٣٨ – بَابُ مَا يَلۡبِسُ الۡمُحۡرِمُ مِنَ الثِّيَابِ
38. Bab pakaian yang boleh dikenakan oleh orang yang berihram
٢٢٠ – عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا يَلۡبَسُ الۡمُحۡرِمُ مِنَ الثِّيَابِ؟ قَالَ: (لَا تَلۡبَسُوا الۡقُمُصَ، وَلَا الۡعَمَائِمَ، وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ، وَلَا الۡبَرَانِسَ، وَلَا الۡخِفَافَ، إِلَّا أَحَدٌ لَا يَجِدُ نَعۡلَيۡنِ فَلۡيَلۡبَسِ الۡخُفَّيۡنِ، وَلۡيَقۡطَعۡهُمَا أَسۡفَلَ مِنَ الۡكَعۡبَيۡنِ، وَلَا تَلۡبَسُوا مِنَ الثِّيَابِ شَيۡئًا مَسَّهُ زَعۡفَرَانٌ أَوۡ وَرۡسٌ).
وَلِلۡبُخَارِيِّ: (وَلَا تَنۡتَقِبُ الۡمُحۡرِمَةُ وَلَا تَلۡبَسُ الۡقُفَّازَيۡنِ).
220. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, pakaian apa yang boleh dikenakan oleh orang yang berihram? Rasulullah menjawab, “Orang yang berihram tidak boleh mengenakan gamis, serban, sirwal (celana panjang longgar), burnus (jubah yang ada tutup kepala), dan khuff (sejenis sepatu). Kecuali apabila seseorang tidak mendapatkan sandal, maka silakan ia memakai khuff, dan ia potong khuff tersebut di bawah dua mata kaki. Jangan pula memakai pakaian yang diberi safron atau wars (pewarna kuning dari tanaman).”[1]
Dalam riwayat Al-Bukhari[2], “Wanita yang berihram tidak boleh memakai cadar dan tidak boleh memakai sarung tangan.”
٢٢١ – عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ:سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَخۡطُبُ بِعَرَفَاتٍ: (مَنۡ لَمۡ يَجِدۡ نَعۡلَيۡنِ فَلۡيَلۡبَسۡ خُفَّيۡنِ، وَمَنۡ لَمۡ يَجِدۡ إِزَارًا فَلۡيَلۡبَسۡ سَرَاوِيلَ) يَعۡنِي لِلۡمُحۡرِمِ.
221. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau khotbah di ‘Arafah, “Siapa saja yang tidak mendapatkan sandal, dia boleh memakai khuff (sejenis sepatu). Siapa saja yang tidak mendapatkan izar (kain yang disarungkan), dia boleh memakai sirwal (celana panjang longgar).” Yakni bagi orang yang berihram.[3]
٢٢٢ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا أَنَّ تَلۡبِيَةَ رَسُولِ اللهِ ﷺ: (لَبَّيۡكَ اللَّٰهُمَّ لَبَّيۡكَ، لَبَّيۡكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيۡكَ. إِنَّ الۡحَمۡدَ وَالنِّعۡمَةَ لَكَ، وَالۡمُلۡكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ).
222. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma: Bahwa bacaan talbiah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”[4]
قَالَ: وَكَانَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ يَزِيدُ فِيهَا: لَبَّيۡكَ لَبَّيۡكَ وَسَعۡدَيۡكَ، وَالۡخَيۡرُ بِيَدَيۡكَ، وَالرَّغۡبَاءُ إلَيۡكَ وَالۡعَمَلُ.
Dia berkata: ‘Abdullah bin ‘Umar menambahkan di dalam kalimat talbiah itu: Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati dan seluruh kebaikan di kedua tangan-Mu. Segala harapan dan amalan adalah untuk-Mu.
٢٢٣ - عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا يَحِلُّ لِامۡرَأَةٍ تُؤۡمِنُ بِاللهِ وَالۡيَوۡمِ الۡآخِرِ، أَنۡ تُسَافِرَ مَسِيرَةَ يَوۡمٍ وَلَيۡلَةٍ لَيۡسَ مَعَهَا حُرۡمَةٌ). وَفِي لَفۡظٍ لِلۡبُخَارِيِّ: (لَا تُسَافِرۡ يَوۡمًا وَلَا لَيۡلَةً، إِلَّا مَعَ ذِي مَحۡرَمٍ).
223. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seorang wanita pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan safar sejauh perjalanan sehari semalam dengan tanpa mahram.”[5] Di dalam lafal hadis milik Al-Bukhari, “Janganlah seorang wanita melakukan perjalanan selama sehari atau semalam kecuali bersama mahram.”[6]
[3] HR. Al-Bukhari nomor 5804, 5853, dan Muslim nomor 1178.
[4] HR. Al-Bukhari nomor 1549, 5915, dan Muslim nomor 1184.
[6] HR. Muslim nomor 1339/420.