Nama beliau adalah Al Mughirah bin Syu'bah bin Abi 'Amir bin Mas'ud bin Mu'tab bin Malik bin Ka'ab bin Amr bin Saad bin Auf bin Qais Ats Tsaqafi. Berkuniah Abu Abdillah. Sebelum itu beliau berkuniah Abu Isa, namun kuniah tersebut diubah oleh Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu menjadi Abu Abdillah. Ibunya berasal dari Bani Ashr bin Muawiyyah. Dilahirkan di kota Thaif pada tahun 20 sebelum Hijrah.
Al Mughirah radhiyallahu 'anhu berperawakan tinggi dan gagah, bertangan besar, lebat rambutnya, berwibawa dan salah satu matanya buta karena terluka saat terjadi perang Yarmuk. Beliau terkenal sebagai seorang sahabat yang pemberani dan ahli strategi. Selain itu beliau terkenal dengan sebutan “Mughirah Ar-Ra'yi (Mughirah yang cerdik)”, yang mencerminkan kecerdasan beliau dalam memecahkan permasalahan. As-Sya'by berkata, “Orang Arab yang cerdik dan bijak ada 4; Muawiyah karena kesabaran dan kemurahan hatinya, Amru bin Ash karena pandai menyelesaikan masalah, Al-Mughirah karena kepandaian memberi jawaban dengan cepat dan Ziyad bin Abihi karena bijak terhadap yang muda dan tua.” Karena kecerdasan beliau ini, Saad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu mengutus beliau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Rustum, salah seorang panglima besar tentara persia saat terjadi perang Qadisiyah.
Beliau radhiyallahu 'anhu masuk Islam di tahun terjadinya perang Khandaq kemudian melakukan hijrah ke negeri Madinah. Sebagian ulama berpendapat bahwa peristiwa yang beliau ikuti pertama kali setelah keislaman beliau adalah peristiwa Hudaibiyyah. Saat itu beliau termasuk sahabat yang mengikuti Baiatur Ridwan. Beliaulah seorang yang menghalangi tangan Urwah bin Mas'ud yang merupakan paman beliau, ketika memegangi jenggot Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat terjadi kesepakatan Hudaibiyyah. Beliau ikut serta dalam peperangan Yamamah, juga ikut pula dalam peperangan di daerah Syam, dan 'Irak. Al-Laits berkata, “Penyerbuan kota Azerbaijan terjadi pada tahun 22 H, di bawah pemimpin Al Mughirah bin Syu'bah. Ada yang mengatakan bahwa Al Mughirah membuka kota Hamazan melalui agresi militer.”
Beliau adalah pencetus perundang-undangan di daerah Bashrah. Beliau dengan Abu Sufyanlah yang menghancurkan berhala penduduk Tsaqif di daerah Thaif. Al Mughirah radhiyallahu 'anhu memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Umar radhiyallahu 'anhu, beliau diberi izin untuk masuk menemui Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu di waktu-waktu yang tak seorang pun berani menemui beliau.
Selain kecerdasan dan keberanian, beliau juga banyak meriwayatkan hadis dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tercatat lebih dari seratus hadis pernah beliau riwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Banyak yang meriwayatkan hadis dari beliau, di kalangan sahabat ada Al Miswar bin Mukhramah, juga dari generasi setelahnya ada yang mengambil riwayat dari beliau seperti Qais bin Abi Hazim, Masruq, Qabishah bin Dzuaib, Nafi' bin Jubair, Bakr bin Abdillah Al Muzani, Aswad bin Hilal, Ziyad bin 'Alaqah. Tak ketinggalan anak-anak beliau sendiri 'Urwah, 'Aqqar, Hamzah. Demikian pula maula beliau seperti Wazad, dan sepupu beliau seperti Hasan bin Habbah, mereka semua pernah meriwayatkan dari Al Mughirah radhiyallahu 'anhu.
Saat kekhalifahan Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu beliau diangkat sebagai pemimpin di wilayah Bashrah dan berhasil memenangkan perang di wilayah Miisan, dan Hamadzan serta beberapa wilayah lainnya. Lalu Umar bin Khaththab menjadikan beliau sebagai pemimpin di Kufah. Namun beliau mengundurkan diri dari kepemimpinan. Lalu Umar bin Al Khaththab mengangkat beliau kembali untuk menjadi gubernur di daerah Bashrah. Di masa kepemimpinan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu beliau kembali diangkat menjadi pemimpin di Kufah. Beliau juga dijadikan pemimpin kembali di saat kepemimpinan Muawiyah radhiyallahu 'anhu di daerah Kufah sampai beliau meninggal. Demikianlah, beliau sering dipercaya untuk menjadi wali yang memimpin sebagian negeri Islam. Mengenai kepiawaian beliau dalam memecahkan setiap problema yang dihadapi sampai-sampai Ath Thabari mengatakan tentang beliau, “Tidaklah beliau tertimpa suatu permasalahan kecuali pasti beliau mendapatkan jalan keluarnya, dan tidaklah beliau mendapatkan dua perkara (yang bertentangan) kecuali pasti beliau memiliki akal untuk dapat menyelesaikannya.”
Diriwayatkan dari As-Sya'bi, dia berkata, “Aku mendengar Qabishah bin Jabir berkata, 'Aku pernah menemani Al Mughirah bin Syu'bah. Jikalau Madinah mempunyai delapan pintu, kemudian setiap pintu itu harus dilewati dengan tipu muslihat, maka dia akan melewati semua pintu tersebut.'”
Beliau meninggal di tahun 50 Hijriyah di kota Kufah saat menjadi pemimpin di wilayah tersebut. Diriwayatkan dari Ziyad bin Ilaqah, ia berkata, “Aku mendengar Jabir berkata ketika Al Mughirah bin Syu'bah meninggal, 'Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah serta selalu mendengar dan taat sampai datang kepadamu seorang pemimpin. Mintakan ampunan untuk Al Mughirah, niscaya Allah mengampuninya, karena dia senang memberi maaf.'” [Hammam]
Sumber: Majalah Tashfiyah, edisi 46 vol.04 1436H-2015M, rubrik Figur.