Di antara permasalahan yang membedakan ahlussunnah dengan kelompok-kelompok sempalan adalah keistimewaan ahlussunnah dalam perhatiannya terhadap masalah tauhid. Tauhid adalah hal pertama dan utama dalam dakwah ahlussunnah. Ini bisa dibuktikan dalam kajian dan karya para ulama ahlussunnah.
Di antara karya ulama ahlussunnah yang menjadi bukti perhatian mereka kepada tauhid asma wa sifat adalah kitab “Al Qawaidul Mutsla fi Sifatillah waasmaihil Husna”, kitab yang ditulis oleh salah seorang ulama ahlussunnah yang masyhur di zaman kita yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
Sebagaimana judulnya, kitab ini khusus membahas tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah. Ada tiga pembahasan utama yang beliau paparkan dalam kitab ini:
1. Kaidah-kaidah dalam masalah nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam bab ini beliau menyebutkan tujuh kaidah, di antara kaidah yang beliau sebutkan ialah ‘Nama-nama Allah adalah tauqifiyah, hanya ditetapkan berdasarkan nash (dalil tegas) Al Quran dan As Sunnah, tidak ada tempat buat akal dalam masalah ini’. Ini adalah pembeda antara ahlussunnah dan kelompok sempalan dari kalangan asy’ariyah dan lainnya, karena mereka bersandar kepada akal dalam menetapkan sifat bagi Allah.
Kaidah lain yang beliau sampaikan adalah bahwa ‘Nama-nama Allah tidak terbatas bilangan tertentu’
Beliau menjelaskan bahwa hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kecuali satu, barang siapa yang menghafal, memahami, dan beramal dengan kandungannya akan masuk surga.” [H.R. Al Bukhari Muslim] tidaklah membatasi nama Allah hanya sembilan puluh sembilan karena ada hadis lain yang menjelaskan bahwa ternyata nama Allah lebih dari itu.
2. Kaidah-kaidah dalam masalah sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam bab ini beliau rahimahullah menyebutkan tujuh kaidah, di antara kaidah yang beliau sebutkan adalah bahwa ‘Sifat-sifat Allah semuanya adalah sifat yang sempurna tidak ada cela sedikitpun.’
Allah berfirman yang artinya, “Allah memiliki sifat-sifat yang paling sempurna.” [Q.S. An Nahl:60].
Kaidah lain yang beliau sebutkan adalah ‘Dalam menetapkan sifat-sifat bagi Allah, wajib menjauhkan diri dari dua perkara besar yang terlarang, yaitu tamtsil (memisalkan Allah dengan yang lain) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan yang lain)’. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah.” [Q.S. Asy Syura:11].
Berikutnya beliau juga menyampaikan kaidah bahwa ‘Sifat-sifat Allah adalah tauqifiyah yaitu kita hanya menetapkan apa yang ada dalam nash Al Quran dan As Sunnah, tidak ada tempat bagi akal dalam masalah ini.’
3. Kaidah-kaidah terkait dalil-dalil masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam bab ini beliau sebutkan empat kaidah, di antara kaidah yang beliau sebutkan ialah bahwa ‘Dalil untuk menetapkan nama-nama dan sifat Allah adalah Al Quran dan As Sunnah’
Akhirnya, sebelum menutup kitab ini, beliau menyebutkan syubhat-syubhat (kerancuan berfikir) ahlul batil terkait sifat-sifat Allah dan membantahnya satu-persatu. Maka tersingkaplah semua kerancuan tersebut melalui penjelasan beliau yang cukup gamblang.
Di dalam penutup kitabnya, beliau rahimahullah menerangkan beberapa masalah yang penting dalam masalah akidah. Di antara masalah penting yang beliau jelaskan adalah bantahan beliau terhadap ucapan yang menyatakan asy’ariyah adalah 95% dari total jumlah umat Islam di dunia, dan bantahan terhadap orang yang menyatakan asy’ariyah adalah pengikut Abul Hasan Al Asy’ary.
Beliau menerangkan bahwa tidak bisa diterima ucapan yang menyatakan asyariyah merupakan 95% dari umat Islam yang ada, karena ini butuh penghitungan yang teliti. Kalaupun benar demikian jumlah mereka atau lebih banyak, bukanlah penjamin mereka selamat dari kesesatan. Adapun Imam Abul Hasan Al Asy’ary, beliau memiliki tiga fase perjalanan kehidupan yaitu,
- Di awalnya beliau berpemahaman mu’tazilah (mengutamakan akal daripada nash)
- Pemahaman antara mu’tazilah dan ahlussunnah, mengikuti jalannya Abdullah bin Said bin Kulab (pendiri mazhab kulabiyah).
- Di akhir masa hidupnya beliau bermanhaj ahlussunnah, terbukti dengan kitab yang beliau tulis yakni Al Ibanah. Dalam kitab tersebut beliau tegas di atas manhaj ahlussunnah, mengikuti Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
Kaum Asy’ariyah yang mengaku mengikuti jalan Imam Abul Hasan Al Asy’ary, pada hakikatnya mengikuti beliau di fase yang kedua, ketika beliau masih berpemahaman antara pemahaman mu’tazilah dan ahlussunnah, ketika masih mengikuti jalannya Abdullah bin Said bin Kulab.
Kitab “Al Qawaidul Mutsla” merupakan kitab yang sangat penting untuk dibaca, telah dipuji oleh para ulama kita, di antaranya pujian yang datang dari Al Allamah Asy syaikh bin Baz rahimahullah. Syaikh bin Baz telah mengakui bagusnya kitab ini, dalam pengantar kitab ini beliau berkata, “… Aku telah menganggapnya sebagai kitab yang bagus, mencakup pembahasan masalah akidah salaf dalam masalah asma’ dan sifat, sebagaimana mencakup kaidah-kaidah yang agung dan faedah yang banyak…”
Asy Syaikh Al Mujahid Fahd bin Salim Al ‘Adeni rahimahullah –mudah-mudahan Allah menjadikannya termasuk syahid fi sabilillah- menulis kitab berjudul “Ittihaf Uli Nuha Bita’liq ala Qawaidil Mutsla”, dalam kitabnya tersebut beliau menerangkan betapa penting dan tingginya kedudukan kitab Al Qawaidul Mutsla. Hal ini karena
- Kitab ini (yakni kitab Qawaidul Mutsla) adalah kumpulan dari ucapan-ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang telah banyak disebutkan oleh murid beliau Ibnul Qayim dalam kitabnya “Bada’iul Fawaid.”
- Sebab terbaik untuk bisa menguasai satu bidang ilmu adalah dengan mempelajari kaidah-kaidahnya.
- Kitab-kitab ini memuat kaidah-kaidah dan dhawabith yang sangat dibutuhkan dalam babnya.
- Kitab ini telah ditulis disusun dengan urutan yang rapi oleh penulisnya.
- Syaikh menyebutkan dan membantah syubhat-syubhat yang masyhur, yang digunakan ahlul bid’ah dalam melakukan pengaburan pada kaum muslimin terhadap masalah ini.
- Menunjukkan keilmuan penulisnya sehingga semakin menambah indah dan bagusnya kitab ini.
Demikian pentingnya isi kitab ini maka marilah membaca dan mengkaji kitab ini, sebagai upaya memperkokoh akidah kita.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 39 vol.04 2016 rubrik Maktabah. Pemateri: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak.