أَخۡذًا لِلۡقُرۡآنِ؟) فَإِذَا أُشِيرَ لَهُ إِلَى أَحَدٍ قَدَّمَهُ فِي اللَّحۡدِ، وَقَالَ: (أَنَا شَهِيدٌ عَلَى هَؤُلَاءِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ). وَأَمَرَ بِدَفۡنِهِمۡ بِدِمَائِهِمۡ، وَلَمۡ يُصَلِّ عَلَيۡهِمۡ، وَلَمۡ يُغَسَّلُوا. [طرفه في: ١٣٤٣].

4079. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Abdurrahman bin Ka’b bin Malik: Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—mengabarkan kepadanya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu mengumpulkan dua jenazah korban perang Uhud dalam satu lembar kain kemudian bertanya, “Siapa dari mereka yang lebih banyak hafalan Al-Qur’annya?”

Jika beliau ditunjukkan salah satunya, beliau mendahulukannya masuk ke dalam liang lahad dan berkata, “Aku adalah saksi atas mereka pada hari kiamat.”

Beliau memerintahkan agar mereka dikubur bersama darah mereka. Beliau tidak menyalati mereka dan mereka tidak dimandikan.

٤٠٨٠ - وَقَالَ أَبُو الۡوَلِيدِ، عَنۡ شُعۡبَةَ، عَنِ ابۡنِ الۡمُنۡكَدِرِ قَالَ: سَمِعۡتُ جَابِرًا قَالَ: لَمَّا قُتِلَ أَبِي جَعَلۡتُ أَبۡكِي، وَأَكۡشِفُ الثَّوۡبَ عَنۡ وَجۡهِهِ، فَجَعَلَ أَصۡحَابُ النَّبِيِّ ﷺ يَنۡهَوۡنِي وَالنَّبِيُّ ﷺ لَمۡ يَنۡهَ، وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَبۡكِيهِ – أَوۡ: مَا تَبۡكِيهِ - مَا زَالَتِ الۡمَلَائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجۡنِحَتِهَا حَتَّى رُفِعَ). [طرفه في: ١٢٤٤].

4080. Abu Al-Walid berkata dari Syu’bah, dari Ibnu Al-Munkadir. Beliau berkata: Aku mendengar Jabir berkata: Ketika ayahku terbunuh, aku menangis dan aku menyingkap kain dari wajahnya.

Para sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarangku, sementara Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—belum melarang. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Jangan tangisi dia! Malaikat senantiasa menaunginya dengan sayap-sayapnya sampai dia diangkat.”

Sunan At-Tirmidzi hadis nomor 3477

٣٤٧٧ - (صحيح) حَدَّثَنَا مَحۡمُودُ بۡنُ غَيۡلَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يَزِيدَ الۡمُقۡرِىءُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَيۡوَةُ بۡنُ شُرَيۡحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو هَانِىءٍ الۡخَوۡلَانِيُّ أَنَّ عَمۡرَو بۡنَ مَالِكٍ الۡجَنۡبِيَّ أَخۡبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ فَضَالَةَ بۡنَ عُبَيۡدٍ يَقُولُ: سَمِعَ النَّبِيُّ ﷺ رَجُلًا يَدۡعُو فِي صَلَاتِهِ فَلَمۡ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (عَجِلَ هٰذَا)، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوۡ لِغَيۡرِهِ: (إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمۡ فَلۡيَبۡدَأۡ بِتَحۡمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيۡهِ، ثُمَّ لِيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، ثُمَّ لِيَدۡعُ بَعۡدُ بِمَا شَاءَ). هٰذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. [انظر ما قبله بحديث].

3477. Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Yazid Al-Muqri` menceritakan kepada kami: Haiwah bin Syuraih menceritakan kepada kami: Abu Hani` Al-Khaulani menceritakan kepadaku bahwa ‘Amr bin Malik Al-Janbi mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar Fadhalah bin ‘Ubaid berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengar seorang pria berdoa dalam salatnya namun tidak berselawat kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Orang ini terburu-buru.”

Kemudian Nabi memanggilnya lalu berkata kepadanya atau kepada orang lain, “Apabila salah seorang kalian berdoa, mulailah dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian berselawat kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, kemudian silakan berdoa sekehendaknya.”

Ini adalah hadis hasan sahih.

Sunan Abu Dawud hadis nomor 1481

١٤٨١ - (صحيح) حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ حَنۡبَلٍ، نا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يَزِيدَ، نا حَيۡوَةُ، أَخۡبَرَنِي أَبُو هَانِىءٍ حُمَيۡدُ بۡنُ هَانِىءٍ، أَنَّ أَبَا عَلِيٍّ عَمۡرَو بۡنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ فَضَالَةَ بۡنَ عُبَيۡدٍ صَاحِبَ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَقُولُ: سَمِعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ رَجُلًا يَدۡعُو فِي صَلَاتِهِ [لَمۡ يُمَجِّدِ اللهَ] [تَعَالَى] وَلَمۡ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (عَجِلَ هٰذَا) ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوۡ لِغَيۡرِهِ: (إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمۡ فَلۡيَبۡدَأۡ [بِتَحۡمِيدِ رَبِّهِ] [جَلَّ وَعَزَّ] وَالثَّنَاءِ عَلَيۡهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، ثُمَّ يَدۡعُو بَعۡدُ بِمَا شَاءَ).

1481. [Sahih] Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Yazid menceritakan kepada kami: Haiwah menceritakan kepada kami: Abu Hani` Humaid bin Hani` mengabarkan kepadaku: Abu ‘Ali ‘Amr bin Malik menceritakan kepadanya: Dia mendengar Fadhalah bin ‘Ubaid—seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengar seorang pria berdoa dalam salatnya dengan tidak mengucapkan perkataan yang memuliakan Allah taala dan tidak berselawat kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Orang ini terburu-buru.”

Kemudian beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya atau kepada orang lain, “Apabila salah seorang kalian berdoa, mulailah dengan memuji Rabnya—jalla wa ‘azza—, menyanjung-Nya, kemudian berselawat kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, kemudian setelah itu berdoa sekehendaknya.”

Al-Isti'ab - 3623. Umu Al-‘Ala` Al-Anshariyyah

٣٦٢٣ - [أُمُّ الۡعَلَاءِ الۡأَنۡصَارِيَّةُ]:
3623. Umu Al-‘Ala` Al-Anshariyyah


أم العلاء الأنصارية. من المبايعات، حديثها عند أهل المدينة. روى عنها خارجة بن زيد بن ثابت، وعبد الملك بن عمير، وكان رسول الله ﷺ يعودها في مرضها. حدثنا عبد الوارث، حدثنا قاسم، قال: حدثنا أحمد بن زهير، حدثنا يحيى بن عبد الحميد، قال: حدثنا إبراهيم بن سعد، عن ابن شهاب، عن خارجة بن زيد أن أم العلاء - وهي امرأة من نسائهم - قد كانت بايعت النبي ﷺ.

Umu Al-‘Ala` Al-Anshariyyah. Beliau termasuk wanita-wanita yang berbaiat. Hadis beliau sangat terkenal di kalangan penduduk Madinah. Kharijah bin Zaid bin Tsabit dan ‘Abdul Malik bin ‘Umair meriwayatkan dari beliau. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjenguknya ketika sakit.

‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: Qasim menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ahmad bin Zuhair menceritakan kepada kami: Yahya bin ‘Abdul Hamid menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Kharijah bin Zaid, bahwa Umu Al-‘Ala`—salah seorang wanita Ansar—telah berbaiat kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

وذكر ابن السكن أن أم العلاء التي روى عنها خارجة بن زيد بن ثابت عن النبي ﷺ غير التي روى عنها عبد الملك بن عمير، وذكر أم العلاء امرأة ثالثة، فقال: هي غيرهما جميعا، مخرج حديثها عن أهل الشام في عيادة رسول الله ﷺ، [ذكر الترمذي وغيره أن أم العلاء هذه هي أم خارجة بنت زيد بن ثابت].

Ibnu As-Sakan menyebutkan bahwa Umu Al-‘Ala` yang diriwayatkan oleh Kharijah bin Zaid bin Tsabit dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bukanlah Umu Al-‘Ala` yang diriwayatkan oleh ‘Abdul Malik bin ‘Umair. Ia menyebutkan Umu Al-‘Ala` seorang wanita ketiga, lalu mengatakan, “Dia berbeda dari mereka berdua.” Hadisnya berasal dari penduduk Syam tentang perihal Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjenguk dirinya. At-Tirmidzi dan lainnya menyebutkan bahwa Umu Al-‘Ala` ini adalah ibu dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit.

Al-Isti'ab - 2104. Fadhalah bin ‘Ubaid Al-Ausi

٢١٠٤ - [فَضَالَةُ بۡنُ عُبَيۡدٍ الۡأَوۡسِيُّ]:
2104. Fadhalah bin ‘Ubaid Al-Ausi


فضالة بن عبيد بن ناقد بن قيس بن صهيب بن الأصرم بن جحجبى بن كلفة بن عوف بن عمرو بن عوف بن مالك بن الأوس الأنصاري العمري الأوسي، يكنى أبا محمد. أول مشاهده أحد، ثم شهد المشاهد كلها، ثم انتقل إلى الشام، وسكن دمشق وبنى بها دارا، وكان فيها قاضيا لمعاوية، ومات بها وقبره بها معروف إلى اليوم.

Fadhalah bin ‘Ubaid bin Naqid bin Qais bin Shuhaib bin Al-Ashram bin Jahjabi bin Kulafah bin ‘Auf bin ‘Amr bin ‘Auf bin Malik bin Al-Aus Al-Anshari Al-‘Amri Al-Ausi.

Kunyah-nya adalah Abu Muhammad. Pertempuran pertamanya adalah Uhud, kemudian ia mengikuti semua pertempuran setelahnya. Ia kemudian pindah ke Syam, menetap di Damaskus, dan membangun rumah di sana. Ia menjabat sebagai hakim untuk Mu’awiyah di sana. Ia wafat di sana dan makamnya masih diketahui di sana hingga saat ini.

وكان معاوية استقضاه في حين خروجه إلى صفين، وذلك أن أبا الدرداء لما حضرته الوفاة قال له معاوية: من ترى لهذا الأمر؟ فقال: فضالة بن عبيد، فلما مات أرسل إلى فضالة بن عبيد فولاه القضاء، وقال له: أما إني لم أحبك بها، ولكنى استترت بك عن النار فاستر. ثم أمره معاوية على الجيش، فغزا الروم في البحر؛ وسبى بأرضهم.

Mu’awiyah mengangkatnya sebagai hakim selama ekspedisinya ke Shiffin. Ceritanya adalah ketika Abu Ad-Darda` hampir wafat, Mu’awiyah bertanya kepadanya, “Menurutmu, siapa yang akan menggantikan posisi ini?”

Abu Ad-Darda` menjawab, “Fadhalah bin 'Ubaid.”

Ketika ia wafat, Mu’awiyah mengirim utusan kepada Fadhalah bin ‘Ubaid dan mengangkatnya sebagai hakim. Ia berkata, “Sesungguhnya aku tidak mencintaimu untuk urusan ini, akan tetapi aku berlindung dari api neraka melaluimu, maka berlindunglah!”

Mu’awiyah kemudian mengangkatnya sebagai panglima tentara, dan ia menyerbu Romawi melalui laut dan menangkap tawanan di wilayah mereka.

روى ابن وهب، عن عمرو بن الحارث أن أبا علي تمام بن شفي الهمداني حدثه قال: كنا مع فضالة بن عبيد بأرض الروم فتوفى صاحب لنا، فأمرنا فضالة بن عبيد بقبره فسوي، ثم قال: سمعت رسول الله ﷺ يأمر بتسويتها.

Ibnu Wahb meriwayatkan dari ‘Amr bin Al-Harits bahwa Abu ‘Ali Tamam bin Syafi Al-Hamadani berkata kepadanya, “Kami sedang bersama Fadhalah bin ‘Ubaid di negeri Romawi ketika salah seorang sahabat kami meninggal. Fadhalah bin ‘Ubaid memerintahkan kami untuk meratakan makamnya kemudian berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan untuk meratakannya.’”

وتوفي فضالة بن عبيد في خلافة معاوية، فحمل معاوية سريره، وقال لابنه عبد الله: أعني يا بنى، فإنك لا تحمل بعده مثله أبدا. وكانت وفاته سنة ثلاث وخمسين. وقد قيل: إنه توفي في آخر خلافة معاوية وقيل: إنه مات سنة تسع وستين. والأول أصح إن شاء الله تعالى.

Fadhalah bin ‘Ubaid meninggal pada masa kekhalifahan Mu’awiyah. Mu’awiyah membawa tandu jenazahnya dan berkata kepada putranya, ‘Abdullah, “Bantulah aku wahai anakku, karena engkau tidak akan pernah bisa membawa orang seperti dia setelahnya.”

Ia meninggal pada tahun 53 H. Ada pula yang mengatakan bahwa ia meninggal pada akhir kekhalifahan Mu’awiyah, sementara yang lain mengatakan bahwa ia meninggal pada tahun 69 H. Pendapat pertama lebih tepat, insyaallah.

Al-Isti'ab - 1824. ‘Urwah bin Mudharris Ath-Tha`i

١٨٢٤ – [عُرۡوَةُ بۡنُ مُضَرِّسٍ الطَّائِيُّ]:
1824. ‘Urwah bin Mudharris Ath-Tha`i


عروة بن مضرس بن أوس بن حارثة بن لام الطائي، له صحبة، يعد في الكوفيين، روى عنه الشعبي.

‘Urwah bin Mudharris bin Aus bin Haritsah bin Lam Ath-Tha`i. Ia adalah sahabat Nabi dan termasuk penduduk Kufah. Asy-Sya’bi meriwayatkan darinya.

[قال عروة بن مضرس: أتيت النبي ﷺ بجمع قبل أن يصلي صلاة الصبح فقلت: يا رسول الله: طويت الجبلين ولقيت شدة قال: (افرخ روعك من أدرك إفاضتنا هذه أدرك الحج).

‘Urwah bin Mudharris berkata: Aku mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di Muzdalifah sebelum beliau salat Subuh, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melintasi dua gunung dan menjumpai kepayahan.”

Nabi berkata, “Tenanglah! Siapa saja yang mendapati kepergian kami (dari Arafah ke Muzdalifah) ini, maka dia mendapatkan haji.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7018

٢٧ - بَابُ الۡعَيۡنِ الۡجَارِيَةِ فِي الۡمَنَامِ
27. Bab Mata Air yang Mengalir dalam Mimpi


٧٠١٨ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ خَارِجَةَ بۡنِ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ، عَنۡ أُمِّ الۡعَلَاءِ، وَهِيَ امۡرَأَةٌ مِنۡ نِسَائِهِمۡ، بَايَعَتۡ رَسُولَ اللهِ ﷺ، قَالَتۡ: طَارَ لَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ مَظۡعُونٍ فِي السُّكۡنَى، حِينَ اقۡتَرَعَتِ الۡأَنۡصَارُ عَلَى سُكۡنَى الۡمُهَاجِرِينَ، فَاشۡتَكَى فَمَرَّضۡنَاهُ حَتَّى تُوُفِّيَ، ثُمَّ جَعَلۡنَاهُ فِي أَثۡوَابِهِ، فَدَخَلَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَقُلۡتُ: رَحۡمَةُ اللهِ عَلَيۡكَ أَبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتِي عَلَيۡكَ لَقَدۡ أَكۡرَمَكَ اللهُ، قَالَ: (وَمَا يُدۡرِيكِ؟). قُلۡتُ: لَا أَدۡرِي وَاللهِ، قَالَ: (أَمَّا هُوَ فَقَدۡ جَاءَهُ الۡيَقِينُ، إِنِّي لَأَرۡجُو لَهُ الۡخَيۡرَ مِنَ اللهِ، وَاللهِ مَا أَدۡرِي - وَأَنَا رَسُولُ اللهِ - مَا يُفۡعَلُ بِي وَلَا بِكُمۡ). قَالَتۡ أُمُّ الۡعَلَاءِ: فَوَاللهِ لَا أُزَكِّي أَحَدًا بَعۡدَهُ، قَالَتۡ: وَرَأَيۡتُ لِعُثۡمَانَ فِي النَّوۡمِ عَيۡنًا تَجۡرِي، فَجِئۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لَهُ، فَقَالَ: (ذَاكِ عَمَلُهُ يَجۡرِي لَهُ). [طرفه في: ١٢٤٣].

7018. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit, dari Umu Al-‘Ala`. Dia adalah salah seorang wanita Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Umu Al-‘Ala` berkata:

Undian untuk memberi tempat tinggal ‘Utsman bin Mazh’un jatuh kepada kami ketika orang-orang Ansar mengundi pembagian tempat tinggal untuk orang-orang Muhajirin. ‘Utsman kemudian jatuh sakit. Kami merawatnya sampai beliau wafat, kemudian kami membungkusnya di dalam kainnya. Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk menemui kami.

Aku berkata, “Rahmat Allah atasmu wahai Abu As-Sa`ib. Persaksianku untukmu bahwa Allah telah memuliakanmu.”

Nabi bertanya, “Apa engkau tahu?”

Aku menjawab, “Demi Allah, aku tidak tahu.”

Nabi berkata, “‘Utsman telah didatangi oleh al-yaqin (kematian). Sungguh aku mengharapkan kebaikan dari Allah untuknya. Namun demi Allah, aku tidak tahu padahal aku adalah rasul Allah, apa yang akan dilakukan terhadapku dan terhadap kalian.”

Umu Al-‘Ala` berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memastikan kesucian seorang pun setelahnya.”

Umu Al-‘Ala` berkata: Aku bermimpi ‘Utsman memiliki mata air yang mengalir. Aku datang kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu aku sebutkan mimpi itu kepada beliau. Beliau bersabda, “Itu adalah amalannya yang mengalir untuknya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7003 dan 7004

١٣ - بَابُ رُؤۡيَا النِّسَاءِ
13. Bab Mimpi Para Wanita


٧٠٠٣ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ عُفَيۡرٍ: حَدَّثَنِي اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي عُقَيۡلٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: أَخۡبَرَنِي خَارِجَةُ بۡنُ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ: أَنَّ أُمَّ الۡعَلَاءِ، امۡرَأَةً مِنَ الۡأَنۡصَارِ بَايَعَتۡ رَسُولَ اللهِ ﷺ، أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّهُمُ اقۡتَسَمُوا الۡمُهَاجِرِينَ قُرۡعَةً، قَالَتۡ: فَطَارَ لَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ مَظۡعُونٍ وَأَنۡزَلۡنَاهُ فِي أَبۡيَاتِنَا، فَوَجِعَ وَجَعَهُ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ، فَلَمَّا تُوُفِّيَ غُسِّلَ وَكُفِّنَ فِي أَثۡوَابِهِ، دَخَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَقُلۡتُ: رَحۡمَةُ اللهِ عَلَيۡكَ أَبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتِي عَلَيۡكَ لَقَدۡ أَكۡرَمَكَ اللهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَمَا يُدۡرِيكِ أَنَّ اللهَ أَكۡرَمَهُ؟). فَقُلۡتُ: بِأَبِي أَنۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَمَنۡ يُكۡرِمُهُ اللهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَّا هُوَ فَوَاللهِ لَقَدۡ جَاءَهُ الۡيَقِينُ، وَاللهِ إِنِّي لَأَرۡجُو لَهُ الۡخَيۡرَ، وَوَاللهِ مَا أَدۡرِي وَأَنَا رَسُولُ اللهِ مَاذَا يُفۡعَلُ بِي). فَقَالَتۡ: وَاللهِ لَا أُزَكِّي بَعۡدَهُ أَحَدًا أَبَدًا. [طرفه في: ١٢٤٣].

7003. Sa’id bin ‘Ufair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepadaku: ‘Uqail menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab: Kharijah bin Zaid bin Tsabit mengabarkan kepadaku bahwa Umu Al-‘Ala`—seorang wanita Ansar yang telah berbaiat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengabarkan kepadanya:

Orang-orang Ansar membagi-bagi tugas memberi tempat tinggal untuk orang-orang Muhajirin dengan cara undian. Undian ‘Utsman bin Mazh’un jatuh kepada kami. Kami memberinya tempat tinggal di rumah-rumah kami, lalu ‘Utsman sakit yang mengantarkan kepada kematiannya. Ketika ‘Utsman wafat, beliau dimandikan dan dikafani menggunakan kainnya, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk. Aku berkata, “Rahmat Allah kepadamu wahai Abu As-Sa`ib. Persaksianku atasmu bahwa Allah telah memuliakanmu.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Apa engkau tahu bahwa Allah telah memuliakannya?”

Aku berkata, “Ayahku sebagai tebusanmu wahai Rasulullah. Lalu siapa yang dimuliakan oleh Allah?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Dia (‘Utsman) demi Allah, telah didatangi oleh al-yaqin (kematian). Demi Allah, sungguh aku mengharapkan kebaikan untuknya. Demi Allah, aku tidak tahu padahal aku adalah rasul Allah, apa yang akan dilakukan terhadapku.”

Umu Al-‘Ala` berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memastikan kesucian seorang pun setelahnya selama-lamanya.”

٧٠٠٤ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ بِهٰذَا، وَقَالَ: (مَا أَدۡرِي مَا يُفۡعَلُ بِهِ). قَالَتۡ: وَأَحۡزَنَنِي فَنِمۡتُ، فَرَأَيۡتُ لِعُثۡمَانَ عَيۡنًا تَجۡرِي، فَأَخۡبَرۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (ذٰلِكَ عَمَلُهُ). [طرفه في: ١٢٤٣].

7004. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri melalui sanad ini. Nabi bersabda, “Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan terhadapku.”

Umu Al-‘Ala` berkata: Hal itu membuatku sedih. Aku tidur, lalu bermimpi bahwa ‘Utsman memiliki mata air yang mengalir. Aku mengabarkan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu beliau bersabda, “Itu adalah amalannya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3929

٣٩٢٩ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ شِهَابٍ، عَنۡ خَارِجَةَ بۡنِ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ: أَنَّ أُمَّ الۡعَلَاءِ، امۡرَأَةً مِنۡ نِسَائِهِمۡ بَايَعَتِ النَّبِيَّ ﷺ، أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّ عُثۡمَانَ بۡنَ مَظۡعُونٍ طَارَ لَهُمۡ فِي السُّكۡنَى حِينَ اقۡتَرَعَتِ الۡأَنۡصَارُ عَلَى سُكۡنَى الۡمُهَاجِرِينَ، قَالَتۡ أُمُّ الۡعَلَاءِ: فَاشۡتَكَى عُثۡمَانُ عِنۡدَنَا فَمَرَّضۡتُهُ، حَتَّى تُوُفِّيَ وَجَعَلۡنَاهُ فِي أَثۡوَابِهِ، فَدَخَلَ عَلَيۡنَا النَّبِيُّ ﷺ، فَقُلۡتُ: رَحۡمَةُ اللهِ عَلَيۡكَ أَبَا السَّائِبِ، شَهَادَتِي عَلَيۡكَ لَقَدۡ أَكۡرَمَكَ اللهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (وَمَا يُدۡرِيكِ أَنَّ اللهَ أَكۡرَمَهُ؟)، قَالَتۡ: قُلۡتُ: لَا أَدۡرِي، بِأَبِي أَنۡتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ، فَمَنۡ؟ قَالَ: (أَمَّا هُوَ فَقَدۡ جَاءَهُ وَاللهِ الۡيَقِينُ، وَاللهِ إِنِّي لَأَرۡجُو لَهُ الۡخَيۡرَ، وَمَا أَدۡرِي وَاللهِ وَأَنَا رَسُولُ اللهِ مَا يُفۡعَلُ بِي)، قَالَتۡ: فَوَاللهِ لَا أُزَكِّي أَحَدًا بَعۡدَهُ. قَالَتۡ: فَأَحۡزَنَنِي ذٰلِكَ، فَنِمۡتُ، فَأُرِيتُ لِعُثۡمَانَ بۡنِ مَظۡعُونٍ عَيۡنًا تَجۡرِي، فَجِئۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرۡتُهُ، فَقَالَ: (ذٰلِكَ عَمَلُهُ). [طرفه في: ١٢٤٣].

3929. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami: Ibnu Syihab mengabarkan kepada kami dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit: Umu Al-‘Ala`—salah seorang wanita Ansar yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengabarkan kepadanya bahwa undian untuk memberi tempat tinggal ‘Utsman bin Mazh’un jatuh kepada mereka ketika orang-orang Ansar mengundi tempat tinggal untuk orang-orang Muhajirin.

Umu Al-‘Ala` berkata: ‘Utsman sakit di tempat tinggal kami lalu aku merawatnya. Sampai ketika beliau telah meninggal, kami telah membungkusnya dengan kainnya, lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempat kami. Aku berkata, “Rahmat Allah untukmu wahai Abu As-Sa`ib. Aku bersaksi bahwa Allah telah memuliakanmu.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya, “Apa engkau mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?”

Umu Al-‘Ala` berkata: Aku menjawab, “Aku tidak tahu. Ayahku dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rasulullah. Lalu siapa (yang dimuliakan oleh Allah)?”

Rasulullah berkata, “‘Utsman telah Allah datangkan al-yaqin (kematian) kepadanya dan demi Allah sungguh aku mengharap kebaikan untuknya. Namun aku tidak tahu demi Allah, padahal aku adalah rasul Allah, apa yang akan dilakukan terhadapku.”

Umu Al-‘Ala` berkata, “Demi Allah, aku tidak memastikan kesucian seorang pun setelahnya.”

Umu Al-‘Ala` berkata: Kejadian itu membuatku sedih. Aku tidur dan bermimpi ‘Utsman bin Mazh’un memiliki sebuah mata air yang mengalir.

Aku mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu mengabarkannya. Beliau bersabda, “Itu adalah amalannya.”

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 3016

٣٠١٦ - (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، وَعَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ ابۡنُ أَبِي خَالِدٍ، عَنۡ عَامِرٍ، يَعۡنِي الشَّعۡبِيَّ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ مُضَرِّسٍ الطَّائِيِّ؛ أَنَّهُ حَجَّ عَلَى عَهۡدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَلَمۡ يُدۡرِكِ النَّاسَ إِلَّا وَهُمۡ بِجَمۡعٍ، قَالَ: فَأَتَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنِّي أَنۡضَيۡتُ رَاحِلَتِي وَأَتۡعَبۡتُ نَفۡسِي، وَاللهِ! إِنۡ تَرَكۡتُ مِنۡ حَبۡلٍ إِلَّا وَقَفۡتُ عَلَيۡهِ، فَهَلۡ لِي مِنۡ حَجٍّ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَنۡ شَهِدَ مَعَنَا الصَّلَاةَ، وَأَفَاضَ مِنۡ عَرَفَاتٍ لَيۡلًا أَوۡ نَهَارًا، فَقَدۡ قَضَى تَفَثَهُ، وَتَمَّ حَجُّهُ). [(الإرواء)(١٠٦٦)، (الروض النضير)(٦٧١)، (صحيح أبي داود)(١٧٠٤)].

3016. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah dan ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Waki’ menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Isma’il bin Abu Khalid menceritakan kepada kami dari ‘Amir, yakni Asy-Sya’bi, dari ‘Urwah bin Mudharris Ath-Tha`i: Dia berhaji di masa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, namun dia tidak mendapati para jemaah haji kecuali ketika mereka sudah di Muzdalifah.

Dia berkata: Aku mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku sudah membuat binatang tungganganku kurus dan membuat diriku kelelahan. Demi Allah, tidaklah aku meninggalkan satu bukit pasir pun kecuali aku berhenti di atasnya. Apakah aku mendapatkan haji?”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Siapa saja yang menghadiri salat ini bersama kami dan telah pergi dari Arafah di malam atau siang hari, maka dia telah menunaikan manasiknya dan hajinya sudah sempurna.”

Sunan An-Nasa`i hadis nomor 3041

٣٠٤١ - (صحيح) أَخۡبَرَنَا عَلِيُّ بۡنُ الۡحُسَيۡنِ قَالَ: حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ عَنۡ شُعۡبَةَ عَنۡ سَيَّارٍ عَنِ الشَّعۡبِيِّ عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ مُضَرِّسٍ، قَالَ: أَتَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ بِجَمۡعٍ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنِّي أَقۡبَلۡتُ مِنۡ جَبَلَيۡ طَيِّئٍ لَمۡ أَدَعۡ حَبۡلًا إِلَّا وَقَفۡتُ عَلَيۡهِ؛ فَهَلۡ لِي مِنۡ حَجٍّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ صَلَّى هٰذِهِ الصَّلَاةَ مَعَنَا، وَقَدۡ وَقَفَ قَبۡلَ ذٰلِكَ بِعَرَفَةَ لَيۡلًا أَوۡ نَهَارًا؛ فَقَدۡ تَمَّ حَجُّهُ، وَقَضَى تَفَثَهُ). [انظر ما قبله].

3041. [Sahih] ‘Ali bin Al-Husain telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Umayyah menceritakan kepada kami dari Syu’bah, dari Sayyar, dari Asy-Sya’bi, dari ‘Urwah bin Mudharris. Beliau berkata:

Aku mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di Muzdalifah, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku datang dari dua gunung Thayyi`. Tidaklah aku meninggalkan satu bukit pasir pun kecuali aku berhenti di atasnya. Apakah aku mendapatkan haji?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Siapa saja yang melakukan salat ini bersama kami dan sebelum itu telah wukuf di Arafah di malam atau siang hari, maka hajinya sempurna dan dia telah menunaikan manasiknya.”

Sunan At-Tirmidzi hadis nomor 891

٨٩١ - (صحيح) حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ دَاوُدَ بۡنِ أَبِي هِنۡدٍ وَإِسۡمَاعِيلَ بۡنِ أَبِي خَالِدٍ وَزَكَرِيَّا بۡنِ أَبِي زَائِدَةَ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ مُضَرِّسِ بۡنِ أَوۡسِ بۡنِ حَارِثَةَ بۡنِ لَأۡمٍ الطَّائِيِّ، قَالَ: أَتَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ بِالۡمُزۡدَلِفَةِ، حِينَ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي جِئۡتُ مِنۡ جَبَلَيۡ طَيِّئٍ، أَكۡلَلۡتُ رَاحِلَتِي وَأَتۡعَبۡتُ نَفۡسِي، وَاللهِ! مَا تَرَكۡتُ مِنۡ حَبۡلٍ إِلَّا وَقَفۡتُ عَلَيۡهِ، فَهَلۡ لِي مِنۡ حَجٍّ؟، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ شَهِدَ صَلَاتَنَا هٰذِهِ، وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدۡفَعَ، وَقَدۡ وَقَفَ بِعَرَفَةَ قَبۡلَ ذٰلِكَ لَيۡلًا أَوۡ نَهَارًا، فَقَدۡ أَتَمَّ حَجَّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ). هٰذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. قَوۡلُهُ: تَفَثَهُ يَعۡنِي نُسُكَهُ، قَوۡلُهُ: مَا تَرَكۡتُ مِنۡ حَبۡلٍ إِلَّا وَقَفۡتُ عَلَيۡهِ، إِذَا كَانَ مِنۡ رَمۡلٍ يُقَالُ لَهُ حَبۡلٌ وَإِذَا كَانَ مِنۡ حِجَارَةٍ يُقَالُ لَهُ: جَبَلٌ. [(ابن ماجه)(٣٠٢٦): ق].

891. [Sahih] Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Dawud bin Abu Hind, Isma’il bin Abu Khalid, dan Zakariyya bin Abu Za`idah, dari Asy-Sya’bi, dari ‘Urwah bin Mudharris bin Aus bin Harits bin La`m Ath-Tha`i. Beliau berkata:

Aku mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di Muzdalifah ketika beliau keluar untuk salat. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku datang dari dua gunung Thayyi`. Aku telah membuat binatang tungganganku keletihan dan membuat diriku kelelahan. Demi Allah, tidaklah aku meninggalkan satu bukit pasir pun kecuali aku berhenti di atasnya. Apakah aku mendapatkan haji?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Siapa saja yang menghadiri salat kami ini, dia juga tinggal di sini bersama kami sampai kami pergi, dan sebelum itu dia telah wukuf di Arafah di malam atau siang hari, maka dia telah menyempurnakan hajinya dan menunaikan manasiknya.”

Ini adalah hadis hasan sahih.

Ucapan beliau, “tafatsahu” artinya manasiknya. Ucapan beliau, “Tidaklah aku tinggalkan satu ḥabl pun kecuali aku berhenti di atasnya”, jika bukit itu berasal dari pasir-pasir, disebut ḥabl, dan jika berasal dari batu-batu, disebut jabal.

Sunan At-Tirmidzi hadis nomor 2975

٢٩٧٥ - (صحيح) حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنۡ سُفۡيَانَ الثَّوۡرِيِّ، عَنۡ بُكَيۡرِ بۡنِ عَطَاءٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ يَعۡمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (الۡحَجُّ عَرَفَاتٌ، الۡحَجُّ عَرَفَاتٌ، الۡحَجُّ عَرَفَاتٌ، أَيَّامُ مِنًى ثَلَاثٌ ﴿فَمَنۡ تَعَجَّلَ فِي يَوۡمَيۡنِ فَلَا إِثۡمَ عَلَيۡهِ وَمَنۡ تَأَخَّرَ فَلَا إِثۡمَ عَلَيۡهِ﴾ [البقرة: ٢٠٣]، وَمَنۡ أَدۡرَكَ عَرَفَةَ قَبۡلَ أَنۡ يَطۡلُعَ الۡفَجۡرُ فَقَدۡ أَدۡرَكَ الۡحَجَّ). قَالَ ابۡنُ أَبِي عُمَرَ: قَالَ سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ: وَهٰذَا أَجۡوَدُ حَدِيثٍ رَوَاهُ الثَّوۡرِيُّ. هٰذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. وَرَوَاهُ شُعۡبَةُ عَنۡ بُكَيۡرِ بۡنِ عَطَاءٍ، وَلَا نَعۡرِفُهُ إِلَّا مِنۡ حَدِيثِ بُكَيۡرِ بۡنِ عَطَاءٍ. [ومضى برقم (٨٨٩)].

2975. [Sahih] Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan bin ‘Uyainah menceritakan kepada kami dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Bukair bin ‘Atha`, dari ‘Abdurrahman bin Ya’mar. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Haji adalah Arafah. Haji adalah Arafah. Haji adalah Arafah. Hari-hari Mina adalah tiga hari. ‘Siapa saja yang menyegerakan selama dua hari saja, maka tidak ada dosa atasnya. Dan siapa saja yang mengakhirkan (sampai tiga hari), maka tidak ada dosa atasnya.’ (QS Al-Baqarah: 203). Siapa saja yang mendapati Arafah sebelum fajar terbit, maka ia telah mendapatkan haji.”

Ibnu Abu ‘Umar berkata: Sufyan bin ‘Uyainah berkata: Ini adalah hadis paling bagus yang diriwayatkan oleh Ats-Tsauri. Ini adalah hadis hasan sahih. Syu’bah meriwayatkannya dari Bukair bin ‘Atha`. Kami tidak mengetahui hadis ini kecuali dari hadis Bukair bin ‘Atha`.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2687

٢٦٨٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي خَارِجَةُ بۡنُ زَيۡدٍ الۡأَنۡصَارِيُّ: أَنَّ أُمَّ الۡعَلَاءِ، امۡرَأَةً مِنۡ نِسَائِهِمۡ قَدۡ بَايَعَتِ النَّبِيَّ ﷺ، أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّ عُثۡمَانَ بۡنَ مَظۡعُونٍ طَارَ لَهُ سَهۡمُهُ فِي السُّكۡنَى، حِينَ أَقۡرَعَتِ الۡأَنۡصَارُ سُكۡنَى الۡمُهَاجِرِينَ، قَالَتۡ أُمُّ الۡعَلَاءِ: فَسَكَنَ عِنۡدَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ مَظۡعُونٍ، فَاشۡتَكَى، فَمَرَّضۡنَاهُ، حَتَّى إِذَا تُوُفِّيَ وَجَعَلۡنَاهُ فِي ثِيَابِهِ، دَخَلَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَقُلۡتُ: رَحۡمَةُ اللهِ عَلَيۡكَ أَبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتِي عَلَيۡكَ لَقَدۡ أَكۡرَمَكَ اللهُ، فَقَالَ لِي النَّبِيُّ ﷺ: (وَمَا يُدۡرِيكِ أَنَّ اللهَ أَكۡرَمَهُ؟) فَقُلۡتُ: لَا أَدۡرِي، بِأَبِي أَنۡتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَّا عُثۡمَانُ فَقَدۡ جَاءَهُ وَاللهِ الۡيَقِينُ، وَإِنِّي لَأَرۡجُو لَهُ الۡخَيۡرَ، وَاللهِ مَا أَدۡرِي وَأَنَا رَسُولُ اللهِ مَا يُفۡعَلُ بِي). قَالَتۡ: فَوَاللهِ لَا أُزَكِّي أَحَدًا بَعۡدَهُ أَبَدًا. وَأَحۡزَنَنِي ذٰلِكَ، قَالَتۡ: فَنِمۡتُ، فَأُرِيتُ لِعُثۡمَانَ عَيۡنًا تَجۡرِي، فَجِئۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرۡتُهُ، فَقَالَ: (ذٰلِكَ عَمَلُهُ).

2687. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Kharijah bin Zaid Al-Anshari menceritakan kepadaku bahwa Umu Al-‘Ala`, salah seorang wanita Ansar yang telah membaiat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, mengabarkan kepadanya: Undian untuk menyediakan tempat tinggal bagi ‘Utsman bin Mazh’un jatuh kepadanya ketika orang-orang Ansar melakukan undian perihal tempat tinggal kaum Muhajirin.

Umu Al-‘Ala` berkata:

‘Utsman bin Mazh’un tinggal di tempat kami. Lalu ‘Utsman sakit. Kami merawatnya sampai ketika beliau wafat dan kami telah membungkusnya dengan kainnya, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempat kami. Aku berkata, “Rahmat Allah untukmu wahai Abu As-Sa`ib. Persaksianku untukmu bahwa Allah telah memuliakanmu.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya kepadaku, “Apa engkau mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?”

Aku menjawab, “Aku tidak tahu. Ayahku dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rasulullah.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Demi Allah, ‘Utsman telah didatangi oleh al-yaqin (kematian) dan sungguh aku mengharap kebaikan untuknya. Demi Allah aku tidak tahu, padahal aku adalah rasul Allah, apa yang akan dilakukan terhadapku.”

Umu Al-‘Ala` berkata, “Demi Allah, aku tidak memastikan kesucian seorangpun setelahnya selamanya.”

Kejadian itu membuatku sedih. Umu Al-‘Ala` berkata: Aku tidur dan bermimpi ‘Utsman memiliki sebuah mata air yang mengalir.

Aku datang menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu mengabarkannya. Beliau bersabda, “Itu adalah amalannya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5712

٥٧١٢ – قَالَ: وَقَالَتۡ عَائِشَةُ: لَدَدۡنَاهُ فِي مَرَضِهِ فَجَعَلَ يُشِيرُ إِلَيۡنَا: أَنۡ لَا تَلُدُّونِي، فَقُلۡنَا كَرَاهِيَةُ الۡمَرِيضِ لِلدَّوَاءِ، فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ: (أَلَمۡ أَنۡهَكُمۡ أَنۡ تَلُدُّونِي). قُلۡنَا: كَرَاهِيَةَ الۡمَرِيضِ لِلدَّوَاءِ، فَقَالَ: (لَا يَبۡقَى فِي الۡبَيۡتِ أَحَدٌ إِلَّا لُدَّ وَأَنَا أَنۡظُرُ إِلَّا الۡعَبَّاسَ، فَإِنَّهُ لَمۡ يَشۡهَدۡكُمۡ). [طرفه في: ٤٤٥٨].

5712. Beliau berkata: ‘Aisyah berkata:

Kami memasukkan obat ke salah satu sisi mulut beliau ketika sakit. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami agar kalian tidak memasukkan obat ke salah satu sisi mulutku. Kami berkata, “(Beliau melarang) karena tidak suka obat itu.”

Ketika beliau siuman, beliau berkata, “Bukankah aku telah melarang kalian memasukkan obat ke salah satu sisi mulutku?”

Kami berkata, “Kami pikir karena tidak suka obat itu.”

Beliau bersabda, “Jangan ada seorang pun di dalam rumah ini kecuali dimasukkan obat ke salah satu sisi mulutnya dalam keadaan aku melihat, selain Al-‘Abbas karena dia tidak menyaksikan perbuatan kalian.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5709, 5710, dan 5711

٢١ - بَابُ اللَّدُودِ
21. Bab Ladud (Obat yang Dimasukkan ke Salah Satu Sisi Mulut Pasien)


٥٧٠٩، ٥٧١٠، ٥٧١١ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: حَدَّثَنِي مُوسَى بۡنُ أَبِي عَائِشَةَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ وَعَائِشَةَ: أَنَّ أَبَا بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ ﷺ وَهُوَ مَيِّتٌ. [طرفاه في: ١٢٤١، ١٢٤٢].

5709, 5710, 5711. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Musa bin Abu ‘Aisyah menceritakan kepadaku dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah, dari Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah: Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—mencium Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika Nabi sudah meninggal.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4452, 4453, dan 4454

٤٤٥٢، ٤٤٥٣ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّ أَبَا بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَقۡبَلَ عَلَى فَرَسٍ مِنۡ مَسۡكَنِهِ بِالسُّنۡحِ، حَتَّى نَزَلَ فَدَخَلَ الۡمَسۡجِدَ، فَلَمۡ يُكَلِّمِ النَّاسَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ، فَتَيَمَّمَ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَهُوَ مُغَشًّى بِثَوۡبِ حِبَرَةٍ، فَكَشَفَ عَنۡ وَجۡهِهِ ثُمَّ أَكَبَّ عَلَيۡهِ فَقَبَّلَهُ وَبَكَى، ثُمَّ قَالَ: بِأَبِي أَنۡتَ وَأُمِّي، وَاللهِ لَا يَجۡمَعُ اللهُ عَلَيۡكَ مَوۡتَتَيۡنِ، أَمَّا الۡمَوۡتَةُ الَّتِي كُتِبَتۡ عَلَيۡكَ فَقَدۡ مُتَّهَا. [طرفاه في: ١٢٤١، ١٢٤٢].

4452, 4453. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Abu Salamah mengabarkan kepadaku: ‘Aisyah mengabarkan kepadanya:

Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—datang menaiki kuda dari tempat tinggalnya di As-Sunh hingga beliau turun lalu masuk masjid. Beliau tidak berbicara kepada orang-orang sampai masuk ke rumah ‘Aisyah. Beliau langsung menuju Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang telah ditutupi dengan selembar kain bergaris dari Yaman. Abu Bakr menyingkapnya dari wajah Rasulullah kemudian membungkuk, mencium beliau, dan menangis. Kemudian Abu Bakr berkata, “Ayahku dan ibuku menjadi tebusanmu. Demi Allah, Allah tidak akan mengumpulkan dua kematian kepadamu. Kematian yang telah ditetapkan padamu telah engkau alami.”

٤٤٥٤ - قَالَ الزُّهۡرِيُّ: وَحَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ أَبَا بَكۡرٍ خَرَجَ وَعُمَرُ يُكَلِّمُ النَّاسَ، فَقَالَ: اجۡلِسۡ يَا عُمَرُ، فَأَبَى عُمَرُ أَنۡ يَجۡلِسَ، فَأَقۡبَلَ النَّاسُ إِلَيۡهِ وَتَرَكُوا عُمَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: أَمَّا بَعۡدُ، مَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ يَعۡبُدُ مُحَمَّدًا ﷺ فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدۡ مَاتَ، وَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ يَعۡبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ. قَالَ اللهُ: ﴿وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِهِ الرُّسُلُ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿الشَّاكِرِينَ﴾ [آل عمران: ١٤٤] وَقَالَ: وَاللهِ لَكَأَنَّ النَّاسَ لَمۡ يَعۡلَمُوا أَنَّ اللهَ أَنۡزَلَ هٰذِهِ الۡآيَةَ حَتَّى تَلَاهَا أَبُو بَكۡرٍ، فَتَلَقَّاهَا مِنۡهُ النَّاسُ كُلُّهُمۡ، فَمَا أَسۡمَعُ بَشَرًا مِنَ النَّاسِ إِلَّا يَتۡلُوهَا.

فَأَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ: أَنَّ عُمَرَ قَالَ: وَاللهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنۡ سَمِعۡتُ أَبَا بَكۡرٍ تَلَاهَا فَعَقِرۡتُ، حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجۡلَاىَ، وَحَتَّى أَهۡوَيۡتُ إِلَى الۡأَرۡضِ حِينَ سَمِعۡتُهُ تَلَاهَا، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَدۡ مَاتَ. [طرفه في: ١٢٤٢].

4454. Az-Zuhri berkata: Abu Salamah menceritakan kepadaku dari ‘Abdullah bin ‘Abbas: Abu Bakr keluar ketika ‘Umar sedang berbicara kepada orang-orang. Abu Bakr berkata, “Duduklah wahai ‘Umar!”

Namun ‘Umar tidak mau duduk. Orang-orang menghadap ke arah Abu Bakr dan meninggalkan ‘Umar. Abu Bakr berkata, “Amabakdu, siapa saja di antara kalian yang dahulu menyembah Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Siapa saja di antara kalian menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup tidak mati. Allah berfirman, ‘Tidaklah Muhammad kecuali seorang rasul yang para rasul telah berlalu sebelum beliau ...’ sampai firman-Nya, ‘... orang-orang yang bersyukur.’ (QS Ali Imran: 144).”

Ibnu ‘Abbas berkata: Demi Allah, seakan-akan manusia tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakr membacakannya. Semua orang pun mengambil ayat itu dari beliau, lalu tidaklah aku mendengar seorang pun kecuali membaca ayat itu.

Lalu Sa’id bin Al-Musayyab mengabarkan kepadaku bahwa ‘Umar berkata: Demi Allah, sungguh aku terhenyak mendengar Abu Bakr membaca ayat itu sampai-sampai kedua kakiku tidak mampu menopangku hingga aku terjatuh ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakr membacanya (sehingga menyadarkanku) bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—benar-benar meninggal.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3669 dan 3670

٣٦٦٩ - وَقَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ سَالِمٍ، عَنِ الزُّبَيۡدِيِّ: قَالَ عَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ بۡنُ الۡقَاسِمِ: أَخۡبَرَنِي الۡقَاسِمُ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: شَخَصَ بَصَرُ النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ قَالَ: (فِي الرَّفِيقِ الۡأَعۡلَى). ثَلَاثًا، وَقَصَّ الۡحَدِيثَ. قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَمَا كَانَتۡ مِنۡ خُطۡبَتِهِمَا مِنۡ خُطۡبَةٍ إِلَّا نَفَعَ اللهُ بِهَا، لَقَدۡ خَوَّفَ عُمَرُ النَّاسَ، وَإِنَّ فِيهِمۡ لَنِفَاقًا، فَرَدَّهُمُ اللهُ بِذٰلِكَ. [طرفه في: ١٢٤١].

3669. ‘Abdullah bin Salim berkata dari Az-Zubaidi: ‘Abdurrahman bin Al-Qasim berkata: Al-Qasim mengabarkan kepadaku: ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—berkata: Pandangan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—terangkat naik kemudian beliau bersabda, “Bersama teman yang paling tinggi.” Sebanyak tiga kali. Al-Qasim mengisahkan hadis tersebut.

‘Aisyah berkata: Tidaklah salah satu dari khotbah kedua orang itu kecuali Allah memberikan manfaat. Sungguh ‘Umar telah menakuti orang-orang dan sungguh ada kemunafikan dalam diri mereka lalu Allah mengembalikan mereka (kepada kebenaran) dengan itu.

٣٦٧٠ -‏ ثُمَّ لَقَدۡ بَصَّرَ أَبُو بَكۡرٍ النَّاسَ الۡهُدَى وَعَرَّفَهُمُ الۡحَقَّ الَّذِي عَلَيۡهِمۡ، وَخَرَجُوا بِهِ يَتۡلُونَ: ﴿وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِهِ الرُّسُلُ﴾ إِلَى: ﴿الشَّاكِرِينَ﴾ [آل عمران: ١٤٤].

3670. Kemudian Abu Bakr menunjukkan petunjuk kepada kaum muslimin dan menyadarkan mereka akan kebenaran yang telah ada pada mereka. Mereka pun keluar membawa petunjuk sambil membaca ayat, “Tidaklah Muhammad kecuali seorang rasul yang para rasul telah berlalu sebelum beliau ...” sampai “... orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran: 144).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3667 dan 3668

٣٦٦٧ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ بِلَالٍ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ مَاتَ وَأَبُو بَكۡرٍ بِالسُّنۡحِ - قَالَ إِسۡمَاعِيلُ: يَعۡنِي بِالۡعَالِيَةِ - فَقَامَ عُمَرُ يَقُولُ: وَاللهِ مَا مَاتَ رَسُولُ اللهِ ﷺ. قَالَتۡ: وَقَالَ عُمَرُ: وَاللهِ مَا كَانَ يَقَعُ فِي نَفۡسِي إِلَّا ذَاكَ، وَلَيَبۡعَثَنَّهُ اللهُ، فَلَيَقۡطَعَنَّ أَيۡدِيَ رِجَالٍ وَأَرۡجُلَهُمۡ، فَجَاءَ أَبُو بَكۡرٍ فَكَشَفَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَبَّلَهُ، قَالَ: بِأَبِي أَنۡتَ وَأُمِّي، طِبۡتَ حَيًّا وَمَيِّتًا، وَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ لَا يُذِيقُكَ اللهُ الۡمَوۡتَتَيۡنِ أَبَدًا، ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ: أَيُّهَا الۡحَالِفُ عَلَى رِسۡلِكَ، فَلَمَّا تَكَلَّمَ أَبُو بَكۡرٍ جَلَسَ عُمَرُ. [طرفه في: ١٢٤١].

3667. Isma’il bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami dari Hasyim bin ‘Urwah, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meninggal ketika Abu Bakr berada di Sunh. Isma’il berkata: Yakni di Al-‘Aliyah.

‘Umar berdiri mengatakan, “Demi Allah, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak meninggal.”

‘Aisyah berkata: ‘Umar berkata, “Demi Allah, tidak ada yang terpikir dalam diriku kecuali itu. Allah pasti akan membangkitkan beliau lalu beliau pasti akan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki orang-orang.”

Lalu Abu Bakr datang, lalu menyingkap kain yang menutupi wajah Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu menciumnya. Abu Bakr berkata, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Engkau baik keadaannya ketika hidup dan mati. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidak akan membuatmu merasakan dua kematian selama-lamanya.”

Kemudian Abu Bakr keluar seraya berkata, “Hai orang yang bersumpah, pelan-pelan.”

Ketika Abu Bakr berbicara, ‘Umar duduk.

٣٦٦٨ - فَحَمِدَ اللهَ أَبُو بَكۡرٍ وَأَثۡنَى عَلَيۡهِ، وَقَالَ: أَلَا مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ مُحَمَّدًا ﷺ فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدۡ مَاتَ، وَمَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ. وَقَالَ: ﴿إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمۡ مَيِّتُونَ﴾ [الزمر: ٣٠]. وَقَالَ: ﴿وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنۡ مَاتَ أَوۡ قُتِلَ انۡقَلَبۡتُمۡ عَلَى أَعۡقَابِكُمۡ وَمَنۡ يَنۡقَلِبۡ عَلَى عَقِبَيۡهِ فَلَنۡ يَضُرَّ اللهَ شَيۡئًا وَسَيَجۡزِي اللهُ الشَّاكِرِينَ﴾ [آل عمران: ١٤٤]، قَالَ: فَنَشَجَ النَّاسُ يَبۡكُونَ، قَالَ: وَاجۡتَمَعَتِ الۡأَنۡصَارُ إِلَى سَعۡدِ بۡنِ عُبَادَةَ فِي سَقِيفَةِ بَنِي سَاعِدَةَ، فَقَالُوا: مِنَّا أَمِيرٌ وَمِنۡكُمۡ أَمِيرٌ، فَذَهَبَ إِلَيۡهِمۡ أَبُو بَكۡرٍ وَعُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ وَأَبُو عُبَيۡدَةَ بۡنُ الۡجَرَّاحِ، فَذَهَبَ عُمَرُ يَتَكَلَّمُ فَأَسۡكَتَهُ أَبُو بَكۡرٍ، وَكَانَ عُمَرُ يَقُولُ: وَاللهِ مَا أَرَدۡتُ بِذٰلِكَ إِلَّا أَنِّي قَدۡ هَيَّأۡتُ كَلَامًا قَدۡ أَعۡجَبَنِي، خَشِيتُ أَنۡ لَا يَبۡلُغَهُ أَبُو بَكۡرٍ، ثُمَّ تَكَلَّمَ أَبُو بَكۡرٍ فَتَكَلَّمَ أَبۡلَغُ النَّاسِ، فَقَالَ فِي كَلَامِهِ: نَحۡنُ الۡأُمَرَاءُ وَأَنۡتُمُ الۡوُزَرَاءُ، فَقَالَ حُبَابُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ: لَا وَاللهِ لَا نَفۡعَلُ، مِنَّا أَمِيرٌ، وَمِنۡكُمۡ أَمِيرٌ، فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: لَا، وَلَكِنَّا الۡأُمَرَاءُ، وَأَنۡتُمُ الۡوُزَرَاءُ، هُمۡ أَوۡسَطُ الۡعَرَبِ دَارًا، وَأَعۡرَبُهُمۡ أَحۡسَابًا، فَبَايِعُوا عُمَرَ أَوۡ أَبَا عُبَيۡدَةَ، فَقَالَ عُمَرُ: بَلۡ نُبَايِعُكَ أَنۡتَ، فَأَنۡتَ سَيِّدُنَا، وَخَيۡرُنَا، وَأَحَبُّنَا إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَأَخَذَ عُمَرُ بِيَدِهِ فَبَايَعَهُ، وَبَايَعَهُ النَّاسُ، فَقَالَ قَائِلٌ: قَتَلۡتُمۡ سَعۡدَ بۡنَ عُبَادَةَ، فَقَالَ عُمَرُ: قَتَلَهُ اللهُ. [طرفه في: ١٢٤٢].

3668. Abu Bakr memuji dan menyanjung Allah. Abu Bakr berkata, “Ketahuilah! Siapa saja yang dahulu menyembah Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Siapa saja yang dahulu menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi tidak mati. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya engkau akan meninggal dan mereka pun akan meninggal.’ (QS Az-Zumar: 30). Allah berfirman, ‘Tidaklah Muhammad kecuali seorang rasul yang para rasul telah berlalu sebelum beliau. Apakah jika dia mati atau terbunuh, kalian akan kembali murtad? Barang siapa yang kembali murtad, dia tidak akan merugikan Allah sedikit pun dan Allah akan membalas orang-orang yang bersyukur.’ (QS Ali Imran: 144).”

Perawi berkata: Orang-orang menangis tersedu-sedu. Perawi berkata: Orang-orang Ansar berkumpul menemui Sa’d bin ‘Ubadah di saqifah (tempat bernaungan) bani Sa’idah. Mereka berkata, “Dari kami satu pemimpin dan dari kalian satu pemimpin.”

Abu Bakr, ‘Umar bin Al-Khaththab, dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah pergi menemui mereka. ‘Umar memulai pembicaraan namun Abu Bakr menyuruhnya diam. ‘Umar setelah kejadian itu pernah berkata, “Demi Allah, aku tidak menginginkan itu kecuali karena aku telah menyiapkan pembicaraan yang aku sukai. Aku khawatir Abu Bakr tidak menyampaikannya.”

Kemudian Abu Bakr berbicara. Maka, orang yang paling fasih itu berbicara. Beliau berbicara dalam ucapannya, “Kami adalah pemimpin dan kalian adalah menteri.”

Hubab bin Al-Mundzir berkata, “Tidak, demi Allah, kami tidak mau melakukannya. Dari kami seorang pemimpin dan dari kalian seorang pemimpin.”

Abu Bakr berkata, “Tidak. Akan tetapi kami adalah pemimpin dan kalian adalah menteri. Mereka (Quraisy) adalah kabilah Arab yang paling mulia dan perbuatannya paling baik. Baiatlah ‘Umar atau Abu ‘Ubaidah!”

‘Umar berkata, “Tidak. Kami akan membaiatmu. Engkau adalah ketua kami, orang terbaik kami, dan orang yang paling Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—cintai di antara kami.”

‘Umar memegang tangan Abu Bakr lalu membaiatnya. Kaum muslimin pun membaiat Abu Bakr. Ada yang berkata, “Kalian hampir membunuh Sa’d bin ‘Ubadah.”

‘Umar berkata, “Allah membunuhnya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6654

٩ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَأَقۡسَمُوا بِاللهِ جَهۡدَ أَيۡمَانِهِمۡ﴾ [الأنعام: ١٠٩]
9. Bab Firman Allah Taala, “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan” (QS Al-An’am: 109)


وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: فَوَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ، لَتُحَدِّثَنِّي بِالَّذِي أَخۡطَأۡتُ فِي الرُّؤۡيَا، قَالَ: (لَا تُقۡسِمۡ).

Ibnu ‘Abbas berkata: Abu Bakr berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah, engkau harus menceritakan kesalahan yang kulakukan dalam menakbirkan mimpi.” Rasulullah berkata, “Janganlah engkau bersumpah!”

٦٦٥٤ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَشۡعَثَ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ الۡبَرَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ (ح). وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَشۡعَثَ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ الۡبَرَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: أَمَرَنَا النَّبِيُّ ﷺ بِإِبۡرَارِ الۡمُقۡسِمِ. [طرفه في: ١٢٣٩].

6654. Qabishah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Asy’ats, dari Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin, dari Al-Bara`, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. (Dalam riwayat lain) Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Asy’ats, dari Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin, dari Al-Bara`—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan kami untuk memenuhi permintaan orang yang bersumpah.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6235

٨ - بَابُ إِفۡشَاءِ السَّلَامِ
8. Bab Menyebarkan Salam


٦٢٣٥ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الشَّيۡبَانِيِّ، عَنۡ أَشۡعَثَ بۡنِ أَبِي الشَّعۡثَاءِ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ ـ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا ـ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِسَبۡعٍ بِعِيَادَةِ الۡمَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الۡجَنَائِزِ، وَتَشۡمِيتِ الۡعَاطِسِ، وَنَصۡرِ الضَّعِيفِ، وَعَوۡنِ الۡمَظۡلُومِ، وَإِفۡشَاءِ السَّلَامِ، وَإِبۡرَارِ الۡمُقۡسِمِ، وَنَهَى عَنِ الشُّرۡبِ فِي الۡفِضَّةِ، وَنَهَانَا عَنۡ تَخَتُّمِ الذَّهَبِ، وَعَنۡ رُكُوبِ الۡمَيَاثِرِ، وَعَنۡ لُبۡسِ الۡحَرِيرِ، وَالدِّيبَاجِ، وَالۡقَسِّيِّ، وَالۡإِسۡتَبۡرَقِ‏.‏ [طرفه في: ١٢٣٩].

6235. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Asy-Syaibani, dari Asy’ats bin Abu Asy-Sya’tsa`, dari Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin, dari Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan kepada kami untuk menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan rahmat untuk orang yang bersin (yang mengucapkan hamdalah), menolong orang yang lemah, membantu orang yang dizalimi, menyebarkan salam, dan memenuhi permintaan orang yang bersumpah. Beliau melarang kami dari minum di wadah perak, melarang kami dari memakai cincin emas, berkendara beralaskan mitsarah (bantal sutra yang diisi kapas diletakkan di atas pelana untuk diduduki pengendara), memakai sutra, dibaj (salah satu jenis sutra), qassi (pakaian bergaris dari campuran linen dan sutra), dan istabraq (kain sutra tebal).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5863

٤٥ - بَابُ خَوَاتِيمِ الذَّهَبِ
45. Bab Cincin Emas


٥٨٦٣ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا أَشۡعَثُ بۡنُ سُلَيۡمٍ قَالَ: سَمِعۡتُ مُعَاوِيَةَ بۡنَ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡبَرَاءَ بۡنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: نَهَانَا النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ سَبۡعٍ: نَهَى عَنۡ خَاتَمِ الذَّهَبِ، أَوۡ قَالَ: حَلۡقَةِ الذَّهَبِ، وَعَنِ الۡحَرِيرِ، وَالۡإِسۡتَبۡرَقِ، وَالدِّيبَاجِ، وَالۡمِيثَرَةِ الۡحَمۡرَاءِ، وَالۡقَسِّيِّ، وَآنِيَةِ الۡفِضَّةِ. وَأَمَرَنَا بِسَبۡعٍ: بِعِيَادَةِ الۡمَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الۡجَنَائِزِ، وَتَشۡمِيتِ الۡعَاطِسِ، وَرَدِّ السَّلَامِ، وَإِجَابَةِ الدَّاعِي، وَإِبۡرَارِ الۡمُقۡسِمِ، وَنَصۡرِ الۡمَظۡلُومِ. [طرفه في: ١٢٣٩].

5863. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Asy’ats bin Sulaim menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang kami dari tujuh perkara. Beliau melarang dari cincin emas, sutra, istabraq (sutra tebal), dibaj (salah satu jenis sutra), mitsarah (bantal sutra yang diisi kapas diletakkan di atas pelana untuk diduduki pengendara) merah, qassi (pakaian bergaris dari campuran linen dan sutra), dan bejana perak. Beliau memerintahkan kami tujuh perkara: menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan rahmat untuk orang yang bersin (yang mengucapkan hamdalah), menjawab salam, memenuhi undangan, memenuhi permintaan orang yang bersumpah, dan menolong orang yang dizalimi.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5849

٣٦ - بَابُ الۡمِيثَرَةِ الۡحَمۡرَاءِ
36. Bab Mitsarah Merah


٥٨٤٩ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَشۡعَثَ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ الۡبَرَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: أَمَرَنَا النَّبِيُّ ﷺ بِسَبۡعٍ: عِيَادَةِ الۡمَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الۡجَنَائِزِ، وَتَشۡمِيتِ الۡعَاطِسِ، وَنَهَانَا عَنۡ: لُبۡسِ الۡحَرِيرِ، وَالدِّيبَاجِ، وَالۡقَسِّيِّ، وَالۡإِسۡتَبۡرَقِ، وَمَيَاثِرِ الۡحُمۡرِ. [طرفه في: ١٢٣٩].

5849. Qabishah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Asy’ats, dari Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin, dari Al-Bara`—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan tujuh hal kepada kami: menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, dan mendoakan rahmat kepada orang bersin (yang mengucapkan hamdalah). Nabi melarang kami dari: memakai sutra, dibaj (salah satu jenis sutra), qassi (pakaian bergaris dari campuran linen dan sutra), istabraq (sutra tebal), dan mitsarah (bantal sutra yang diisi kapas diletakkan di atas pelana untuk diduduki pengendara) merah.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5838

٢٨ - بَابُ لُبۡسِ الۡقَسِّيِّ
28. Bab Memakai Qassi


وَقَالَ عَاصِمٌ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ قَالَ: قُلۡتُ لِعَلِيٍّ: مَا الۡقَسِّيَّةُ؟ قَالَ: ثِيَابٌ أَتَتۡنَا مِنَ الشَّأۡمِ، أَوۡ مِنۡ مِصۡرَ، مُضَلَّعَةٌ فِيهَا حَرِيرٌ فِيهَا أَمۡثَالُ الۡأُتۡرُنۡجِ، وَالۡمِيثَرَةُ: كَانَتِ النِّسَاءُ تَصۡنَعُهُ لِبُعُولَتِهِنَّ، مِثۡلَ الۡقَطَائِفِ يُصَفِّرۡنَهَا.

‘Ashim berkata dari Abu Burdah. Beliau berkata: Aku bertanya kepada ‘Ali, “Apa qassiyyah itu?”

Beliau menjawab, “Pakaian yang datang kepada kita dari Syam atau dari Mesir, bergaris lebar mengandung sutra membentuk motif seperti buah limau. Adapun mitsarah, biasa dibuat wanita untuk suami mereka, seperti beludru yang mereka jadikan bantal pelana.”

وَقَالَ جَرِيرٌ: عَنۡ يَزِيدَ فِي حَدِيثِهِ: الۡقَسِّيَّةُ: ثِيَابٌ مُضَلَّعَةٌ يُجَاءُ بِهَا مِنۡ مِصۡرَ فِيهَا الۡحَرِيرُ، وَالۡمِيثَرَةُ: جُلُودُ السِّبَاعِ. قَالَ أَبُو عَبۡدُ اللهِ: عَاصِمٌ أَكۡثَرُ وَأَصَحُّ فِي الۡمِيثَرَةِ.

Jarir berkata dari Yazid dalam hadisnya: Qassiyyah adalah pakaian bergaris-garis yang didatangkan dari Mesir yang mengandung sutra. Adapun mitsarah adalah kulit binatang buas. Abu ‘Abdullah berkata: ‘Ashim lebih banyak dan lebih sahih riwayatnya tentang mitsarah.

٥٨٣٨ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ مُقَاتِلٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَشۡعَثَ بۡنِ أَبِي الشَّعۡثَاءِ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بۡنُ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ ابۡنِ عَازِبٍ قَالَ: نَهَانَا النَّبِيُّ ﷺ عَنِ الۡمَيَاثِرِ الۡحُمۡرِ وَالۡقَسِّيِّ. [طرفه في: ١٢٣٩].

5838. Muhammad bin Muqatil telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Asy’ats bin Abu Asy-Sya’tsa`: Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Azib. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang kami dari mitsarah merah dan qassi.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5650

٥٦٥٠ - حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَشۡعَثُ بۡنُ سُلَيۡمٍ قَالَ: سَمِعۡتُ مُعَاوِيَةَ بۡنَ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِسَبۡعٍ، وَنَهَانَا عَنۡ سَبۡعٍ: نَهَانَا عَنۡ خَاتَمِ الذَّهَبِ، وَلُبۡسِ الۡحَرِيرِ، وَالدِّيبَاجِ، وَالۡإِسۡتَبۡرَقِ، وَعَنِ الۡقَسِّيِّ، وَالۡمِيثَرَةِ. وَأَمَرَنَا أَنۡ نَتۡبَعَ الۡجَنَائِزَ، وَنَعُودَ الۡمَرِيضَ، وَنُفۡشِيَ السَّلَامَ. [طرفه في: ١٢٣٩].

5650. Hafsh bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Asy’ats bin Sulaim mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin dari Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan tujuh perkara kepada kami dan melarang kami dari tujuh perkara. Beliau melarang kami dari cincin emas, memakai sutra, dibaj (salah satu jenis sutra), istabraq (kain sutra tebal), dari qassi (pakaian bergaris dari campuran linen dan sutra), dan mitsarah (bantal sutra yang diisi kapas diletakkan di atas pelana untuk diduduki pengendara). Beliau memerintahkan kami untuk mengikuti jenazah, menjenguk orang sakit, dan menyebarkan salam.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5635

٥٦٣٥ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الۡأَشۡعَثِ بۡنِ سُلَيۡمٍ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ سُوَيۡدِ بۡنِ مُقَرِّنٍ، عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِسَبۡعٍ وَنَهَانَا عَنۡ سَبۡعٍ: أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الۡمَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الۡجِنَازَةِ، وَتَشۡمِيتِ الۡعَاطِسِ، وَإِجَابَةِ الدَّاعِي، وَإِفۡشَاءِ السَّلَامِ، وَنَصۡرِ الۡمَظۡلُومِ وَإِبۡرَارِ الۡمُقۡسِمِ. وَنَهَانَا عَنۡ خَوَاتِيمِ الذَّهَبِ، وَعَنِ الشُّرۡبِ فِي الۡفِضَّةِ، أَوۡ قَالَ: آنِيَةِ الۡفِضَّةِ، وَعَنِ الۡمَيَاثِرِ وَالۡقَسِّيِّ، وَعَنۡ لُبۡسِ الۡحَرِيرِ وَالدِّيبَاجِ وَالۡإِسۡتَبۡرَقِ. [طرفه في: ١٢٣٩].

5635. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Al-Asy’ats bin Sulaim, dari Mu’awiyah bin Suwaid bin Muqarrin, dari Al-Bara` bin ‘Azib. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan kami tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami untuk menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan rahmat untuk orang yang bersin (apabila memuji Allah), memenuhi undangan, menyebarkan salam, menolong orang yang dizalimi, dan memenuhi permintaan orang yang bersumpah. Beliau melarang kami dari cincin emas, minum dari wadah perak atau beliau berkata: bejana perak, mitsarah (bantal sutra yang diisi kapas diletakkan di atas pelana untuk diduduki pengendara), qassi (pakaian bergaris dari campuran linen dan sutra), dan dari memakai sutra, dibaj (salah satu jenis sutra), dan istabraq (kain sutra tebal).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5175

٥١٧٥ - حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ الرَّبِيعِ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡأَحۡوَصِ، عَنِ الۡأَشۡعَثِ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ سُوَيۡدٍ قَالَ: قَالَ الۡبَرَاءُ بۡنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَمَرَنَا النَّبِيُّ ﷺ بِسَبۡعٍ وَنَهَانَا عَنۡ سَبۡعٍ: أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الۡمَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الۡجِنَازَةِ، وَتَشۡمِيتِ الۡعَاطِسِ، وَإِبۡرَارِ الۡقَسَمِ، وَنَصۡرِ الۡمَظۡلُومِ، وَإِفۡشَاءِ السَّلَامِ، وَإِجَابَةِ الدَّاعِي. وَنَهَانَا عَنۡ خَوَاتِيمِ الذَّهَبِ، وَعَنۡ آنِيَةِ الۡفِضَّةِ، وَعَنِ الۡمَيَاثِرِ، وَالۡقَسِّيَّةِ، وَالۡإِسۡتَبۡرَقِ، وَالدِّيبَاجِ. تَابَعَهُ أَبُو عَوَانَةَ، وَالشَّيۡبَانِيُّ، عَنۡ أَشۡعَثَ: فِي إِفۡشَاءِ السَّلَامِ. [طرفه في: ١٢٣٩].

5175. Al-Hasan bin Ar-Rabi’ telah menceritakan kepada kami: Abu Al-Ahwash menceritakan kepada kami dari Al-Asy’ats, dari Mu’awiyah bin Suwaid. Beliau berkata: Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan tujuh perkara kepada kami dan melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan kepada kami untuk menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan rahmat untuk orang yang bersin (apabila memuji Allah), memenuhi permintaan orang yang bersumpah, menolong orang yang dizalimi, menyebarkan salam, dan memenuhi undangan. Beliau melarang kami dari cincin emas, bejana perak, mitsarah (bantal sutra yang diisi kapas diletakkan di atas pelana untuk diduduki pengendara), qassiyyah (pakaian bergaris dari campuran linen dan sutra), istabraq (kain sutra tebal), dan dibaj (salah satu jenis sutra).

Abu ‘Awanah dan Asy-Syaibani mengiringi Abu Al-Ahwash dari Asy’ats dalam lafaz “menyebarkan salam”.